sarahhh
sarahhh

Kisah Sarah: Perempuan Pemberani Quraish

Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, bahwa dirinya bersama Zubair dan Miqdad, pernah diutus oleh Rasulullah untuk mendatangi suatu tempat yang bernama, Raudlah Khokh. Tempat ini secara geografis berada sekitar dua belas mil dari kota Madinah.

Pertanyaannya, kenapa mereka dimita untuk datang ke tempat yang jaraknya cukup jauh itu? Alasannya ternyata karena di sana ada seorang perempuan Quraish lemah yang masih memegang catatan penting. Mendengar penjelasan demikian dari Rasul, Ali dan rombongan memutuskan untuk segera berangkat mendatangi tempat yang dimaksud oleh Rasul tersebut.

Konon, Ali bersama rombongan melakukan perjalanannya dengan cepat tanpa membutuhkan waktu untuk beristirahat. Pasalnya, barangkali tidak lain adalah hanya untuk segera bertemu dengan perempuan yang didiskripsikan oleh Rasulullah, sebagai perempuan non muslim yang memiliki bukti catatan penting.

Setelah Ali bin Abi Thalib beserta rombongan sampai pada tempat yang dituju, dan sampai pada orang yang dimaksud, dengan segera ia menyampaikan poin pentingnya. Ia berkata, “Keluarkanlah catatan yang engkau miliki.” Perempuan itu berusaha menampik permintaan itu dengan menegaskan bahwa ia tidak memiliki catatan penting apapun sebagaimana diminta oleh Ali.

Lalu Ali memintanya beberapa kali, “Keluarkanlah catatan penting yang kamu miliki, atau aku gantikan pakaian untukmu.” Akhirnya permintaan Ali pun dikabulkan oleh perempuan tersebut, dan dikeluarkannya catatan penting itu dari tempat penyimpanan yang sangat rapi.

Setelah didapatkannya catatan itu, Ali beserta rombongan segera kembali kepada Rasulullah untuk dibaca. Setelah sampai pada Rasul dan catatan itu dibuka, ternyata surat catatan itu ditulis oleh seorang sahabat yang bernama Khatib bin Abi Balta’ah. Surat itu ditulis oleh Khatib untuk masyarakat musyrik Makkah, yang isinya adalah laporan seputar kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah dan umat muslim di Madinah.

Mengetahui hal itu, Rasul pun memanggil Khatib. “Wahai Khatib, apa maksudmu melakukan ini?” tanya Rasul sambil menunjukkan surat yang ia tuliskan kepada seorang perempuan Quraish. “Rasulullah, sebentar, saya bisa jelaskan maksud atas tulisan itu,” jawab Khatib.

Menurut Sufyan yang ikut memberikan penjelasan kepada Rasulullah, surat itu ditulis oleh Khatib bukan karena perempuan Quraish itu, melainkan karena ia memiliki janji kepada kerabatnya di Makkah untuk berbagi kabar. Dan tentu karena didasari oleh rasa cinta terhadap keluarganya.

Khatib pun menambahkan, “Saya melakukan itu tidak untuk berlaku kafir atau murtad dari Islam, wahai Rasul. Dan catatan saya ini tidak berguna apapun untuk mereka.” Rasul pun membenarkan keterangan dari Khatib tersebut. Namun, lagi-lagi Umar bin Khattab marah besar dan meminta diri kepada Rasul agar diizinkan untuk menebas lehernya Khatib karena telah dianggap berlaku munafik.

Rasul pun melarangnya dan berbisik kepada Umar kalau Khatib adalah saksi perang Badar. Selanjutnya, Rasul berdoa agar dilimpahkan rahmat syahid yang ikut dalam perang Badar.

Perlu dicatat, perempuan tersebut bernama Sarah. Ia adalah salah satu perempuan Quraish yang terkenal kuat pendiriannya. Bahkan ia dikenal sebagai salah satu dari empat perempuan yang menolak untuk beriman saat terjadi penaklukan kota Makkah. Bahkan ia pernah mendatangi Madinah, dan ditanya oleh Rasulullah, “Apakah engkau datang kemari untuk berhijrah, wahai Sarah?” “Tidak,” jawabnya tegas. “Atau apakah engkau datang untuk masuk Islam?” “Tidak,” jawabnya lagi. “Lalu apa maksudmu datang kemari?” Sarah pun menjelaskan, “Kedatangan saya kemari karena tuan-tuan saya, saudara-saudara saya banyak yang ikut gugur di perang Badar. Oleh sebab itu, berilah saya tebusan dan pakaian agar bisa saya pergunakan.”

Lalu Rasulullah mengumumkannya kepada para sahabat sampai ada yang bersedia untuk memberi permintaan Sarah tersebut. Setelah itu, Sarah pun pergi kembali ke Makkah. Namun di tengah jalan, Khatib menemuinya sambil memberikan uang sepuluh dinar dan surat agar disampaikan kepada para penduduk Makkah bahwa Rasulullah menginginkan kemerdekaan mereka.

Sarah hidup sampai pada Khilafah Umar bin Khattab dan dikabarkan masuk Islam dengan sempurna di masa khalifah Umar. Ia dikenal juga sebagai pejuang Islam pada masa itu. Wallahu a’lam.

Bagikan Artikel ini:

About Khoirul Anwar Afa

Dosen Fakultas Ushuluddin PTIQ Jakarta.

Check Also

Serat Centhini

Konsep Amalan Harian dan Zaman Huru Hara dalam Sastra Jawa

hari Senin seperti yang dilakukan Nabi Isa, malam harinya tidak makan daging sembari mengucapkan kalimat “Ya Rahman Ya Rahim” sebanyak 103 kali.

syarat dai

Membaca Sikap Pendakwah Populer yang Jumawa

muncul para pendakwah populer yang didominasi para dai yang tidak memiliki latar belakang keilmuan agama dari pesantren ataupun dari sekolah keagamaan.