pribumisasi idul fitri
pribumisasi idul fitri

Khutbah Idul Fitri: Tetap Menjadi Insan Takwa Setelah Puasa Ramadhan.

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ (×٩) لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَلله ُأكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ مَا فَعَلَ الْمُسْلِمُوْنَ فِيْ نَهَارِ رَمَضَانَ بِصِيَامٍ، وَفِيْ لَيْلِهِ بِقِيَامٍ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا ازْدَحَمَ الْمُصَلُّوْنَ فِي الْمَسَاجِدِ لِصَلَاةِ التَّرَاوِيْحِ بِخُشُوْعٍ وَاهْتِمَامٍ. اَللهُ أَكْبَرُ ×٣. اللهُ أَكْبَرُ مَا سَبَقُوْا فِي الْمَسَاجِدِ لِلسُّجُوْدِ وَالْقُعُوْدِ وَالْقِيَامِ. اَللهُ أَكْبَرُ مَا بَذَلَ الْمُسْلِمُوْنَ إِلَى إِخْوَانِهِمْ بِإِعْطَاءٍ وَمَحَبَّةٍ وَاحْتِرَامٍ. اللهُ أَكْبَرُ ×٣. اللهُ أَكْبَرُ مَا تَكُفُّ الْأَكُفُّ إِلَى اللهِ فِيْ هَذَا الشَّهْرِ بِالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ لِكَشْفِ الضُّرِّ وَالْآلَمِ، اَللهُ أَكْبَرُ ×٣. وَللهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لَا أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اللّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإِحْسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ وَرَاقِبُوْا مُرَاقَبَةَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَرَاهُ. وَاعْلَمُوْا أَنَّهُ لَا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ وَلَا يُعْطِيْ وَلَا يَمْنَعُ سِوَاهُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (الفرقان: ٧١). أَمَّا بَعْدُ

Hadirin jamaah Idul Fitri yang berbahagia

Puasa adalah salah satu amalan penting dalam agama Islam. Di bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia mempraktikkan puasa dengan menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri dari fajar hingga terbenam matahari. Namun, tujuan utama dari puasa dalam Islam bukan hanya untuk menahan diri dari kebutuhan fisik, tetapi juga untuk mencapai tujuan spiritual dan moral tertentu, yaitu takwa. Puasa merupakan salah satu cara untuk mencapai takwa.

Dengan menahan diri dari makan dan minum, seseorang dapat mengembangkan kemampuan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kemarahan dan godaan untuk melakukan perbuatan buruk. Ketika seseorang berpuasa, ia dapat mengalami pengalaman fisik yang membuatnya sadar akan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang beruntung. Hal ini dapat membangkitkan empati dan membantu seseorang untuk lebih menghargai karunia Allah SWT.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa kewajiban puasa dimaksudkan untuk “agar kamu bertakwa”, yakni terhindar dari segala macam sanksi dan dampak buruk, baik duniawi maupun ukhrawi. Lantas apa yang dimaksud dengan takwa itu? Pun bagaimana konsep takwa yang sebenarnya? Pun apa itu hakikat takwa?

Hakikat Takwa yang Sebenarnya

Takwa adalah salah satu konsep utama dalam Islam yang berhubungan dengan iman dan akhlak.  Dalam Al-Qur’an, taqwa disebutkan sebanyak 251 kali. Salah satu ayat yang menjelaskan makna taqwa adalah dalam surah _ Q.S Al-Baqarah [2]_ ayat 197;

  الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ ﴿ ١٩٧

Artinya, “(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.”

Hadirin jamaah Idul Fitri yang berbahagia

Pada sisi lain, makna taqwa adalah kesadaran dan ketakutan seseorang terhadap Allah SWT. Taqwa menuntut seseorang untuk senantiasa memperbaiki diri dan meningkatkan iman serta akhlaknya. Taqwa juga menuntut seseorang untuk menghindari segala bentuk perbuatan dosa dan melakukan segala bentuk perbuatan yang diperintahkan oleh Allah SWT. 

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ash-Shawi dalam Kitab Hasyiyatus Shawi, juz I;

امتثال أمر الله واجتناب نواهيه

Artinya; Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.” 

Pada sisi lain, menurut Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ al-Ulum wal Hikam mendefinisikan takwa sebagai menjaga diri dari kejahatan Allah SWT dan melakukan segala perbuatan yang diridhai oleh-Nya. Taqwa juga mengandung makna takut kepada Allah SWT dan menjaga diri dari segala bentuk godaan dan nafsu yang dapat memperburuk akhlak.

Lebih lanjut, dalam Q.S Ali Imran [3] ayat 102, Allah mengajaka orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa. Pasalnya, takwa menjadi bekal yang sangat penting bagi setiap manusia, terutama bagi yang berimana. Di akhirat kelak, takwa menjadi modal besar seorang muslim untuk mendapatkan pertolongan Allah. 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Menurut Imam Qurthubi dalam Tafsir al Jāmi’ li Ahkāmi al Qur’ani, bahwa arti takwa dalam ayat tersebut ialah bersikap patuh kepada Allah Swt. Di sisi lain, berdasarkan riwayat dari Imam Bukhari, bersumber dari Murrah, bahwa yang dimaksud dengan “sebenar-benar takwa”, taat kepada Allah, tidak melaksanakan maksiat. Pun orang yang takwa senantiasa mengingat Allah, tidak melupakannya. Orang yang takwa juga senantiasa bersyukur atas segala nikmat Allah.

  رَوَى الْبُخَارِيُّ «٣» عَنْ مُرَّةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (حَقَّ تُقَاتِهِ أَنْ يُطَاعَ فَلَا يُعْصَى وَأَنْ يُذْكَرَ فَلَا يُنْسَى وَأَنْ يُشْكَرَ فَلَا يُكْفَرَ

Artinya: “bersumber dari Imam Bukhari, dari Murrah dari Abdullah ia berkata, telah bersabda Rasulullah  SAW, [yang dimaksud dengan sebenar-benar takwa ialah, bahwa taat pada Allah, dan tidak melakukan maksiat, dan bahwa senantiasa mengingat Alllah, tidak melupakannya, dan senantiasa bersyukur, tidak kufur akan nikmat Allah.”  

Selanjutnya, menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan “takwa dengan sebenar-benarnya”, ialah tidak berlaku maksiat kepada Allah kendati sekejap mata sekali pun. Artinya, orang yang takwa tidak akan melakukan kemaksiatan pada Allah. Pun senantiasa melaksanakan segala perintah Allah SWT.

  وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: هُوَ أَلَّا يُعْصَى طَرْفَةَ عَيْنٍ

Artinya: “Berkata Ibnu Abbas, takwa ialah tidak melakukan kemaksiatan, kendatipun sekejap mata.”

Sementara itu Profesor Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al Misbah mengatakan bahwa para sahabat Nabi, semisal Abdullah bin Mas’ud memahami makna “حَقَّ تُقٰىتِهٖ” ialah menaati Allah dan tidak sekalipun durhaka, mengingat-Nya dan tidak sesaat pun lupa, serta mensyukuri nikmat-Nya dan tak satupun yang diingkari. Inilah puncak tertinggi dari sebuah ketakwaan seorang hamba. 

Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia.

Dengan demikian, melalui ayat ini, semua muslim dianjurkan untuk berjalan pada jalan takwa. Pun semua muslim dianjurkan untuk berjalan pada takwa, semua dianjurkan untuk menuju puncak tertinggi dari takwa. Pasalnya, seorang yang senantiasa istiqamah dalam jalan takwa, niscaya akan memperoleh puncak tertinggi sebuah takwa—tidak maksiat, tidak lupa, dan senantiasa bersyukur pada Allah. 

Sementara kata Imam Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin, dalam kitab ini, terdapat bab yang membahas tentang takwa dan bagaimana cara mengembangkan takwa dalam diri. Ia menyebutkan bahwa takwa adalah kunci utama menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.  Imam Nawawi juga mengutip hadis Nabi Muhammad SAW berikut:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: “اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ”

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ‘Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik maka itu akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.'” (HR. Tirmidzi)

Dari kutipan ayat dan hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa takwa merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk selalu meningkatkan kesadarannya tentang keberadaan Allah dan berusaha untuk taat pada-Nya dalam segala hal, baik dalam perkara ibadah maupun muamalah. Dalam arti yang lebih luas, takwa juga mencakup akhlak yang baik dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بَخَيْرٍ. آمين بسم الله الرحمن الرحيم، وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وارْحَمء وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ ×٧، اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ “إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا”. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Sumber : https://nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-fitri

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Screen Shot 2024 05 04 at 10.39.15 AM

Pakar Pendidikan: Perkuat Nilai-Nilai Toleransi Lahirkan Generasi Unggul

Jakarta – Sekolah bukan hanya menjadi tempat untuk menuntut ilmu, namun lebih luas sekolah tempat …

keluarga sakinah

Tiga Kunci Mewujudkan Keluarga Sakinah

Berdasarkan data Kementerian Agama pada tahun 2022 angka perceraian secara nasional 516.334 kasus. Angka ini …