Alissa Wahid British Islam College
Alissa Wahid British Islam College

Alissa Wahid: Islam Indonesia Masih Menjadi Kabar Baik Untuk Islam Dunia

London –  Islam Indonesia bisa menjadi inspirasi bagi perdamaian dan peradaban Muslim. Hal itu dikatakan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid dalam sesi panel British Islam Conference di London, Inggris, Minggu (23/2/ 2020).

“Dalam konferensi-konferensi internasional yang saya ikuti, saya merasa Islam Indonesia masih menjadi kabar baik untuk Islam dunia. Di tengah pelbagai konflik juga dinamika politik, Arab Spring dan semacamnya, Islam Indonesia masih jadi kabar baik bagi peradaban dunia saat ini,” ujar Alissa dikutip dari laman NU Online.

Alissa Wahid menjadi wakil Indonesia dalam forum konferensi tahunan bergengsi yang dihadiri akademisi, diplomat dan advisor pemerintahan dari pelbagai negara. Ia diundang oleh Moazzam Malik, mantan Duta Besar Inggris untuk Indonesia. Moazzam Malik mengundang Alissa Wahid untuk bicara tentang Islam dan demokrasi, serta kisah-kisah berharga tentang NU, Gusdurian dan Islam Indonesia pada umumnya.

Selain Alissa, hadir pula Ihsan Ali Fauzi, direktur PUSAD Paramadina yang berkisah tentang resolusi konflik Ambon dan Poso, serta dinamika kelompok jihadis di Indonesia.  Dalam forum ini, hadir beberapa akademisi semisal Prof Ebrahim Moosa, Peter Mandaville, serta aktivis perdamaian dari Yahudi, Kristen, juga komunitas Sikh. Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, Munawir Aziz, juga turut hadir dalam konferensi ini. Forum dialog pada agenda British Islam Conference ini bertempat di kantor Amnesty International, New Inn Yard, Oxford Street, London, United Kingdom. Pada sesi panel yang dimoderatori Peter Mandaville, Alissa Wahid menyitir pernyataan dari Gus Dur.

“Saya ingin menyampaikan quote dari ayah saya, KH Abdurrahman Wahid, bahwa penting memahami Islam dengan i kecil dan I besar. Islam sebagai i kecil sebagai value, sebagai nilai. Sedangkan, Islam dengan I besar, sebagai gagasan besar, cita-cita bersama,” ungkapnya.

Alissa juga menyampaikan tentang tantangan-tantangan yang dihadapi kelompok Islam moderat di Indonesia saat ini.

“Demokrasi membuka pintu untuk semua bentuk ekspresi. Sayangnya, kebebasan ini dimanfaatkan oleh kelompok ekstrem untuk mempengaruhi ruang publik. Ketika reformasi terjadi pada 1998, yang mana membongkar rezim Orde Baru, ada keran yang terbuka untuk semua bentuk kelompok.”

Dalam pandangan Alissa, demokrasi membuka peluang bagi semua kelompok untuk saling terbuka menyampaikan gagasannya. Baik dari kelompok moderat atau bahkan Islam salafi dan kelompok ekstrem. Namun, ia meyakini Indonesia masih terbuka ruang bagi dialog, perdamaian dan kebebasan beragama, meski tantangannya nyata.

“Saya pikir Indonesia terlihat lebih demokratik dalam hal-hal yang terkait dengan protes publik. Misalnya, dalam kasus izin gereja, Ahmadiyah, dan beberapa konteks kasus yang lain,” kisah Alissa.

Di sisi lain, Alissa yakin bahwa demokrasi punya manfaat besar yang kompatibel dengan nilai-nilai Islam. “Indonesia menikmati banyak fungsi dari demokrasi. Semisal tentang fungsinya parlemen, lobi publik, juga dengar pendapat antara anggota dewan dengan konstituen,” terangnya. 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …