umat muslim melaksanakan ibadah shalat idul fitri hijriah
umat muslim melaksanakan ibadah shalat idul fitri hijriah

Ini Alasan Aceh Disebut Serambi Makkah

JAKARTA – Orang-orang Indonesia sejak zaman Belanda telah melaksanakan ibadah haji, dahulu kala menggunakan kapal yang dalam perjalanan bisa menempuh waktu berbulan-bulan untuk dapat sampai ke tanah suci Makkah Al Mukarramah. Konon, perjalanan ke tanah suci tidak bisa langsung dari daerah asal, namun harus singgah dahulu ke Aceh.

Para jamaah haji yang singgah ke Aceh memanfaatkan waktu untuk belajar manasik haji dan mempersiapkan bekal pelayaran selama berbulan-bulan, maka tidak heran kemudian Aceh disebut sebagai kota ‘Serambi Makkah’.

“Konon dulu, jamaah calon haji Indonesia tidak langsung berangkat ke Makkah, tapi lebih dulu singgah di Serambi Makkah yaitu Aceh,” tulis H. Harun Keuchik Leumiek dalam bukunya “Menelusuri Jejak Sejarah Islam Melalui Ritual Ibadah Haji dan Umrah”. Seperti dikutip dari laman republika.co.id Sabtu (18/9).

Setelah transit di Aceh itu baru jamaah berangkat dengan kapal ke Makkah. Beberapa sumber sejarah menyebutkan julukan Aceh sebagai ‘Serambi Makkah’ karena Aceh dulu adalah tempat berkumpulnya jamaah calon haji yang ingin melanjutkan perjalanan ke Makkah Almukarramah untuk menunaikan ibadah haji.

“Pada waktu itu jamaah calon haji yang melaksanakan rukun Islam kelima ini sangat sedikit,” katanya.

Jamaah calon haji Indonesia ketika itu harus
melalui Selat Malaka di Aceh. Malah menurut sejarah, para jamaah calon haji dari berbagai daerah di Indonesia saat itu dan setibanya di Aceh mereka lebih dulu belajar manasik haji sampai berbulan-bulan sebelum melanjutkan perjalanannya ke Mekkah.

Salah satu lokasi tempat belajar manasik haji yang sangat terkenal di Aceh ketika itu adalah di Pelanggahan yang terletak di pinggir Krueng Aceh,di mana kapal-kapal saat itu banyak berlabuh. Kampung Pelanggahan ini termasuk kampung yang sangat maju, karena letaknya di pingir kuala Aceh dan termasuk bandarnya Banda Aceh ketika itu.

“Sekarang letak kampung Pelanghahan ini hanya sekitar 1,5 km dari pusat Kota Banda Aceh,” katanya.

Di Kampung Pelanggahan ini dulu ada sebuah balai pengajian yang letaknya persis pinggir Krueng Aceh dan sebuah Masjid yang sangat indah, yaitu Masjid Tgk. Di Anjong Namun sayang dalam bencana tsunami tahun
2004 lalu, Masjid ini hancur total.

Kembali ke soal jamaah calon haji dulu setelah belajar manasik haji dan ilmu-ilmu agama lainnya di Pelanggahan barulah mereka berangkat ke Mekkah. Demikian pula saat mereka pulang, juga singgah di Serambi Mekkah (Aceh).

“Malah tak jarang di antara jamaah haji saat pulang terus menetap di Aceh dan kawin dengan warga Aceh hingga beranak cucu di Aceh,”  katanya.

Salah seorang yang penulis ketahui jamaah haji pulang dan Makkah terus menetap di Aceh adalah Tgk. Abdurrahman yang menetap di
Gampong Lampaloh Banda Aceh. Tgk. Abdurrahman ini adalah keturunan raja dari keraton Yogyakarta.

Menurut Guru Besar Sejarah Universitas Gajah Mada Prof. Ibrahim Alfian (alm). Tgk. Abdurrahman ini adalah seorang pejuang yang sepulang dari menunaikan ibadah haji memilih menetap di Aceh.

“Menurut silsilahnya, penulis sendiri termasuk cicit sebelah ibu dari Tgk. H. Abdurrahman, yang kuburannya sering dikunjungi orang-orang dari Jawa,” katanya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ilustrasi masjid tempat ibadah umat

Khutbah Jumat: Menjaga Semangat Beribadah Ramadan di Bulan Syawwal

Khutbah I الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ …

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …