mencintai negeri
mencintai negeri

Aku Cinta Negeriku sebagaimana Rasulullah Mencintai Negerinya

Sejak kecil saya diajarkan untuk mencintai negeri ini. Dari sekedar menghafal lagu kebangsaan, mengikuti upacara hingga menghafalkan nama-nama para pahlawan. Didikan itu membekas sampai saat ini sebagai sebuah kesadaran bahwa saya orang Indonesia yang wajib menjaga negeri ini.

Kecintaan saya terhadap negara ini tetap kokoh hingga pada akhirnya ada yang membuat saya untuk cinta kepada negeri ini. Bukan karena ada negeri lain yang harus saya cintai. Namun, ada istilah yang menggetarkan iman saya bahwa mencintai negeri ini adalah perbuatan yang bertentangan dengan keyakinan saya.

Banyak gangguan dalam diri saya akibat perkataan yang mengatakan mencintai negeri ini adalah bagian dari perbuatan salah. Cukuplah saya mencintai agama saya, tidak perlu mencintai negeri ini. Mulailah saya meragukan berbagai hal yang membanggakan seperti menghormati bendera merah putih. Itu perbuatan syirik dan haram dalam pikiran dan keyakinan saya.

Namun, rasanya tidak bisa hidup seperti ini. Berada dalam lingkungan besar yang saya dibesarkan dalam sebuah negeri, tetapi saya merasa sendiri dan tidak merasa membanggakan negeri ini. Saya mulai mencari keresahan saya dengan menanyakan hal itu kepada orang yang alim.

Saya berusaha menemukan jawaban kepada orang yang menguasai keagamaan, bukan kepada orang yang menguasai emosi keagamaan. Sampailah pada suatu ketika saya mendapatkan penerangan bahwa Rasulullah pun mencintai negerinya. Rasul pembawa risalah pun mencintai tanah kelahirannya.

Mencintai Tanah Kelahiran adalah Sunnah

Dalam sebuah hadist :

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا ……. وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ .

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).

Cinta terhadap negeri adalah fitrah manusia yang tidak bisa dinafikan sebagaimana Rasulullah mencintai tanah kelahiran dan masyarakat Madinah yang dibangun bersama. Mencintai negeri yang kita tinggali bukan bagian dari hal buruk bahkan bertentangan dengan syariat. Justru mencintai negeri dan tanah kelahiran adalah bagian dari teladan Nabi.

Menjadi cukup terang bagi saya bahwa sesungguhnya mencintai negeri bukan hal yang bertentangan dengan mencintai agama. Justru mencintai negeri ini adalah bagian mencintai agama ini. Ketika kita menjaga negeri ini sesungguhnya kita sedang menjaga agama kita. Tidak ada hal yang perlu dirisaukan dari mencintai sebuah negeri dan menjaganya.

Tidakkah Nabi mengajarkan kecintaan terhadap tanah air dan merindukan tempat yang kita tinggali sebagai tempat berlindung?

Bagikan Artikel ini:

About Sefti Lutfiana

Mahasiswa universitas negeri jember Fak. Hukum

Check Also

kesehatan puasa

Tips Sehat Spiritual dan Fisik selama Ramadan

Menjaga kesehatan bukan hanya kewajiban, namun juga bagian dari iman, terlebih di bulan Ramadan. Puasa …

Toa masjid

Ramadan dan Problem Pengeras Suara Masjid

Pengeras suara di tempat ibadah menjadi salah satu yang perlu diatur dalam praktek umat beragama. …