pesan imam syafii
pesan imam syafii

Ikutilah Ulama yang Dibenci Orang Kafir, Benarkah Perkataan Imam Syafii

Di Media Sosial, belakangan ramai statemen-statemen yang mengatasnamakan tokoh-tokoh agama. Unggahan seperti meme, status, dan sebagainya yang berisi maqalah (ucapan) yang dibilang ucapan seseorang. Miris, biasanya pengunggah melakukan hal itu tanpa konfirmasi terlebih dulu kepada yang bersangkutan, atau disengaja dan dipelintir untuk kepentingannya sendiri.

Unggahan tersebut berseliweran di berbagai media sosial dan dikonsumsi oleh khalayak ramai. Bahaya bila langsung percaya begitu saja tanpa cek and ricek lebih dulu. Sebab boleh jadi hanya propaganda kelompok tertentu yang bertujuan memecah belah umat Islam atau usaha menanamkan benih-benih kotor doktrin radikalisme dengan membenci ulama ahlu sunnah wal jamaah yang berwawasan moderat dan kebangsaan.

Salah satu yang benar-benar marak saat ini, terutama di media sosial, adalah ungkapan yang diklaim sebagai perkataan Imam Syafi’i tentang “Panah Fitnah”.

Suatu ketika Imam Syafi’i ditanya, “Apa standar untuk mengetahui pengikut kebenaran  di jaman yang penuh fitnah”?

Beliau menjawab “Engkau bisa melihat anak panah musuh (ditujukan kepada siapa), arah anak panah itulah petunjuk bagimu siapa penganut kebenaran itu”

Selain ini, ada versi lain yang juga diklaim perkataan Imam Syafi’i, yaitu:

Imam Syafi’i pernah berkata, “Nanti di akhir zaman akan banyak ulama yang membingungkan umat, sehingga umat Islam bingung menentukan mana ulama pewaris Nabi dan ulama su”.

Kemudian salah satu murid beliau bertanya, “Wahai guru, lalu ulama seperti apa yang harus kami ikuti”?

Imam Syafi’i menjawab, “Ikutilah ulama yang dibenci kaum kafir, kaum munafik dan kaum fasik, dan jauhi ulama yang disenangi mereka, sebab ia akan menyesatkan dan menjauhkanmu dari ridho Allah”.

Benarkah perkataan Imam Syafi’i? Untuk menguji kebenarannya, tentu harus melakukan riset dengan melihat dan membaca kitab-kitab karya Imam Syafi’i sendiri, karya-karya murid-murid beliau, dan kitab para ulama pengikutnya.

Hal ini telah dilakukan oleh Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand Nadirsyah Hosen. Akrab disapa Gus Nadir. Dosen Senior Monash Law School ini telah melakukan riset panjang, baik di kitab karya Imam Syafi’i sendiri dan para ulama yang lain, tidak satupun yang memuat perkataan di atas.

Beliau juga tidak mendapati sanad kutipan yang diklaim bersumber dari Imam Syafi’i. Bahkan beliau bertanya langsung kepada Syaikh Ibrahim al Shafie, seorang ulama keturunan langsung dari Imam Syafi’i, lewat WA beliau mengonfirmasi kepada Gus Nadir bahwa ia juga tidak menemukan kutipan tersebut di kitab-kitab Imam Syafi’i dan karya-karya murid-muridnya.

Bila demikian, jelas semua itu adalah kebohongan. Artinya, ada kelompok yang dengan sengaja membuat pernyataan yang seolah itu pernyataan Imam Syafii. Untuk apa? Tentu saja dibuat sebagai narasi untuk tujuan propaganda dan pecah belah dan mendiskreditkan ulama tertentu dengan merasa fanatik terhadap ulama tertentu.

Sebab itu, mulai detik ini, umat Islam sejatinya tidak menelan mentah-mentah informasi di media massa. Terutama yang diklaim bersumber dari seorang ulama, tokoh agama, kiai dan seterusnya. Kesimpulan yang diambil oleh Gus Nadir menurut penulis adalah valid dan benar.

Dalam kitab Manaqib al Imam al Syafi’i karya Imam Fakhruddin al Razi termaktub ungkapan Imam Syafi’i yang menyatakan bahwa standar kebenaran adalah mengacu pada al Qur’an dan hadis. Semua orang yang berbicara berdasar dua sumber primer agama Islam tersebut layak diikuti.

Tentu saja, yang dimaksud dengan mengacu kepada al Qur’an dan hadis disini tidak menafikan dalil pendukung yang lain, seperti ijma’ dan qiyas. Sebab Imam Syafi’i sendiri secara tegas mengakui hal ini. Pemahaman kembali kepada al Qur’an dan hadis tentu dengan perangkat pendukung seperti ilmu tafsir, ilmu hadis, Ushul fikih, kawaid fikih dan ilmu pendukung yang lain.

Bukti berikutnya, bahwa standar kebenaran menurut Imam Syafi’i bukan arah anak panah musuh adalah ungkapan dua murid beliau Al Muzanni dan Rabi’ yang termuat dalam kitab Ahkam al Qur’an karya Ibnu ‘Arabi. Keduanya menceritakan, suatu saat ada orang tua datang menemui Imam Syafi’i dan bertanya, “Apa hujjah dalam agama Allah”. Imam Syafi’i menjawab, “Al Qur’an dan Hadis”.

Teori memahami al Qur’an dan hadis ala Imam Syafi’i seluruhnya beliau tulis dalam kitab al Risalahnya. Kitab ushul fikih pertama dalam sejarah Islam.

Dengan demikian, jelas sudah bahwa yang selama ini dianggap perkataan Imam Syafi’i, seperti panah fitnah dan anjuran mengikuti ulama yang dibenci kaum kafir, munafik dan fasik adalah narasi yang sengaja dibuat sebagai propaganda adu domba, dan kepentingan politik.

Tentu saja narasi ini adalah bagian dari delegitimasi ulama, kiayi dan tokoh ulama yang terus berkomitmen untuk menjaga Islam dan negara. Mereka para ulama yang mempunyai komitmen kebangsaan yang kuat tetapi sering dituduh sebagai ulama su’u yang dibenci kelompok radikal.  

Menjadi miris dengan kondisi saat ini ulama sekaliber Imam Syafii pun dibuatkan narasi yang seolah itu berasal darinya. Namun, apa daya? Jangankan Imam Syafii, bahkan Rasulullah pun terkadang diajdikan legitimasi dengan semisal bermimpi bertemu Rasulullah. Sekali lagi marilah, jangan menggunakan orang-orang mulia untuk kepentingan yang hina!

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …