bulan syaban 2
bulan syaban 2

Ada Apa dengan Bulan Sya’ban?

Pertanyaan yang kerapkali muncul kenapa Bulan Sya’ban diangap salah satu bulan mulia? Pertanyaan ini sebenarnya akan menjadi lebih bermakna apabila dirubah dengan cara apa harus memuliakan Sya’ban.

Bagi segelintir orang, mungkin, Sya’ban tiada bedanya dengan Jumadil Ula dan Jumadil Akhir. Atau bahkan dari Ramadan sekalipun. Artinya, Sya’ban tidak akan menawarkan kemuliaan bila tidak diisinya dengan amalan amalan mulia.

Begitu juga Ramadan, akan kehilangan kemuliaaannya, bila Tarawih, Qiyam al-Lail, tadarrus dan puasa dihentikan. Tetapi tidak bagi segelintir lainnya. Ibarat sebuah gelas, hanya gelas yang bersih yang mampu menuangkan air yang bersih pula.

Tidak mungkin Sya’ban memberikan kemuliaan bila ia bukan bulan yang mulia. Lalu ada apa dengan Sya’ban hingga dikeramatkan sedemikian rupa?

Ahmad Ibn Hasan al-‘Aththas mengkisahkan gelombang antusiasme ibadah Ali Ibn Abi Thalib dalam empat malam. Pertama, malam tanggal 1 rajab. Kedua, malam hari saya idul fitri. Ketiga, malam hari raya Adha. Keempat, malam tanggal 15  Sya’ban (Tadzkir al-Nas, 185).

Ali yang dijuluki gerbang ilmu oleh Rasulullah mustahil bertindak gegabah dalam memilih waktu beribadah. Dipilihnya Sya’ban sebagai salah satu waktu ibadahnya, cukup menjadi bukti kokoh bahwa Sya’ban adalah bulan yang luar biasa.

Al-Ghazali mengutip penuturan Imam Subki, berkata bahwa ibadah yang dilakukan di Sya’ban sangat spesial. Ibadah itu mampu menutupi atau bahkan menghapus dosa yang dilakukan selama satu tahun yang telah berlalu (Mukasyafah al-Qulub, 454).

Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, malam-malam di Sya’ban terlebih malam tanggal 15 Sya’ban, keutamaannya nyaris menyamai keutamaan malam Lailatul Qadar. Satu kali ibadah di Lailatul Qadar sama dengan melakukan ibadah selama seribu bulan.

Bila dikatakan malam Sya’ban nyaris menyamai, berarti satu kali ibadah di malam Sya’ban sama dengan melakukan ibadah selama 999 bulan. Kira kira begitu kesimpulannya (Kalam al-Habib Alwi Ibn Syihab, 2/390).

Kejadian dan Keistimewaan Bulan Sya’ban

Kejadian dan peristiwa luar biasa yang terjadi di Bulan Sya’ban semakin menambah kemuliaan dan keistimewaannya.

Pertama, perubahan kiblat shalat terjadi di Bulan Sya’ban dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram. Menurut Abu Hatim al-Busti, selama tujuh belas bulan tiga hari Umat Islam menghadap Baitul Maqdis saat Shalat.

Kedua, laporan amal perbuatan manusia selama satu tahun oleh Malaikat Pencatat amal. Saat ditanya kenapa Rasul berpuasa di Bulan Sya’ban? Jawab rasul: Sya’ban adalan bulan laporan amal, aku senang amalku diporkan dalam keadaan berpuasa (HR: al-Nasa’I 2624).

Ketiga, tulisan buku kematian ditentukan di Sya’ban. Rasul bersabda: sesungguhnya Allah menulis buku kematian atas seseorang pada Bulan Sya’ban, aku senang ajalku tiba saat aku berpuasa. (hadits Gharib dengan sanad hasan) (Musnad Abi Ya’la: 4911).

Keempat, Ibnu Abi al-Shaif al-Yamani menuturkan bahwa Sya’ban adalah bulan bershalawat kepada kepada Nabi Muhammad saw. Alasannya karena, perintah bershalawat QS: al-Ahzab: 56 diturunkan oleh Allah di bulan Sya’ban. (Madza Fi Sya’ban, 26).

Kini berpulang kepada himmah pribadi kita masing masing. Ingin menjadi pribadi yang mulia, maka lakukan kemuliaan di bulan yang Mulia ini, Sya’ban. Ingat ! kemuliaan itu tidak akan datang tanpa ada yang mengundangnya. Undangan itu adalah amal baik kita di bulan yang baik ini.

Kenapa harus Sya’ban. Contohnya seperti ini. Kalau saudara mendapatkan undangan untuk menghadiri resepsi hari Senin tanggal 12 Juli, kemudian Saudara datang hari Rabu atau hari Ahad tanggal 14 atau 11 Juli, atau saudara datang hari senin tanggal 12 tapi tidak membawa undangan. Akankah saudara mendapatkan jamuan di acara tersebut? tidak kan ! Afala tatafakkarun

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …