aceh
aceh

Jejak Kerajaan Samudera Pasai dalam Proses Islamisasi Nusantara (Bagian 2)

Eksistensi Jaringan Internasional

Sebagaimana disebutkan sebelunya, Kerajaan  Samudera  Pasai  yang terletak  di  Aceh bukan merupakan kerajaan Islam pertama di Aceh. Sebelumnya telah berdiri kerajaan lain. Namun, patut dicatat bahwa Samudera adalah kerajaan yang memiliki corak pemerintahan yang kokoh dengan tata pemerintahan yang kuat. Hal ini bisa juga dilihat dari adanya mufti kerajaan dan dalam penelitian lain Samudera telah mempunyai sistem kalender mapan yang ada di bawah sistem kerajaan (Ismail: 2018, 201). Sistem kalender ini menunjukkan bahwa kerajaan Samudera telah mengalami kemajuan terutama dalam bidang teknologi dan perdagangan. Dalam banyak hal sistem kalender digunakan dalam pola perjanjian perdagangan.

Sultan Malik Al-Shaleh, sebagaimana dalam catatan sejarah dan catatan pengembara disebutkan sebagai Sultan Kerajaan Pasai pertama. Malik Al-Shaleh sebenarnya bukan nama asli, tetapi nama yang ia sandang setelah masuk Islam. Nama asli sang Sultan adalah Meurah Silu. Sebagai pendiri kerajaan ini, Malik memerintah lebih kurang 30 tahun  (1267-1297M). Catatan tentang periode ini juga dilekatkan pada catatan tanggal dari nisan yang merujuk pada sang raja.

Dalam sejarahnya, Kerajaan Samudera tentu bukan sekedar kerajaan lokal yang tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan kerajaan lain. Bukti sistem pemerintahan yang kuat dalam perdagangan dapat dipastikan bahwa kerajaan ini mengandalkan perdagangan sebagai bagian dari kekuatan ekonomi yang berpusat pada pelabuhan. Ibnu Bathutah pernah singgah di Pasai tahun 1346 M. Dalam kunjungan tersebut ia mencatat singkat tentang keberadaan kerajaan Samudera saat ia berkunjung ke Cina. Bahkan dikatakan bahwa utusan Kerajaan Samudera sudah rutin mengutus utusan untuk menyerahkan upeti. Bukti-bukti ini memperlihatkan bahwa kerajaan Samudera mempunyai hubungan diplomasi yang kuat dengan kerajaan luar.

Tidak mengherankan kenapa Kerajaan Samudera ini mempunyai hubungan yang intensif dengan kerajaan-kerajaan lain. Pada masa keemasannya, Samudera merupakan pusat perdagangan penting di kawasan. Berbagai bukti catatan dari orang lain tentang keberadaan kerajaan ini menunukkan bahwa Samudera merupakan pusat perdagangan yang sering dikunjungi para saudagara dari berbagai negeri seperti seperti  Cina,  India, Siam,  Arab  dan Persia. Penduduk di Pulau Sumatera ini terlibat perdagangan aktif dengan Cina sejak abad 5 dan 6 M. barang-barang yang diproduksi daerah ini seperti benzoin dan kapur barus yang banyak digemari pedagang Arab. (Pasai 11).

Kedudukan Pasar berada di posisi strategis jalur lalu lintas perdagangan internasional selat Malaka. Letak posisi ini yang juga menggoda kerajaan Jawa seperti Majapahit yang dilakukan berulang kali dalam rangka penguasaan perdagangan di Selat Malaka. Meskipun berkali-kali mendapatkan serangan Samudera Pasai masih berdiri tegak. Namun, seiring membesarnya kawasan kekuasaan Majapahit Kerajaan Pasai mengalami kemunduran. Peranan Pasai merosot sebagai bandar perdagangan pada abad ke 15. (Pasai, 24). Awal mengalami kemunduran Samudera Pasai yang sering diserang oleh Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1360 M. Kerajaan Pasai terus mengalami kemunduran hingga tahun 1520, ditaklukkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah (pendiri kerajaan Aceh) dan dijadikan daerah kekuasaan kerajaan Aceh.

Kiprah Samudera Pasai dalam Islamisasi Nusantara

Melihat kokohnya kerajaan ini pada masa kejayaannya dan hubungan luar negeri yang intens yang dilakukannya, tentu tidak bisa dinafikan peranan kerajaan ini yang secara resmi menganut Islam terhadap penyebaran Islam di nusantara. Sejarawan masih berdebat tentang kapan waktu yang pasti tentang Islam yang masuk ke Pasai. Jika sandarannya pada terciptanya sistem politik Islam, abad 13 dengan berdirinya kerajaan Islam ini bisa dijadikan titik awal dari penyebaran Islam di nusantara melalui Pasai. Informasi dari Dinasti Yuan yang menyebutkan bahwa pada tahun 1282 dua utusan dari su-mu-ta (Samudra) tiba di istanan Cina dijadikan titik pijang bagi de Jong tentang keberadaan kerajaan Islam yang muncul kira-kira sebelum pengiriman utusan tersebut. (Ismail: 1993, 26).

Jika melihat struktur pemerintahan sultan yang juga mempunyai penasehat dan mufti, kerajaan Samudera bisa dikatakan sebagai kerajaan yang memiliki perhatian yang kuat terhadap keislaman dan penyebaran Islam. Kegiatan keagamaan cukup semarak dilakukan di istana. Pada Pemerintahan Malik-Zahir, Ibnu Battutah misalnya menyebutkan pada kunjungan pada tahun 1345 tentang jati diri raja yang taat pada ajaran Nabi Muhammad. Raja dikelilingi oleh ahli agama. (Ismail: 1993, 27). Jika melihat pada catatan ini, sesungguhnya tidak bisa dinafikan peran Samudera dalam penyebaran Islam di Nusantara. Hubungan Samudera dengan Malaka dan daerah lain di Asia Tenggara dalam hal perdagangan lambat laun juga menyebabkan terciptanya masyarakat muslim yang berada di Semenanjung Melayu. Kerajaan Pasai juga dikatakan mempunyai peran besar dalam islamisasi di Malaka. Dalam beberapa kisah Sultan Malaka kerap sekali menanyakan soal-soal pelik keagamaan kepara raja pasai.

Untuk hubungan Pasai dengan pulau-pulau lain di Jawa, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Lombok dan Sumbawa dapat dibuktikan dengan kesamaan batu nisan yang terdapat di Pasar dengan daerah-daerah tersebut. Makam Maulana Malik Ibrahim misalnya, menunjukkan bentuk yang sama dengan makam di Pasai. Persamaan nisan ini dijadikan bukti bahwa peran Pasai dalam penyebaran Islam cukup kuat.  Uka Tjandrasasmita juga mencatat pengaruh pasai terhadap Jawa Barat berdasarkan Babad Cirebon dan Purwaka Caruban Nagari. Dari dua sumber tersebut disebutkan bahwa tokoh yang melakukan penyebaran Islam di Jayakarta dari Banten adalah Fadilahkhan yang berasal dari Pasai. Dari kesimpulan ini ditegaskan bahwa Pasai mempunyai peran besar dalam proses pengembangan Islam di pesisir utara Jawa (Ismail: 1993, 29).

Samudaera Pasai pernah juga menyebutkan mengirim dua orang bangsawan Samudera, yaitu Malik Ibrahim dan Malik Ishak ke daerah Gresik (daerah jawa), yang kemudian di daerah tersebut Maulana Malik Ibrahim memperoleh sebutan wali dari masyarakat Jawa. (Thamrin: 2007, 34). Melalui Maulana Malik ini Islam menyebar ke seluruh daerah daratan jawa. 4 (empat) dari sembilan walisongo tersebut merupakan ulama asal Aceh, mereka adalah sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Drajat dan Sunan Bonang.

Pasca runtuhnya Samudera Pasai dan masuk dalam kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam, kerajaan baru ini tampil sebagai kekuatan baru dalam bidang politik dan keagamaan. Kerajaan Aceh tampil sebagai penguasa di bidang politik, maupun ekonomi, bahkan di bidang pemikiran Islam mulai abad 16 sampai abad 18 dan puncak kejayaannya berlangsung pada abad ke- 17. Tentu saja, kejayaan kerajaan Aceh ini tidak bisa dilepaskan dari cikal bakal hubungan diplomasi yang telah dibangun oleh kerajaan Samudera Pasai.

Karakter Islam Nusantara

Kerajaan Samudera atau Pasai atau Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan besar Islam pada masanya. Kerajaan ini telah menjadi bukti bahwa Islam sejatinya telah menjadi kekuatan politik di nusantara pada abad 13 M.

Kerajaan Samudera tidak hanya menjadi kekuatan politik yang penting di kawasan, tetapi juga memiliki peran penting dalam melakukan Islamisasi baik di kawasan maupun di dalam negeri. Namun, penting dicatat dari peran kontribsui islamisasi yang dilakukan oleh Samudera Pasai bukan dengan jalur kekerasan dan penaklukan. Contoh hubungan dengan Kerajaan Malaka dan pengiriman utusan syekh ke kerajaan dan daerah di Jawa dilakukan dengan damai.

Beberapa catatan tersebut menjadi bukti bahwa formalisasi Islam dalam kerajaan di Nusantara tidak menjadikan Islam sebagai kekuatan ideologi politik kerajaan. Islam dijadikan ruh dalam menata kerajaan. Proses islamisasi yang dilakukan kerajaan juga tidak dilakukan dengan cara penaklukan, tetapi melalui pengiriman utusan ulama untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Lebaran Topat perkuat silaturahmi dan jaga tradisi leluhur

Lebaran Topat di Mataram Pupuk Silatarahmi Antaragama dan Jaga Tradisi Leluhur

Mataram – Seperti di daerah-daerah lain saat Hari Raya Idul Fitri, di Kota Mataram, Nusa …

KH Yusnar Yusuf Rangkuti PhD

Tak Bertentangan dengan Syariat Islam, Budaya dan Kearifan Lokal Saat Idulfitri Perlu Terus Dilakukan

Jakarta – Perayaan Idulfitri di Indonesia biasanya diramaikan dengan berbagai budaya dan kearifan lokal, sesuai …