perang uhud
strategi perang Nabi

Memahami Kecerdasan Strategi Perang Nabi Muhammad SAW dalam Perang Badar

Pada Senin 2 Desember 2019 kemarin, telah berlangsung lanjutan dari kajian kitab Nurul ‘Uyun, kitab tentang biografi Nabi Muhammad SAW, di Masjid Jami Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah di Jl. Letjen S. Parman No. 68 Yogyakarta (timur perempatan Patangpuluhan), diikuti oleh para santri dari kelas 1 dan 2 Tsanawiyah program multilingual. Tema yang dibahas dalam kitab karya Ibnu Sayidin Nas pada pertemuan tersebut adalah peperangan yang diikuti oleh Nabi Muhammad SAW. Setidaknya selama 10 tahun di Madinah, terdapat 25 peperangan (skala besar dan skala kecil), dan yang diikuti oleh Nabi Muhammad SAW hanya 7 peperangan saja.

Sebagai pembedah, tentunya penulis harus memberikan penjelasan kenapa Nabi Muhammad SAW berperang. Tidak lain karena mempertahankan harga diri termasuk di antaranya harta benda Umat Islam yang disita, dirampas dan diperjualbelikan oleh para pemimpin Quraisy Makkah di Tanah Syam. Setelah turunnya wahyu izin berperang, Nabi Muhammad SAW mempersiapkan pasukan sebanyak 313 orang dengan kendaraan 70 ekor unta dan hanya 2 ekor kuda, untuk mencegat kafilah dagang Quraisy Makkah yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, dalam perjalanan kembali dari Tanah Syam ke Makkah membawa keuntungan dari memperdagangkan barang-barang Umat Islam (Kaum Muhajirin, termasuk barang-barang Nabi Muhammad SAW).

Abu Sufyan bin Harb (keturunan Umayyah bin Abdu Syams yang setelah Fathu Makkah masuk Islam dan terlibat Perang Yarmuk di barisan Umat Islam), mengirimkan utusan ke Makkah, yang dijawab oleh para tetua Quraisy Makkah dengan mengirimkan pasukan berjumlah 1000 lebih dengan 170 ekor unta dan 100 ekor kuda, bersenjata lengkap (pedang, tombak, panah, perisai dan pisau). Mereka akan berhadapan dengan 313 pasukan Umat Islam yang tidak bersenjata lengkap, karena hanya bertujuan merebut haknya dari kalifah dagang.

Nabi Muhammad SAW segera berembuk dengan para Sahabat RA, dipilihlah posisi pasukan Umat Islam untuk menguasai sumur yang dikenal dengan Sumur Badar. Setelah menduduki Sumru Badar, Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan Ali bin Abi Thalib RA dan beberapa Sahabat RA lainnya untuk mencari informasi terkait Pasukan Quraisy Makkah, yang berkemah tidak jauh dari Sumur Badar.

Ditangkaplah seorang pemuda yang bekerja sebagai penanggung jawab logistik pasukan Quraisy Makkah. Nabi Muhammad SAW sendiri yang mengintrogasi. Didapati informasi bahwa setiap waktu makan, pasukan Quraisy Makkah menyembelih sepuluh ekor domba, untuk kemudian dimasak. Tentunya, Nabi Muhammad SAW memastikan kebenaran informasi bahwa jumlah pasukan Quraisy Makkah sebanyak 1000 pasukan. Selain itu, didapati informasi bahwa para pembesar Quraisy Makkah di antaranya adalah Utbah bin Rabiah, Abu Jahal dan Umayyah bin Khalaf, memimpin pasukan.

Nabi Muhammad SAW mengetahui, siapapun yang menguasai air, akan memenangkan pertempuran. Pasukan Quraisy Makkah, walaupun berjumlah tiga kali lipat, telah berjalan jauh dari Makkah sampai ke Sumur Badar, sehingga tentu dalam kehausan dan kehabisan perbekalan air. Maka tidak heran, pasukan Umat Islam mampu mengalahkan pasukan Quraisy Makkah.


Sebelum berperang, Nabi Muhammad SAW mampu mengkondisikan dan menjaga semangat pasukan Umat Islam, agar tidak goyah menghadapi pasukan Quraisy Makkah. Nabi Muhammad SAW meyakinkan bahwa Allah SWT akan menolong pasukan Umat Islam yang bersungguh-sungguh dalam berperang membela matrabat dan harta bendanya, yang telah dirampas hak-haknya.

Nabi Muhammad SAW meyakinkan Umat Islam, bahwa kemenangan tidak hanya kemenangan fisik dalam peperangan akan tetapi meningkatnya martabat Umat Islam, yang merupakan komunitas baru bagi Bangsa Arab. Pasukan Umat Islam pada awalnya hanya berniat merebut kembali hak-haknya dengan mencegah kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb, akan tetapi justru dengan peralatan perang yang lebih minim, mampu mengalahkan pasukan Quraisy Makkah yang berjumlah tiga kali lipat dan bersenjata lengkap, karena memang berniat untuk berperang menumpas habis pasukan Umat Islam, yang dianggap sebagai penghalang kekuasaan para petinggi Quraisy Makkah.

Kemenangan pada Perang Badar telah memberikan pelajaran bagi Umat Islam, agar selalu bertawakal kepada Allah SWT dalam menghadapi berbagai keadaan, terutama dalam menghadapi mara-bahaya, dan musuh yang berjumlah lebih besar dengan persenjataan yang lebih lengkap. Tawakal kepada Allah SWT akan memperkuat keimanan yang menenangkan hati, sehingga akal akan berfikir dengan tenang dalam mengatur strategi peperangan.

Para petinggi Quraisy Makkah yang meremehkan Umat Islam, mulai kehilangan wibawa tewasnya para tetua seperti Umayyah bin Khalaf yang tewas di tangan bekas budaknya Bilal bin Rabah RA, dan Abu Jahal (Umar bin Al Hakam) yang tewas di tangah Abdullah bin Mas’ud RA yang sebelum hijrah bekerja sebagai penggembala kambing milik para pembesar Quraisy Makkah. Tentunya, kasus tewasnya dua tokoh besar Quraisy Makkah tersebut, telah memberi pelajaran bahwa Umat Islam, yang diremehkan karena banyak terdiri dari kalangan fakir miskin, bahkan bekas budak, mampu berperang melawan para pembesar tetua Quraisy Makkah, yang merupakan bekas majikan dan tuannya, dengan bekal iman kepada Allah SWT dan rasul-Nya.

Bangsa Arab khususnya di sekitar Madinah dan Makkah, yang selama ini terkekang dalam aturan kasta semakin terbuka hatinya. Bahwa sejatinya manusia adalah sama, dan Allah SWT hanya membedakan manusia dengan ketakwaan bukan dengan status sosial atau kekayaan.

Kemenangan pada Perang Badar telah juga meningkatkan kewibawaan Umat Islam di depan seluruh Bangsa Arab, khususnya suku-suku Badui, bahkan komunitas Yahudi di Semenanjung Arab terutamanya di sekitar Madinah. Tidak hanya itu, kabar tersebut juga berhembus ke telinga para pembesar Romawi dan Persia, yang mulai berhitung adanya kekuatan baru yang akan semakin berkembang, dan terus menyuarakan akan membebaskan Bangsa Arab dari cengkraman Romawi dan Persia.


Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo, Lc, Guru Akidah, SKI dan Ilmu Kalam di Sekolah Kader Persyarikatan 6 Tahun Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Lebaran Topat perkuat silaturahmi dan jaga tradisi leluhur

Lebaran Topat di Mataram Pupuk Silatarahmi Antaragama dan Jaga Tradisi Leluhur

Mataram – Seperti di daerah-daerah lain saat Hari Raya Idul Fitri, di Kota Mataram, Nusa …

KH Yusnar Yusuf Rangkuti PhD

Tak Bertentangan dengan Syariat Islam, Budaya dan Kearifan Lokal Saat Idulfitri Perlu Terus Dilakukan

Jakarta – Perayaan Idulfitri di Indonesia biasanya diramaikan dengan berbagai budaya dan kearifan lokal, sesuai …