Jakarta – Beberapa waktu lalu, Ustaz Abdul Somad (UAS) ditolak masuk ke Singapura. Penolakan pemerintah SIngapura karena ceramah UAS melalui beberapa platform media sosial dinilai mengajarkan ekstremisme dan radikalisme atas nama agama.
Menanggapi penolakan itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. DR. Boy Rafli Amar, MH, mengatakan Singapura punya penilaian sendiri hingga menolak UAS.
“Singapura punya parameter sendiri dan dia tegas dengan aturan. Jadi diberlakukan bukan karena UAS, tapi karena pengamatan terhadap narasi yang disampaikan UAS,” kata Boy di Universitas Bung Karno, Selasa (24/5/2022) dikutip dari laman detikcom.
Boy menyebut penolakan itu tidak ada kaitannya dengan agama tertentu. Dia mengatakan Singapura menolak narasi yang mengarah pada ekstremisme.
“Jadi ini bukan berarti kaitan dengan agama tertentu saja, kalau agama lain yang ternyata mengarah ke ekstremisme kekerasan mereka juga menolak karena mereka punya aturan hukum sendiri,” ujarnya.
Boy juga menyebut penolakan terhadap UAS sebagai hak Singapura. Dia menyebut pemerintah Indonesia tidak bisa melakukan intervensi.
“Tentu dalam konteks itu, itu hak negara Singapura. Kita tidak bisa intervensi,” tuturnya.
Sebelumnya, UASditolak masuk Singapura bersama rombongannya. UAS datang ke Singapura melalui Terminal Feri Tanah Merah, Singapura, Senin (16/5/2022). UAS datang bersama enam orang rombongannya. Mereka sempat diperiksa otoritas Singapu
Setelah diperiksa, pada hari yang sama, UAS beserta rombongan dikembalikan ke Indonesia menggunakan feri melalui Batam, Kepulauan Riau.
Singapura kemudian memberi penjelasan mengapa menolak UAS masuk. Salah satunya karena UAS pernah berceramah soal bom bunuh diri dibolehkan dalam konteks Israel-Palestina. UAS juga disebut pernah merendahkan umat Kristen.