buruk rupa
buruk rupa

Belajar Cinta Kepada Julaibib: Sahabat Buruk Rupa dengan Bekal Takwa

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al Hujarat; 13)

Dalam tafsir al Baghawi, Ibnu Abbas menyematkan sebuah ungkapan; Kemulian di dunia adalah harta yang banyak. Sedangkan di akhirat, kemuliaan dinilai dengan taqwa”. Apa yang disampaikan Ibnu Abbas sesuai dan sejalan dengan ungkapan ‘bekerjalah untuk duniamu seakan engkau akan hidup selamanya. dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan esok engkau akan mati’.

Pesan ayat tersebut menghendaki adanya semangat untuk hidup terhormat dengan bekal harta yang banyak dan mencari bekal sebanyak mungkin untuk kehidupan berikutnya di akhirat. Supaya keduanya menyatu pada diri seseorang maka mesti ada cinta yang mendalam terhadap agama.

Agama Islam sangat membenci kemalasan, ia menganjurkan umatnya untuk giat berusaha sebagai bagian dari tugasnya di dunia. Aktivitas ongkang-ongkang kaki menjadi tercela, Islam menghendaki suatu kaum yang kuat secara materi dan agama.

Adalah Julaibib, salah seorang sahabat yang dihatinya tertanam cinta yang mendalam kepada Rasulullah. Sejak kecil ia telah memiliki cintanya kala memandang Rasulullah. Julaibib terlahir sebagai orang yang buruk rupa. Wajahnya jelek, kulitnya hitam legam, berpostur pendek dan bungkuk. Nasabnya tidak diketahui secara persis.  

Tetapi Allah Maha Adil. Di tengah keterasingannya, karena kebanyakan masyarakat Madinah enggan bergaul dengannya, yang Maha Agung mengangkat derajatnya melalui Rasulullah. Kecintaannya kepada Nabi bernilai istimewa. Sahabat sejati ini kemudian mendapat tawaran dari Rasulullah untuk menikah. Antara percaya dan tidak, ia menanggapi dingin hal ini. Ada rasa tidak percaya diri melingkupinya. Mungkinkah ada yang mau menikah dengan dirinya, seorang yang buruk rupa dengan segala kekurangan yang ada.

Manusia Beda Kasta tapi Satu Cinta

Ternyata Rasulullah serius untuk mencarikan jodoh buatnya. Tersebutlah seorang gadis dengan paras cantik jelita dilamar beliau untuk Julaibib. Kepada ayah gadis tersebut lamaran disampaikan. Ketika ayah gadis menyampaikan perihal lamaran kepada istrinya, sontak saja terkejut bukan main. Hal ini tidak lain karena calon suami anaknya adalah Julaibib pemuda lusuh yang miskin. Kedua orang gadis cantik tersebut bermaksud menghadap Rasulullah untuk menyampaikan penolakannya terhadap pinangan putrinya untuk Julaibib.

Percakapan kedua orang tuanya ternyata didengar oleh gadis yang memiliki rupa jelita, setelah mengetahui siapa yang menyampaikan lamaran Julaibib kepadanya, bahwa Rasulullah meminang dirinya untuk Julaibib, seketika ia langsung berucap; “Demi Allah, saya tunduk dan patuh kepada perintah Rasulullah, apapun yang diperintah beliau pasti akan membawa kebaikan dan tidak akan membawa kehancuran dan kerugian.”

Gadis itu lalu membaca ayat di bawah ini:

 “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (al Ahzab; 36)

Dua insan yang sama-sama cinta kepada Rasulullah akan menyatu dalam ikatan cinta yang abadi. Bukan hal yang mudah bagi wanita yang cantik rupawan menerima lamaran seorang lelaki miskin yang buruk rupa menjadi pendamping hidupnya. Kalau tidak karena cintanya kepada Rasululullah dengan keyakinan bahwa Nabi Muhammad tidak akan pernah menggiring umatnya memasuki lembah keterpurukan.

Malam Pertama Bersama Bidadari

Berlangsunglah pernikahan dua manusia beda kasta, tapi satu cinta. Malam pertama yang menjadi idaman semua insan yang saling menyinta telah tiba, bulan madu yang tentu sangat indah akan dirasakan oleh Julaibib bersama istrinya. Akan tetapi, sebelum merengkuh kenikmatan duniawi tersebut, ada panggilan Jihad dari Rasulullah. Serta merta Julaibib pamit dan minta restu istrinya berjihad di jalan Allah. Istrinya merelakan dan mengantar keberangkatannya. Tanpa rasa gentar Julaibib berangkat ke medan laga.

Setelah perang usai, Rasulullah bertanya kepada sahabatnya tentang keberadaan Julaibib. Setelah para sahabat memeriksa korban perang, dijumpainya Julaibib telah syahid. Takdir Allah berbicara lain, malam pertama di dunia tak sempat dinikmati, namun Allah melunasi malam pertama Julaibib bersama bidadari-bidadari surga yang kenikmatannya tiada tara.

Khusus untuk persiapan pemakaman Julaibib, Rasulullah sendiri yang menggali lubang makamnya. Beliau dengan tangannya sendiri menyambut jenazah sahabatnya ini ke dalam liang lahat, serta membaringkannya dengan cucuran air mata. Begitu harunya. Rasulullah kemudian berdoa: “Ya Allah, dia adalah bagian diriku, dan Aku adalah bagian dari dirinya”

Takwa di atas segalanya. Allah tidak memandang rupa, bentuk, harta  dan segala keindahan dunia, tetapi Allah menilai ketakwaan. Yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertakwa.

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

shalat rebo wekasan

Tahu Shalat Witir Saat Ramadan Saja? Kenali Hukum, Cara, dan Keuatamaan Witir

Memang banyak orang yang hanya mengerjakan Shalat Witir saat bulan Ramadan saja, tepatnya setelah shalat …

Menko Polhukam Hadi Tjahjanto Safari Ramadan di Bantul

Tokoh Agama Harus Berperan Atasi Tantangan di Era Digitalisasi

Yogyakarta – Para tokoh agama harus berperan dalam mengatasi tantangan di era digitalisasi. Pasalnya, era …