libur 14 hari
libur 14 hari

Libur 14 Hari karena Corona dalam Pandangan Fikih

Kebijakan “Libur 14 hari” yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten di beberapa daerah sebagai kebijakan social distancing (menjaga jarak interaksi) diimani mampu mencegah corona hingga tak menyebar biak. Kebijakan ini, melarang tempat-tempat yang menjadi konsentrasi berkumpul melakukan aktifitas, sekolah diliburkan, pasar jangan beroperasi, bahkan ada Masjid yang yang stop shalat berjamaah untuk sementara waktu.

Umat dihimbau untuk tidak keluar rumah dulu selama 14 hari. Hal ini, sebagai wujud kerjasama umat dan Negara melawan corona. Lalu, bagaimana social distancing atau libur 14 hari dalam pandangan fikih?

Dalam dunia literatur kitab klasik, meliburkan diri dari segala aktifitas atau mengurung diri dalam suatu tempat tertentu dikenal dengan istilah ‘uzlah’. Uzlah berarti pengasingan diri dari pergaulan dunia guna menggapai kedamaian diri dan ketenangan jiwa dari segala ancaman dhahir dan bathin.

Menyikapi uzlah ini. Terjadi perdebatan antara mana yang lebih baik, uzlah atau tidak. Imam Syafii berkata. Bergaul dan berkomunikasi dengan umat (tidak uzlah) adalah perbuatan yang lebih baik. Artinya lebih baik tidak meliburkan diri dari aktifitas manusia senyampang tidak membawa mudharat (fitnah, keburukan).

Perkataan Imam Syafii ini berdasarkan Sabda Rasul :

عن ابن عمر ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” المؤمن الذي يخالط الناس ، ويصبر على أذاهم ، أعظم أجرا من المؤمن الذي لا يخالط الناس ، ولا يصبر على أذاهم

Dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah bersabda: seorang mukmin yang bergaul dengan manusia, dan bersabar atas gangguan mereka lebih besar pahalanya dari pada seorang mukmin yang mengasingkan diri dan tidak bersabar atas gangguan mereka. (HR: Ibnu Majah:4030).

Namun, segolongan Ulama’ menepis pendapat Imam Syafii ini, mereka mengatakan justru uzlahlah yang lebih baik, jika bertujuan untuk menyelamatkan diri dari fitnah (Ittihaf al-‘Ibad Bi Fadhail al-Jihad.1/37). Sesuai firman Allah :

وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا

Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku”. QS: Maryam:48

Al-Alusi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “menjauhkan diri” adalah mengasingkan diri dari komunitas sebuah masyarakat (isolasi). (Ruh al-Ma’ami, 12/7).

Maka disaat semua manusia dunia dicemaskan dengan teror corona, dikhawatirkan dengan gangguan corona, atau bahkan ditakutkan oleh kematian sebagai efek terburuk corona, uzlah (libur) menjadi jalan terbaik untuk meng-upgrade kenyamanan. Dengan cara berdoa, menurut al-Wahidi berdoa itu ialah beribadah kepada Allah. (Al-Wajiz, 1/492).

14 Hari untuk Kebaikan dan Keselamatan

Libur 14 hari ke depan dalam rangka melakukan introspeksi dan mencari keselamatan dari fitnah corona yang diduga kuat, dengan data terdapatnya sebagian umat yang mengidap corona. Apa yang harus dilakukan selama liburan ini?

Tentunya, kita tidak ingin kehilangan hal-hal yang berguna. Kendatipun sekolah diliburkan, namun upayakan anak anak tetap belajar mandiri di rumah, karena belajar merupakan bagian dari ibadah. Lakukan pekerjaan yang bisa dilakukan dirumah.

Orang yang meliburkan diri dari aktifitas keduniaan belaka, dinilai pekerjaan utama dan terutama. Karena dengan begitu seseorang akan kembali menemukan jati dirinya sebagai hamba yang papa. Nabi bersabda:

عن أبي سعيد الخدري ، قال : قال رجل : يا رسول الله أي الناس أفضل ؟ قال : ” مؤمن مجاهد بنفسه وماله في سبيل الله ” قال : ثم من ، قال : ” ثم رجل معتزل في شعب من الشعاب ، يعبد ربه عز وجل ، ويدع الناس من شره

Dari Abu Sa’id al-Khudri ia berkata, seseorang bertanya kepada Rasulullah. Siapakah manusia yang paling utama wahai Rasul? Rasul menjawab, seorang mukmin yang berjihad dengan jiwanya, hartanya di jalan Allah. Orang itu bertanya lagi. Kemudian siapa lagi ya Rasul. Seseorang yang mengasingkan diri di celah celah bukit untuk beribadah kepada Allah dan menghindar dari keburukan manusia.HR: Ahmad: 11109

Prinsipnya, libur 14 hari dengan segala dimensi maknanya, menjadi niscaya untuk mencari keselamatan dari keburukan corona. Di samping itu pula libur menjadi wahana untuk menemukan jati diri mengekang nafsu dunia agar tidak liar berkelana.

Mati memang di tangan Tuhan.  Itu kebenaran mutlaknya. Kebenaran mutlak memang tetap mutlak. Tapi kita bukan Tuhan. Tidak bisa hidup secara mutlak-mutlakan.

Ikhtiyar (usaha) menyelamatkan diri dari yang mutlak itu wajib. karena takdir Tuhan bergantung kuat pada besar kecilnya ikhtiyar yang dilakukan. Dan libur itu merupakan bagian dari ikhtiyar itu.

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …