prinsip toleransi dalam Islam
toleransi dalam Islam

Kenapa Alergi dengan Toleransi

Tidak sedikit umat Islam yang alergi dengan istilah toleransi, padahal praktek ini adalah bagian dari cara Nabi dalam melakukan pergaulan sosial di tengah masyarakat yang beragam. Mungkin kata ini telah mengandung beban ideologis seolah toleransi harus kompromi dan menggadaikan akidah. Lalu kenapa Nabi dan para sahabat bisa melakukan toleransi tetapi dengan keimanan yang kuat?

Alasan yang terlalu alergi istilah ini adalah karena Nabi tidak hanya menampilkan toleransi tetapi Nabi tegas terhadap orang kafir dan Nabi memerangi mereka. Logika mereka toleransi Nabi dinasakh dengan sikap tegas Nabi. Apakah itu maksudnya?

Jadi ada kesan seolah ketika toleran berarti melupakan ketegasan Islam dalam akidah dan seolah menafikan sikap Nabi yang tegas dan fakta sejarah Nabi pernah melakukan peperangan. Padahal konteksnya berbeda, kapan Nabi bersikap toleran dan kapan Nabi tegas dalam urusan Akidah dan kapan Nabi memerangi orang kafir akibat mereka memerangi umat Islam.

Semangat berapi-api anak muda Islam tentang pembelaan agama menjadikan mereka seolah toleransi ditiadakan karena sikap tegas Nabi. Lihatlah bagaimana Nabi pernah memberikan izin umat lain beribadah di Masjid, ketika ada 60 orang Nasrani Najran datang ke Madinah untuk menemui Rasul. Sahabat kaget, geram dan marah, tetapi Nabi meminta mereka untuk membiarkannya. Nabi juga melakukan interaksi ekonomi (muamalah) dengan umat lain dan bertetangga dengan non-muslim.

Nabi pun sering menerima tamu non muslim dan berdiskusi tentang keagamaan. Banyak kisah-kisah Nabi menerima tamu dan kunjungan rombongan yang berbeda agama. Tidak hanya di Madinah ketika di Makkah Nabi sudah sering berinteraksi dan menerima tamu yang berbeda keyakinan. Dari beberapa kisah, di Makkah Nabi pernah menerima rombongan tamu yang terdiri dari pendeta Nasrani Habasyah berjumlah 70 orang. Di Makkah pula Nabi pernah menerima tamu dari kamu kafir Quraisy. Di Madinah pergaulan Nabi tambah luas dengan menerima banyak tamu yang beragam. 

Sikap di atas apakah Nabi mempraktekkan toleransi atau tasamuh? Karena ketidaksukaan pada istilah toleran menyebabkan kita kadang menafikan akhlak Nabi yang menampilkan sikap toleran. Kenapa umat sulit menerima kenyataan bahwa Islam adalah agama toleran dan Nabi adalah figur yang paling toleran? Apakah karena toleran adalah kata-kata yang tidak islami? Baiklah. Kita ganti dengan kata tasamuh (toleransi) atau samhah (toleran).

Dalam suatu hadist dari Ibnu Abbas:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)”

Bertoleransi tidak bakal menghilangkan keimanan seorang muslim. Kecuali memang ia merasa imannya lemah sehingga ketika berinterkasi dan bersikap baik terhadap yang berbeda agama seolah imannya luntur. Jika ketakutan ini yang muncul wajar jika sebagian dari kita sangat membenci istilah toleransi.

Bertoleransi juga tidak melemahkan pembelaan kita ketika umat Islam diserang oleh umat lain. Kecuali memang kita selalu merasa umat ini sedang dizalimi, dikriminalisasi, ditindas dan dikepung oleh musuh yang bernama pemerintah. Jika pikiran paranoid ini muncul di tengah negara yang mayoritas muslim menjadi wajar ia akan alergi dengan toleransi.

Toleransi bukan Negosiasi, Apalagi Kompromi

Toleransi adalah sikap saling menghormati terhadap yang berbeda. Sikap inilah yang dicontohkan Nabi ketika tidak ada sekat dalam pergaulan sosial dengan penganut agama lain yang tidak menyerang umat Islam. Bahkan Nabi membuat prasasti perjanjian dengan penganut agama lain untuk menjaga kerukunan dan perdamaian di Madinah.

Dalam prakteknya, toleransi bukan negosiasi akidah dan kompromi keyakinan. Toleransi lebih pada praktek perilaku sosial kepada yang berbeda. Urusan akidah, Islam sudah sangat jelas.

Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. (Q.S. al-Kafirun: 1-6).

Surat di atas menegaskan sesungguhnya toleransi dibatasi tidak boleh dalam persoalan teologi (akidah) dan peribadatan (syari’ah). Atas nama toleransi tidak boleh umat beragama memaksakan diri untuk mencampuradukkan teologi dan Syariah agama. Karena perbedaan aspek teologis dan peribadatan tersebut, agama tidak bisa dikompromikan atas nama toleransi.

Batasan toleransi ini juga ditegaskan dalam ayat lain :

وَ مِنۡهُمۡ مَّنۡ يُّؤۡمِنُ بِهٖ وَمِنۡهُمۡ مَّنۡ لَّا يُؤۡمِنُ بِهٖ‌ؕ وَرَبُّكَ اَعۡلَمُ بِالۡمُفۡسِدِيۡنَ. وَاِنۡ كَذَّبُوۡكَ فَقُلْ لِّىۡ عَمَلِىۡ وَلَـكُمۡ عَمَلُكُمۡ‌ۚ اَنۡـتُمۡ بَرِيۡٓــُٔوۡنَ مِمَّاۤ اَعۡمَلُ وَاَنَا بَرِىۡٓءٌ مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ‏

Artinya: Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus: 40-41).

Dan sebelum dunia internasional menegaskan jaminan kebebasan beragama Islam telah mempunyai konsep canggih dan istilah yang sungguh luar biasa. Doktrin itu terdapat dalam al Baqarah 256. Artinya: “Tidak ada paksaan dalam beragama. Ayat ini turun sebagai jawaban atas kegalauan sahabat Nabi yang anaknya berbeda agama. Nabi menegaskan dengan ayat ini. Artinya, agama adalah pilihan hidup yang tidak bisa dipaksakan.  

Lalu, ketika sudah deretan ayat dan hadist serta praktek perilaku Nabi yang toleran apakah kita masih alergi dengan toleransi? Atau kita masih bersikukuh dengan mengatakan Nabi itu tegas terhadap orang kafir dan Nabi pernah berperang melawan orang kafir? Walaupun beda konteks dan pembahasan, seyogyanya hanya orang muslim yang cerdas yang bisa memahami toleransi Islam.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

lapar

Saya khawatir Apabila Perut Kenyang akan Lupa pada yang Kelaparan

Ramadan telah berlalu, tetapi ada nilai sangat penting yang harus disisakan. Selalu terus merawat keadaan …

KH Anwar Iskandar

Persaudaraan Umat Manusia Butuh Kebersamaan, Idul Fitri Momentum Terbaik Saling Silaturahmi dan Memaaafkan

Jakarta – Persaudaraan umat manusia di seluruh dunia membutuhkan kebersamaan, taawun di antara sesama. Idul …