madinah masa nabi
islam madinah

Islam Periode Madinah

Islam periode Madinah merupakan fase penting dari transformasi Islam sebagai agama menjadi sebuah peradaban. Persaudaraan kewarganegaraan, perjanjian, keadilan dan kesetaraan adalah pilar yang melandasi peradaban Madinah.


Islam periode Madinah menandai kejayaan sebagai sebuah peradaban baru. Bermula setelah peristiwa isra’ mi’raj Nabi, suatu perkembangan datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Mekah. Mereka yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam beberpa gelombang.

Pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa orang Khazraj berkata kepada Nabi: “Bangsa kami telah lama terlibat dalam permusuhan, yaitu antara suku Khazraj dan ‘Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya Tuhan mempersatukan mereka kembali dengan perantaraan engkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh krena itu, kami akan berdakwah agar mereka mengetahui agama yang kami terima dari engkau ini.” Mereka giat mendakwahkan Islam di Yatsrib.

Berikutnya pada tahun keduabelas kenabian, delegasi Yatsrib, terdiri dari sepuluh orang suku Khazraj dan dua orang suku ‘Aus serta seorang wanita menemui Nabi di suatu tempat yang bernama Aqabah. Di hadapan Nabi mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian kembali ke Yatsrib sebagai juru dakwah dengan ditemani oleh Mus’ab bin Umair yang sengaja diutus Nabi atas permintaan mereka. Ikrar ini disebut sebagai Perjanjian ‘Aqabah pertama.

Pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta pada Nabi agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian ‘Aqabah kedua.

Setelah Rasulullah mandapat perintah dari Allah untuk berhijrah maka beliau berangkat bersama Abu Bakar, semua perbekalan perjalanan telah disiapkan oleh Asma Binti Bakar. Abu Bakar telah menyewa penunjuk jalan yang bernama Abdullah Ibnu Uraiqith dari bani Dail Ibnu Bakar. Walau dia masih beragama musyrik, tapi dapat dipercaya. Abu Bakar berpesan untuk merahasiakan kepergiannya dan menjemput di Goa Tsur setelah 3 malam.

Membangun persaudaraan

Maka terjadilah peristiwa hijrah itu, dari Mekkah menuju Madinah. Adapun hal-hal penting yang dilakukan oleh Nabi bersama kaum muslim di antaranya sebagai berikut.

Pertama, mendirikan masjid untuk tempat berkumpul dan bertemu di samping tempat ibadah. Masjid ini juga digunakan untuk “menampung” fakir miskin, yang menempati sisi yang beratap (suffah), sehingga mereka disebut ahlu al-suffah.

Kedua, mempersaudarakan antar kaum muslim, yaitu antar kaum Muhajirin maupun antara Muhajirin dan Ansor. Kaum Muhajirin adalah orang-orang Mekkah yang hijrah ke Madinah, sedangkan kaum Ansor adalah penduduk Madinah yang menolong Rasulullah dan kaum Muhajirin.

Ketiga, membuat perjanjian untuk bekerjasama dan saling membantu antara kaum muslim dan bukan muslim. Masyarakat Madinah waktu itu terdiri atas tiga kelompok, yaitu kaum muslimin, orang-orang Arab yang belum masuk Islam, dan kaum Yahudi dari bani Nadir dan bani Quraizah.  

Tiga kelompok masyarakat di Madinah tersebut mengadakan perjanjian, yang biasa disebut Piagam Madinah; (1) Setiap kelompok dijamin kebebasannya dalam beragama, (2) Setiap kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang bersalah, (3) Setiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahankan Madinah, baik yang muslim maupuin non-muslim, dan (4) Semua penduduk Madinah sepakat mengangkat Muhammad sebagai pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala perkara yang dihadapkan kepadanya.

Keempat, meletakkan landasan berpolitik, ekonomi dan kemasyarakatan bagi negeri Madinah yang baru terbentuk. Dasar berpolitik negeri Madinah adalah prinsip keadilan yang harus dijalankan kepada setiap penduduk.

Setelah masyarakat Madinah kokoh, Rasulullah segera merancang untuk menyebarkan Islam ke luar Madinah, dan target utamanya adalah Mekkah, yang di kemudian hari berhasil ditaklukkan. Mengapa Mekkah?

Mekkah adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islamlah, Islam bisa tersebar ke luar. Apabila suku Nabi Muhammad Saw. sendiri mengakui kebenaran Islam, akan memperoleh dukungan yang besar dari orang-orang Quraisy.

Bagikan Artikel ini:

About Ali Usman

Pengurus Lakpesdam PWNU DIY

Check Also

kemerdekaan palestina

Gilad Atzmon dan Pandangannya tentang Kemerdekaan Palestina

Gilad mendukung penuh “hak pulang kampung” rakyat Palestina dan “solusi negara tunggal” bagi penyelesaian konflik yang sudah berlangsung lama itu.

asmaul husna

Kearifan Sufi dan Terapi Asmaul Husna

Menjadi seorang sufi, atau menjalankan ajaran tasawuf dalam kehidupan sehari-hari adalah sebuah tantangan. Dikatakan demikian, …