penyakit hati
penyakit hati

Jangan Hanya Fokus Kesehatan Fisik, Kenali 3 Penyakit Hati Yang Sering Menyerang

Apakah Anda tahu bahwa manusia itu terdiri dari unsur lahir dan batin? Apakah Anda tahu bahwa batin terdiri dari beberapa lapisan? Jika Anda belum mengerti unsur batin ini, maka Anda perlu membaca tulisan ini dengan seksama.

Unsur dalam diri manusia dibagi menjadi dua, yaitu lahir (fisik) dan batin. Unsur fisik berupa kepala, badan, anggota badan, dan organ-organ yang melekat di dalamnya. Fisik ini tersusun atas unsur-unsur kimia, seperti karbon (C), hidrogen, (H), oksigen (O), dan unsur-unsur yang lain. Unsur batin pada manusia antara lain adalah hati (qalbu), ruh, dan hawa (baca: hawa nafsu).

Penyakit fisik akan menyerang tubuh fisik kita, sedangkan penyakit batin akan menyerang unsur batin kita. Jika terserang penyakit fisik, kita segera pergi ke dokter untuk berobat. Bagaimana dengan penyakit batin (hati)? Kemanakah kita akan pergi berobat? Jika tubuh fisik kita perlu skin care, bagaimana dengan unsur batin kita?

Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas tiga penyakit hati yang sering menyerang pada usur batin kita. Penyakit hati sebetulnya sangatlah banyak, dan proses pengobatannya membutuhkan waktu yang lama dan konsisten. Namun, penyakit hati yang menjadi induk dari penyakit hati turunanannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hasud, riya’ dan ujub.

Pertama, hasud adalah iri-dengki. Hasud adalah apabila kita merasa keberatan dengan nikmat Allah yang telah diberikan kepada hamba-Nya baik berupa ilmu, harta, dan popularitas, sehingga kita merasa suka jika nikmat tersebut hilang dari hamba-Nya walaupun kita tidak mendapatkan nikmat tersebut. Nabi SAW menegaskan bahaya hasud dalam hadist berikut:

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ اَلْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

Dari Anas ra. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Sifat iri-dengki akan menyebabkan hangusnya pahala amal kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar (HR. Ibnu Majah)

Sifat hasud merupakan puncak dari keburukan. Hasud diawali dengan sifat pelit dan sifat syahih. Pelit itu terhadap sesuatu yang ada pada dirinya, sedangkan syahih adalah pelit dengan nikmat Allah yang menjadi ketentuannya, bukan pada dirinya. Sebagai ilustrasi, pelit adalah apabila kita memiliki makanan dan tidak rela membagikannya kepada orang lain. Syahih adalah apabila kita tidak rela jika Allah memberikan nikmat kepada teman kita. Hasud adalah apabila kita tidak rela jika Allah memberikan nikmat kepada teman kita, dan kita ingin nikmat tersebut hilang darinya, walaupun kita tidak mendapatkan nikmat tersebut. Sehingga, sifat hasud ini sangatlah buruk, padahal hubungan dengan sesama muslim tidaklah demikian, seperti dalam hadist Nabi SAW:

Orang mukmin itu seperti satu jasad, jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya” (HR. Ibnu Bathhal)

Kedua, riya’ adalah keinginan kita untuk mendapatkan posisi di hati makhluk supaya mendapatkan kedudukan, dan kehormatan. Riya merupakan syirik kecil. Dalam sebuah riwayat, Nabi SAW bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ الرِّيَاءُ

“Sesungguhnya yang aku takutka atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya” (HR. Ahmad)

Penyakit riya ini dapat menjangkiti siapapun, dan terkadang tidak disadari karena sudah sering terjadi pada diri kita. Bahkan, orang yang mati syahid pun gagal masuk surga akibat terjangkiti riya di dalam dirinya ketika berperang. Coba kita renungi, bagaimana dengan shalat kita yang tidak khusyu’ itu? Bagaimana dengan sedekah kita yang masih ingin dipuji itu? Apakah selamat dari sifat riya dan dapat mengantarkan kita ke surga?

Dalam sebuah riwayat, Nabi SAW bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لأَنْ يُقَالَ جَرِىءٌ. فَقَدْ قِيلَ. ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ

“Sesungguhnya manusia pertama yang diputuskan di hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid. Dia dihadapkan, lalu Allah menunjukkan kenikmatan-kenikmatanNya, maka dia pun mengenalnya. Allah bertanya: “Apa yang telah kamu lakukan padanya?” Orang itu menjawab: “Aku berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid”. Allah berkata: “Engkau bohong, sesunggugnya Engkau berperang supaya disebut pemberani. Itulah pahalanya”. Kemudian diperintahkan, lalu dia diseret di atas wajahnya sampai dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim).

Ketigaujub (mengagungkan diri), kibr (sombong), dan fakhru (merasa bangga dengan diri) adalah berbangga dengan amal perbuatan diri kita seraya menganggapnya baik, sedangkan amal perbuatan orang lain dianggap rendah. Ketiganya dalam istilah Indonesia disebut denga sombong. Sifat sombong (kibr) terbagi menjadi dua, yaitu lahir dan batin. Sifat kibr batin adalah kibr yang belum terwujudkan dalam diri, sedangkan sifat kibr lahir adalah kibr yang sudah terekspresikan pada anggota tubuh. Sifat kibr lahir ini disebut juga dengan takabur.

Tanda-tanda kita sedang terkena sifat ini adalah sering terucap kata “saya” pada lisan yang disertai dengan bangga diri. Buah dari sifat sombong adalah merasa terdepan saat di majelis, dan tidak ingin dikalahkan saat berbicara. Perbuatan dosa yang pertama diperbuat adalah sifat sombong yang ditunjukkan oleh iblis. Hal ini tergambarkan dalam Al-Qur’an:

قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Qs. Al-A’raf: 12).

Semoga kita semua dijauhkan dari sifat tercela dalam hati, khususnya hasud, riya dan sombong.

Bagikan Artikel ini:

About Hamzah Alfarisi

Aktivis Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (MATAN) dan Mudir Pesantren Mahasiswa Ma'had Jawi IPB University.

Check Also

mencari sahabat di media sosial

Inilah 5 Kriteria untuk Mencari Sahabat di Media Sosial dalam Islam

Manusia secara tabiat memiliki kecenderungan untuk berkumpul dengan manusia lainnya. Hubungan pertemanan adalah salah satu …

riya

Mengenali Sumber Riya dan Cara Mengobatinya

Sebagai muslim-muslimah, kita harus mengenali potensi-potensi maksiat dalam dirinya baik yang zahir (luar) ataupun yang …