bersihkan hati
bersihkan hati

Bersihkan Hati dari Sifat Orang Fasik

Hati manusia menjadi kunci dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Hati yang bersih akan melahirkan perbuatan terpuji yang bermanfaat bagi orang lain. Hati yang bersih membuat seseorang menjadi tenang sekaligus membuat orang lain menjadi nyaman.  Hati yang bersih tak mau menyusahkan orang lain, apalagi konflik dan berseteru dengan orang lain.

Tidak semua orang mampu menggapai hati yang bersih. Banyak manusia yang malah terjerumus dalam hati yang keruh. Akibatnya, nalar manusia mudah dicemari sifat-sifat buruk yang membuat onar dan konflik dengan sesama. Hati yang kotor menjadikan manusia menjadi fasik, yakni keluar dari keta’atan kepada Allah SWT.

Mereka yang fasik inilah yang gampang menyebarkan berita bohong dan membuat konflik antar sesama makin runcing. Ini jelas dinyatakan oleh al-Qur’an dalam surat al-Hujurat ayat 6.      

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Dalam berbagai kitab tafsir ditegaskan bahwa ayat ini turun dalam kisah, bahwa al-Harits bin Dhirar al-Khuza’i r.a, pemimpin Bani Musthaliq, ketika masuk Islam, dia sepakat dengan Nabi  agar Nabi mengutus kepadanya, pada waktu yang disepakati oleh mereka berdua, seseorang yang mengambil zakat Bani Mushtaliq.

Maka, Rasulullah akhirnya mengutus sahabat bernama al-Walid bin Uqbah. Walid ini sendiri ternyata tidak amanah, karena tidak datang langsung kepada Harits, sehingga Harits sendiri merasa aneh dengan keterlambatan utusan Rasulullah.

Bukannya datang kepada Harits, Walid ternyata malah kembali lagi ke Madinah dan memberikan laporan palsu kepada Nabi.

 “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya al-Harits tidak mau membayar zakat kepadaku, malah dia ingin membunuhku.”

Mendengar laporan palsu ini, Nabi akhirnya marah dan mengutus utusan kedua kepada Harits.

Harits sendiri sudah inisiatif segera laporan kepada Rasulullah, karena sudah waktunya laporan. Tapi di tengah jalan bertemu dengan utusan Rasul yang kedua.

 “Kalian diutus kepada siapa?”

 “Kepadamu!”

 “Memangnya kenapa?”

 “Sesungguhnya Rasulullah  telah mengutus al-Walid bin Uqbah kepadamu, tetapi kamu tidak memberikan zakatmu kepadanya dan kamu malah ingin membunuhnya!”

”Tidak, demi Dzat Yang telah mengutus Muhammad dengan haq, aku sama sekali tidak melihatnya dan dia tidak pernah datang kepadaku!”

Akhirnya, Harits segera ingin bertemu Nabi.

 “Apakah kamu tidak mau membayar zakat dan malah ingin membunuh utusanku?”

 “Tidak, demi Dzat Yang mengutusmu dengan haq, aku (sama sekali) tidak melihatnya dan dia tidak pernah datang kepadaku, dan aku tidak pernah menghadap kecuali ketika Rasulullah menahanku, karena aku takut itu akan menyebabkan kemarahan Allah dan Rasul-Nya.”

Dari sini, turunlah surat Hujurat ayat 6. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang tidak mengapa (la ba’sa bihi) dan ia diperkuat dengan ijma’ yang dinyatakan oleh Ibnu Abdil Barr bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kisah ini.

Fasiq itu adalah mereka yang keluar dari keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka tetap muslim dan mukmin, tetapi setiap saat bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang fasiq bukan saja bermaksiat kepada Tuhannya, tetapi juga suka bermaksiat dan berkhianat kepada sesamanya. Inilah yang harus diwaspadai, karena bisa merusak tata hubungan keummatan dan kebangsaan.

Dari sini, untuk membersihkan hati dari sifat fasiq, sebaiknya manusia mengetahui penyebab utama kekerasan dan kegelapan hati. KH Ahmad Ishomuddin (2017), menegaskan bahwa kecintaan kepada selain Allah atau karena hatinya tidak tersinari oleh cahaya iman, islam dan ihsan adalah pintu utama hati jadi gelap. Berikut ini ada 10 (sepuluh) tanda kegelapan hati yang bermanfaat untuk meneliti hati kita sendiri dan bukan untuk mengoreksi orang lain.

Pertama, berkeyakinan bahwa berbagai sebab itu memberi bekas bersama Allah. Hatinya meyakini bahwa sebab itu menentukan bersama Allah. Seperti ketika ia sakit ia minum obat dan kemudian meyakini bahwa yang membuatnya sembuh adalah obat. Padahal jika ia sakit maka yang menyembuhkannya hanyalah Allah. Benar, bahwa Allah telah memerintahkan kita untuk bersebab, seperti berusaha, berobat, makan dan sebagainya. Namun, jangan menyamakan antara sebab dengan musabbib (Allah).

Kedua, tidak merasa takut pada ancaman Allah berupa laknat, azab, dan neraka. Seperti tetap melakukan maksiat tanpa takut siksa, tanpa merasa berdosa, tanpa penyesalan sehingga selalu mengulanginya karena enggan dan menunda-nunda bertobat. Ketiga, tidak tergiur dengan apa yang dijanjikan oleh Allah berupa surga dan ridla-Nya. Keempat, tidak mengambil manfaat dari ilmu karena hatinya terdinding oleh selain Allah. Seperti rajin menghadiri majelis ilmu tetapi perilakunya tidak membaik.

Kelima, tidak mengambil manfaat dari pergaulannya bersama orang-orang yang baik dan taat (shaleh). Ucapan dan perilakunya tidak berubah membaik meskipun bergaul erat dengan orang-orang baik yang selalu menaati Allah dan tidak durhaka kepada-Nya. Keenam, tidak menangis karena menyesali berbagai kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Ketujuh, tidak merasa malu berbuat yang bertentangan dengan sunnah dan merusak kehormatan dirinya. Kedelapan, tidak merasa rugi meninggalkan ketaatan. Seperti tidak merasa rugi dan tidak pula menyesal karena kehilangan kesempatan untuk beribadah. Kehilangan kesempatan untuk berbuat taat merupakan kerugian yang besar.

Kesembilan, tidak merasakan manisnya ketaatan. Orang yang gelap hatinya jelas tidak merasa nyaman dan nikmat dalam ibadahnya. Kesepuluh, tidak merasa prihatin dengan bencana dan musibah yang menimpa kaum muslimin.

Dengan mengetahui 10 hal ini, maka hati akan menjadi jernih dan terbebas dari sifat fasiq.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

KH Anwar Iskandar

Persaudaraan Umat Manusia Butuh Kebersamaan, Idul Fitri Momentum Terbaik Saling Silaturahmi dan Memaaafkan

Jakarta – Persaudaraan umat manusia di seluruh dunia membutuhkan kebersamaan, taawun di antara sesama. Idul …

ning umi laila 3 169

Singgung Rhoma Irama Dalam Ceramahnya, Ning Umi Laila Aku Keliru

Surabaya – Penceramah milenial yang sedang naik daun, Ning Umi Laila kembali viral, dalam ceramahnya …