kufur nikmat
kufur nikmat

Bahaya dan Tanda Kufur Nikmat

Setiap anugerah dan rizki yang didapatkan manusia harus selalu disyukuri. Manusia memang berusaha sekuat tenaga, tetapi segala nikmat tidak luput dari kuasa-Nya. Karena itulah, ketika nikmat berlimpah, seorang hamba tidak boleh terlena dan menyebabkan kesombongan diri tanpa bersyukur.

Kelalaian untuk bersyukur merupakan salah satu perilaku yang sangat dibenci oleh Allah. Bahkan perilaku tersebut dikategorikan sebagai pengingkaran atau disebut kufur nikmat. Allah memperingatkan secara tegas perilaku tersebut dalam firmanNya :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ 

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim:7).

Ayat ini selain sebuah dorongan untuk selalu bersyukur, tetapi juga peringatan bagi manusia untuk tidak jatuh dalam kufur nikmat. Seorang yang terjerat kufur nikmat akan senantiasa merasa kurang atas apapun yang dianugrahkan kepadanya. Mereka akan terjerumus kepada kesyirikan dan selalu berbuat maksiat. Maka Allah akan menganugrahkan siksa yang pedih bagi hamba-hamba yang ingkar.

Kufur nikmat bisa saja terjadi karena ketidaksadaran akan nikmat yang selama ini ia dapatkan. Seorang hamba tidak menyadari bahwa apapun yang ada di dunia ini merupakan anugrah yang diberikan Allah kepadanya. Yang ia sadari hanyalah bahwa apa yang ia miliki di dunia ini sebatas hasil kerja kerasnya selama ini.

Ialah Tsalabah Ibn Hathib al-Anshari yang dapat jadi contoh contoh dari perilaku umat yang kufur nikmat atas Allah. Suatu hari Tsalabah datang kepada Rasulullah untuk meminta didoakan oleh Rasulullah. Dia memohon kepada Rasulullah untuk diturunkan rejaki atas dirinya namun Rasulullah selalu menolak untuk mendoakannya.

Namun usaha Tsalabah tak kenal lelah, untuk meluruhkan hati Rasulullah, Tsalabah kemudian mengucapkan sumpahnya kepada Rasulullah. Jika rasulullah mau memohon kepada Allah atas rejeki kepadanya, maka ia berjanji akan memberikan hak kepada setiap orang yang memiliki hak untuk menerimanya. Maka Rasulullahpun memegang janji Tsalabah. Dan Beliaupun akhirnya mengamini keinginan Tsalabah dan berdoa untuk agar Allah memberikannya rezeki dan memberkahinya.

Maka Allah menganugerahinya dengan ternak yang sehat dan mampu berkembangbiak dengan baik. Namun sayang ketika rejeki yang diterimanya semakin bertambah banyak, maka Tsalabahpun mengingkari janjinya tersebut. Iapun menjadi orang yang ingkar, dan melupakan ibadah yang harusnya menjadi kewajiban bagi setiap muslim.

Kufur nikmat dicirikan dengan suatu perilaku di mana harta dan kepemilikan yang dimiliki justru menjauhkan diri dari Allah dan perbuatan yang shalih. Harta dan kekayaan telah membelenggunya menjadi pribadi yang buruk, angkuh, sombong dan ingkar.

Allahpun menurunkan wahyu kepada Rasulullah yang berisi sindiran kepada orang-orang yang ingkar atas janji untuk menyedekahkan sebagian hartanya jika dikaruniai oleh Allah berupa kekayaan, tetapi setelah diberi kekayaan mereka justru menjadi kikir dan berpaling kepadanya. Allah berfirman dalam surat at-Taubah ayat 75-77.

Adapun beberapa bahayanya orang yang kufur atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya.

Pertama, hati menjadi mati.

Rasa kurang bersyukur dapat mengakibatkan hati manusia mati. Mati berarti tidak merasakan apapun, jadi apapun yang ia dapatkan ia akan senantiasa merasakan kurang dalam dirinya. Ia tidak pernah menyadari bahwa Allah senantiasa memberikannya nikmat secara materi ataupun non materi. Hanya manusia yang mampu merenung yang akan terhindar akan kufur nikmat.

Kedua, Azab dari Allah.

Allah berfirman,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.( QS. Ibrahim:7).

Ketiga, Ancaman Neraka

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”.

Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad mengartikan syukur dengan menggunakan anggota badan dan harta benda untuk mendatangkan ridha Allah. Salah satunya dengan mengucapkan kalimat “Alhamdulillah” yang merupakan cerminan ungkapan syukur manusia kepada tuhannya.

Agama menganjurkan manusia untuk berterima kasih terhadap sesama karena tanpa disadari manusia berutang budi satu sama lain. Maka manusia wajib untuk berterima kasih kepada orang lain dengan ucapan, ‘Jazakallahu khairan (Semoga Allah membalas kebaikmu),’ maka ia telah menjalankan kewajibannya untuk syukur.

Bagikan Artikel ini:

About Indah Fauziah

Check Also

hukum tanam benang

Hukum Tanam Benang untuk Kecantikan, Bolehkah?

Dunia kecantikan tak henti-hentinya berinovasi dengan berbagai metode yang membuat para kaum hawa semakin bisa …

kdrt

KDRT Harus Didiamkan karena Aib Pasangan?

Dalam berumah tangga pasti kita tidak akan terlepas dari masalah yang melibatkan konflik antar pasangan. …