lgbt dalam sejarah Islam
lgbt dalam sejarah Islam

LGBT dalam Sejarah Kekhilafahan : Cerita Kelam Perilaku Sang Khalifah

Isu LGBT kembali viral setelah Deddy Corbuzier mengundang pasangan LGBT, Ragil Mahardika dan Fred di kanal youtubenya. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim masih sangat sensitif dengan isu LGBT. Non muslim pun akan menganggap perilaku penyimpangan seksual ini sebagai tindakan abnormal dan menyalahi norma kesusilaan. Sebab, semua orang yang normal akan merasa risih dengan isu LGBT.

Namun, sekalipun LGBT adalah sebuah penyimpangan, kenyataannya fenomena ini adalah fakta, dan ada di tengah-tengah kita. Ternyata, fenomena ini bukan hanya terjadi di zaman modern seperti sekarang, tapi jauh sebelumnya dunia selalu diwarnai anomaly perilaku seksual dengan berbagai variannya.

Kali ini saya akan membeberkan fakta sejarah kelam kekhilafahan Islam yang diwarnai oleh penyimpangan perilaku seksual. Dan, pelakunya adalah sang Khalifah sendiri. Karenanya, tegarkan hati anda bahwa sistem khilafah tidak selamanya mencerminkan nuansa politik yang Islami.

Di Tarikh al Thabari dicatat, adalah al Amin putra Harun al Rasyid yang menjadi Khalifah keenam dinasti Abbasiyah. Nama aslinya adalah Muhammad. Diberi gelar al Amin karena nasab dari jalur ibunya ia keturunan Bani Hasyim. Namun sayang, meskipun nama dan gelar sama dengan Nabi tapi perangainya jauh dari sifat-sifat Nabi.

Al Amin merupakan tipikal pemimpin yang tidak cakap. Imam Sayuthi dalam Tarikh al Khulafa menulis: “Al Amin tipikal pemimpin pemerintahan yang tidak cakap, boros, dan lemah pandangan hidupnya, dia tidak layak menjadi Khilafah”.

Di samping itu, seperti ditulis oleh Thabari, al Amin memiliki kelainan seksual, menyukai sesama jenis. Hubungan tidak normal tersebut terjadi antara dirinya dengan Kasim, pelayan-pelayan istana berjenis kelamin laki-laki. Kasim favoritnya bernama Kautsar.

Bukan hanya al Thabari yang mencatat fakta ini dalam kitabnya Tarikh al Thabari, Imam Sayuthi dalam kitabnya Tarikh al Khulafa juga menulis peristiwa tersebut, persis sama.

Akibatnya, ibu al al Amin, yakni istri Khalifah Harun al Rasyid, murka melihat tingkah putranya yang saat itu menjabat sebagai Khalifah keenam. Ibunya berusaha menyembuhkan penyakit putranya dengan mengirimkan pelayan perempuan kurus yang cantik dan didandani dengan pakaian laki-laki. Mereka dikirim ke istana dengan harapan al Amin akan menyukai mereka dan melupakan para Kasim kesayangannya. Namun, tetap saja sia-sia.

Fenomena serupa juga terjadi pada masa dinasti Umayyah. Khalifah al Walid bin Yazid bin Abdul Malik, masyhur dengan julukan al Walid II, juga dicatat sebagai pelaku liwath. Sejarah kelam kekhilafahan Islam ini memang miris. Namun, semua ini adalah kenyataan yang direkam dalam kitab-kitab sejarah yang diakui otoritasnya.

Kisah hitam perilaku seksual yang menyimpang pada masa kekhalifahan Islam tersebut sebagai pengingat bahwa LGBT ada sejak dulu, sebagai fakta dan kenyataan. Islam jelas melarangnya. Dan anomali dan penyelewengan bukan salah suatu ajaran, tetapi oknum umat sekalipun seorang pemimpin, sultan, dan khalifah.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Lebaran Topat perkuat silaturahmi dan jaga tradisi leluhur

Lebaran Topat di Mataram Pupuk Silatarahmi Antaragama dan Jaga Tradisi Leluhur

Mataram – Seperti di daerah-daerah lain saat Hari Raya Idul Fitri, di Kota Mataram, Nusa …

KH Yusnar Yusuf Rangkuti PhD

Tak Bertentangan dengan Syariat Islam, Budaya dan Kearifan Lokal Saat Idulfitri Perlu Terus Dilakukan

Jakarta – Perayaan Idulfitri di Indonesia biasanya diramaikan dengan berbagai budaya dan kearifan lokal, sesuai …