sakratul maut
sakratul maut

Inilah Jawaban Lima Anggota Tubuh Orang Mukmin Ketika Malaikat Izrail Hendak Mencabut Ruhnya

Kematian merupakan suatu keniscayaan yang akan dialami oleh setiap individu. Ketika kematian datang, tak satupun jiwa dapat menunda apalagi menolaknya. Dalam proses menuju kematian, tentu setiap jiwa akan mengalami sakaratul maut yang sakitnya yang bukan alang kepalang karena disitulah proses terjadinya perpisahan antara raga dengan nyawa.

Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.

Bahkan Rasulullah SAW menggambarkan bahwa “Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang”. (H.R. Ibnu Abu Dunya). Ada hal yang perlu diketahui oleh setiap manusia, bahwa dalam proses sakaratul mautnya seorang mukmin, maka terjadi percakapan antara anggota tubuh dengan sang malaikat pencabut nyawa.

Percakapan yang pertama : ketika malaikat izrail hendak mencabut nyawa melalui mulut orang mukmin. Telah diterangkan dalam suatu hadits bahwasanya apabila Allah hendak mencabut ruh seorang hamba-Nya, maka datanglah Malaikat Izrail kepada seorang mukmin dari arah mulutnya.

Maka seketika keluarlah ucapan dari mulut orang mukmin tersebut “Wahai Malaikat Izrail!. Bukan jalanmu untuk mencabut ruh dari jalan ini, karena mulut ini telah aku pergunakan untuk mengingat Asma Allah SWT! Mendengar jawaban tersebut, Malaikat Izrail kembali kepada Allah SWT dan mengadukan hal tersebut. Lalu Allah SWT pun berfirman :Cabutlah ruhnya dari arah yang lain!.

Percakapan kedua : ketika malaikat izrail hendak mencabut nyawa melalui tangan. Setelah Malaikat Izrail gagal mencabut nyawa melalui mulut, kemudian Ia kembali datang dari arah tangan orang mukmin tersebut.

Lalu tangannya pun berkata :Bukan jalanmu wahai Malaikat Izrailuntuk mencabut ruh dari jalan ini, karena sesungguhnya tangan ini telah aku pergunakan untuk bersedekah dan mengasihi anak Yatim dan menulis ilmu agama untuk memerangi orang-orang kafir!.

 Percakapan ketiga : ketika Malaikat Izrail hendak mencabut nyawa melalui kaki. Ketika mendengar jawaban dari mulut dan tangan, Malaikat Izrail pun kembali datang ke bagian kaki orang mukmin tersebut.

Lalu malaikat Izrail pun mendengar jawaban dari kaki tersebut : Bukan jalanmu wahai Malaikat Izrail! Seseungguhnya kaki ini telah kupergunakan untuk berjalan menuju Shalat, dan tempat pengkajian ilmu.

Percakapan keempat : ketika Malaikat Izrail hendak mencabut nyawa melalui ke bagian telinga.  Lalu telinga pun menjawab : Bukan jalanmu wahai Malaikat Izrail! Seseungguhnya telinga ini ku pergunakan untuk dzikir, mendengar Adzan dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an.

Percakapan yang kelima adalah ketika Malaikat Izrail hendak mencabut nyawa melalui kedua mata.Kedua mata pun menjawab : Bukan jalanmu wahai Malaikat Izrail! Seseungguhnya kedua mata ini kupergunakan untuk membaca Al-Qur’an, melihat kedua orang tuaku, dan melihat para Ulama dan orang shaleh.

Mendengar jawaban ke lima anggota tubuh orang mukmin tersebut, lalu Malaikat Izrail pun menghadap Allah SWT dengan melaporkan jawaban-jawaban tersebut. Lalu Allah SWT berfirman : Wahai Malaikat Izrail, gantungkanlah nama-Ku diatas telapak tanganmu, dan perlihatkan nama-Ku kepada ruh hamba-Ku sehingga ruh itu keluar!.

Kemudian malaikat Izrail menuliskan nama Allah SWT tersebut keatas telapak tangannya, kemudian diperlihatkan kepada hamba yang mukmin tersebut, lalu keluarlah ruh tersebut lantaran melihat nama Allah SWT. Sehingga hilanglah rasa sakit dan kepedihan sakaratul maut  dan tidaklah hilang siksa yang pedih dari seorang hamba apabila tertanam di dada mereka nama Allah SWT.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Az-Zumar ayat 22 yang berbunyi:

أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.

Dari uraian diatas, kita dapat mengambil pelajaran yang amat berharga yakni sudah sepatutnya kita berusaha semaksimal mungkin untuk selalu meningkatkan keimanan kepada Allah SWT agar kelak kita diwafatkan dalam khusnul khotimah sebagaimana do’a yang setiap hari kita lafadzkan :

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ

Ya Allah, jadikanlah sebaik-baiknya umurku hingga ajal (menjemput) diriku, dan jadikanlah sebaik-baiknya perbuatanku hingga kesudahannya, dan sebaik-baiknya masaku hingga berjumpa dengan-Mu.”

Bagikan Artikel ini:

About Ahmad Cahyo

Mahasiswa Program S2 PTIQ Jakarta

Check Also

Hari Santri

Memperingati Hari Santri Sebagai Wujud Hubbul Waton Minal Iman

Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak tanggal 22 Oktober 2015 telh ditetapkan sebagai peringatan hari santri …

meninggal di tanah suci

Belajar dari Peletakan Hajar Aswad : Praktek Demokrasi Ala Nabi

Pada saat ini banyak Negara islam ataupun Negara yang mayoritasnya adalah muslim turut mengadaptasi sistem …