berteman dengan non muslim
menghormati tokoh non muslim

Berteman dengan Non Muslim, Hati-hatilah!

“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (surat al-Mumtahanah ayat 9).

Banyak orang yang menggunakan ayat di atas sebagai alasan untuk melarang kepada muslim untuk bergaul dengan non-muslim. Lantas benarkah ayat tersebut diturunkan oleh Allah dan dimaksudkan untuk melarang umatnya untuk bergaul selain sesamanya? Haruskah umat Islam hanya memiliki teman dan kawan seagama saja? Benarkah demikian?

Ayat di atas sejatinya berisikan penjelasan terhadap umat Islam agar hati-hati memilih dan menjadikan teman yang non muslim yang memiliki watak memerangi atau berkomplot dengan orang memerangi muslim. kehati-hatian itu penting agar umat Islam tidak justru mempunyai teman yang nyata memerangi agama Allah dan bahkan menghambat dalam penyebaran Islam.

Lalu, pertanyaanya bagaimana dengan non muslim yang tidak memerangi agama Allah? Apakah berarti umat Islam dilarang memiliki teman dengan mereka?  Non muslim dalam perjanjian tidak boleh diperangi bahkan adalah bagian dari komunitas yang dlindungi. Berteman dengan non muslim atau melakukan interaksi dengan mereka yang memiliki perjanjian damai dan tidak memerangi tentu tidak masalah. Ayat di atas bukanlah ayat yang dimaksudkan untuk melarang muslim untuk bergaul dengan non-muslim secara keseluruhan.

Dalam al-Quran dan hadist, Rasulullah telah menjelaskan bahwa kita harus bisa bekerja sama dengan semua orang terlepas dari perbedaan dalam keyakinan (agama) dan menjaga hubungan baik dengan sesame manusia yang tidak memerangi agama Allah.

Kita tahu bahwa Islam merupakan agama yang menjunjung nilai persahabatan tanpa harus melihat identitas serta perbedaan. Untuk ukuran seorang manusia, sahabat merupakan hal yang penting karena seorang sahabat bisa membuat kita merajut kebaikan dan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak.

Artinya, berteman dengan non-Muslim hukumnya sah-sah saja, apalagi dengan merajut persahabatan itu kita akan bisa mempersatukan lintas suku, bangsa, budaya, etnik dan agama, apalagi dalam konteks masyarakat yang beragam seperti Indonesia.

Nabi Muhammad sendiri juga mencontohkan bahwa beliau juga memiliki seorang sahabat yang non-muslim. Kala itu, Sekitar 615 M Rasulullah memerintahkan para pengikutnya untuk menyelamatkan diri ke Habasyah tepatnya di Kerajaan Aksum yang pemimpin negeri tersebut beragama Nasrani.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di negeri Habasyah terdapat seorang raja yang tak seorang pun dizalimi di sisinya. Pergilah ke negerinya hingga Allah membukakan jalan keluar bagi kalian (Muslimin) dan penyelesaian atas apa yang menimpa kalian.” (Fathul Bari VII:189).

Dan benar adanya, ketika mereka di kejar oleh komplotan kaum Quraisy dan berlindung di kerajaan Aksum, Raja an-Najasyi menerima Muslimin dengan ramah. Mereka memperoleh izin menetap dan juga perlindungan dengan aman di Aksum, dari kejaran kaum Quraisy.

Dari cerita diatas bisa kita simpulkan bahwa, kebaikan yang dimiliki seseorang bukanlah karena agama apa yang dia pengang, namun tentang bagaimana dia mengimani Tuhannya dengan sesuatu yang baik. Karena pada dasarnya, tidak ada satu pun agama yang tumbuh di negeri kita ini yang mengajarkan tentang keburukan.

Jadi, memang tergantung dari keimanan dan attitude mereka masing-masing. Sebagai umat Islam pastinya kita dituntut untuk mampu berdakwah. Jadi kenapa kita tidak memilih dakwah yang humanis atau dengan menjalin pertemanan.

Berteman dengan dengan non-Muslim, dengan mengusung atau berperilaku yang baik, santun, ramah, maka mereka akan melihat bahwa Islam adalah agama yang sejuk, agama yang damai. Memang harus kita sadari bahwa, perlunya memilih lingkungan pertemanan kita. Karena teman yang memiliki akhlak yang buruk akan cenderung menjerumuskan kita kepada keburukan juga. Namun memilih baik buruknya teman juga tidak dimaksudkan memilih dari segi agamanya, lebih kepada kepribadiannya.

Bagikan Artikel ini:

About Novi Nurul Ainy

Check Also

makmum

Makmum Kesal Lempari Imam dengan Sandal, Siapa yang Salah?

Heboh sebuah video yang beredar tentang seorang makmun yang nyaris memukul seorang imam dengan sandal …

10 hari terakhir ramadan

Apa Istimewanya 10 Hari Terakhir Bulan Ramadan?

Bulan Ramadan dibagi menjadi tiga fase keistimewaan, yakni sepuluh hari pertama, sepuluh hari kedua, dan …