kemiskinan
kemiskinan

Kemiskinan yang Mendekatkan pada Kekufuran

Islam adalah agama yang sangat dekat dengan nafas kaum lemah (dhuafa’). Ajaran Islam dibangun untuk mengangkat harkat martabat yang sama tanpa memandang kekayaan dan atribut sosial lainnya. Selain itu, Islam menyediakan instrumen ibadah untuk mengentaskan kemiskinan dan kelemahan sosial.

Dalam Islam santunan (zakat, shadaqah, dan infak) memiliki peranan penting dalam pemerataan pendapatan untuk kaum yang fakir dan miskin. Islam sejak awal sangat konsen agar kekayaan bisa merata dan tidak ada jarak yang jauh antara kaya dan miskin.

Secara istilah fakir dan miskin berbeda. Fakir adalah orang yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya. Dan miskin adalah orang yang sama sekali tidak memiliki harta untuk memeuhi kebutuhan primernya.

Kemiskinan merupakan problem sosial yang berdampak kekurangan, kelemahan hingga kematian. Bahkan dalam Islam Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Na’im :

كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا

Artinya: “Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”

Kemiskinan yang tidak bisa dtangani dan dikelola dengan baik akan menyebabkan penyakit sosial. Penyakit sosial ini muncul akibat orang miskin yang bisa melibas batas norma agama karena kemiskinannya. Kemiskinan juga bisa menyebabkan kekufuran orang kaya yang tidak bisa mensyukuri nikmat untuk saling berbagi. Dan terakhir, kemiskinan juga bisa menyebabkan seseorang berpura-pura menjadi miskin hanya karena ingin mendapatkan bantuan.

Saat ini banyak kita jumpai orang-orang yang mampu namun ia berpura-pura sebagai orang miskin hanya untuk mendapatkan santunan. Sikap yang seperti ini dapat dikarenakan keserakahannya terhadap harta yang ingin dimilikinya. Orang seperti ini tidak akan merasa puas dan tercukupi hasratnya. 

Islam sangat mencela orang yang tak mau berusaha dan hanya bisa menunggu santunan dari orang lain. Rasulullah juga berpesan kepada umatnya agar tidak meminta santunan selama kita masih merasa mampu. Selayaknya kita sebagai umatnya, hendaknya mampu meneladani apa yang telah disabdakan kepada Rasulullah.

Di tengah kondisi pandemi serba sulit saat ini banyak kita dengar dana santunan dari pemerintah yang tidak tepat sasaran. Itulah bagian dari penyakit sosial kemiskinan yang bisa menyebabkan seseorang jatuh dalam kekufuran nikmat.  

Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadis dari Abdullah bin Amr r.a. bahwa Rasulullah berabda:

لا تحل الصدقة لغني ولا لذي مرة سوي

Harta zakat tidak halal bagi orang kaya, tidak pula bagi orang yang memiliki kekuatan sempurna.” (HR Abu Dawud).

Dalam hadist di atas dapat kita lihat bahwa hukum mengaku-ngaku miskin atau fakir, padahal dirinya kaya atau mampu, agar bisa menerima zakat adalah haram. Pelakunya tentu saja tergolong orang yang zalim, karena telah melakukan kebohongan untuk mengambil apa yang bukan haknya.

Karena itulah, penting sekali mengatasi kemiskinan ini dengan bijak dan cepat. Kemiskinan tidak hanya bisa berdampak pada penyakit sosial, tetapi penyakit spiritual seseorang yang rusak karena benar-benar miskin atau pura-pura miskin.

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

nabi musa

Testament : The Story of Moses di Netflix, Bagaimana Nabi Musa Versi Al-Quran?

Film tentang Nabi Musa di Netflix cukup mendapatkan respon positif dari permisa. Film berjudul Testament …

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …