murtad
murtad

Haruskah Orang Murtad Dibunuh?

Dalam sejarah kenabian, fenomena pindah agama sering terjadi. Memeluk agama Islam lalu meninggalkannya. Fikih menyebutnya murtad. Pertanyaannya, apakah Nabi melakukan eksekusi mati terhadap sahabat-sahabatnya yang murtad?. Pertanyaan ini penting untuk dicari jawabannya.

Imam Thabari, dalam karyanya Jami’ al Bayan fi Ta’wil ayi al Qur’an ketika menafsirkan surat al Isra’ ayat 60 menjelaskan dan menceritakan beberapa sahabat Nabi yang murtad pasca Isra’ dan Mi’raj yang dilakukan beliau. Kesimpulan tafsir al Thabari tersebut meyakinkan kepada umat Islam bahwa Nabi tidak memerintahkan untuk mengeksekusi mereka yang murtad.

Pada masa sahabat fenomena murtad juga pernah terjadi. Tepatnya pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab. Sahabat Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf murtad. Peristiwa ini ditulis oleh Ibnu Hajar dalam karyanya al Ishabah fi Tamyiz al Shahabah. “Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf bin Wahab bin Khudzafah bin Jumah al Qurasy al Jumahi, saudara Shafwan memeluk Islam pada saat peristiwa Fathu al Makkah, bahkan ia sempat menyaksikan haji wada’. Dan menurut sumber yang akurat serta tidak diragukan kebenarannya ia telah murtad pada masa Khalifah Umar bin Khattab”.

Kisah Rabi’ah bin Umayyah ini juga diceritakan oleh Imam Baihaqi dalam kitab Sunannya. Abdurrahman bin ‘Auf menceritakan perjalanannya suatu malam saat melakukan ronda bersama Umar bin Khattab. Di tengah perjalanan mereka berdua melihat sebuah rumah yang lampunya masih menyala dan pintunya terbuka. Berdua mereka mendekati rumah tersebut dan mendengar suara sangat keras dari dalam rumah. Umar bin Khattab kemudian memberi tahu Abdurrahman bin ‘Auf bahwa rumah itu milik Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf yang saat itu sedang mabuk karena meminum khamar.

Umar meminta saran kepada Abdurrahman bin’Auf, apa yang akan mereka perbuat melihat fenomena ini?. Abdurrahman berkata, “Kita saat ini melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah, bukankah Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memata-matai”, dan kita telah memata-matainya. Khalifah kemudian mengajak Abdurahman pergi meninggalkan rumah tersebut.

Jelas sudah apa yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat menyikapi orang murtad. Kalau begitu, kenapa saat ini ada sekelompok umat Islam yang sangat berambisi membunuh mereka yang dituduh murtad. Padahal tuduhan itu hanya berdasarkan asumsi mereka sendiri karena tidak sejalan dan beda paham. Heran memang. Lebih tragis lagi apa yang dilakukan oleh kelompok terorisme yang melegalkan pembunuhan terhadap non-muslim dengan aksi bom bunuh diri. Bahkan kepada sesama muslim yang tidak sehaluan.

Untuk itu, perlu secepatnya membangun kesadaran agama yang berbasis pada contoh dan teladan Nabi, para sahabat, tabi’in, pengikut tabi’in serta para ulama. Supaya tidak selalu berjibaku dengan kesalahan seperti ini dan berpikir bagaimana menyuguhkan nilai-nilai ajaran Islam yang rahmatan lil’alamin. Kemajuan peradaban Islam, pencapaian teknologi mutakhir, dan pencapaian kemajuan ekonomi, jauh seribu kali lebih penting daripada selalu berkutat dengan gelimangan dosa karena menuduh murtad, mengkafirkan, membunuh, menuduh bid’ah dan sebagainya.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …