natal
natal

Merayakan Hari Natal (Bagian 1)

Sejarah Natal

Kata Christmas (Hari Natral) berasal dari kata Cristes maesse, frasa dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas, dalam bahasa Yunani. X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci.

Tradisi Natal diawali oleh Gereja Kristen terdahulu untuk memperingati sukacita kehadiran Juru Selamat “Mesias” di dunia. Sampai hari ini, Hari Raya Natal adalah hari raya umat Kristen di dunia untuk memperingati hari kelahiran “Raja Damai” Yesus Kristus.

Dalam catatan sejarah, teramat sulit ditemukan tanggal lahir kristus atau Isa al-Masih. Namun sejarawan Muslim, Ibn al-Atsir (w.630 H) menyebutkan, bahwa kristus lahir tiga ratus tiga tahun setelah berdirinya Kerajaan Iskandaria (Alexandria). Sementara Kerajaan Iskandaria berdiri pada tahun 331 SM. Berarti Krestus lahir di tahun 28 SM di Bayt Lahm (Betlehem).

Data lain menyebutkan bahwa Kristus lahir empat puluh dua tahun setelah berakhirnya kekaisaran Gaius Julius Caesar Augustus. Sementara kekaisaran Gaius Julius Caesar Augustus berakhir di tahun 14 M. berarti, menurut Ibn al-Atsir, Kristus lahir pada tahun 56 M. lima ratus lima belas tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad saw. Al-Kamil Fi al-Tarikh, 1/97

Masehi telah menetapkan tanggal memperingati/merayakan Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari itu, gereja kemudian mengadakan ibadah perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, umat Kristen mengekspresikan cinta-kasih dan sukacita mereka dengan bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun hollymistletoe dan pohon Natal.

Hari natal sebenarnya adalah perayaan sambutan terhadap datangnya “Juru Selamat” sang Raja Damai ke dalam dunia, yaitu Kristus, yang dalam keyakinan umat Islam disebut Nabi Isa, maka, sejatinya, Natal adalah “Maulid Nabi Isa as”. Natal kemudian dikenal dengan ‘christmas’. ‘Christmas’ Dengan segala dimensi gebyarnya adalah dirgahayu Umat Kristiani. 25 Desember 336 M menjadi catatan historis pertama peringatan hari Natal.

Yesus dalam Islam

Dalam akidah umat Islam, Nabi Isa atau Kristus salah satu Rasulullah (utusan Allah) yang wajib diimani. Allah berfirman:

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”. QS:AlBaqarah:285

Secara tekstual, ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad dan Nabi Isa adalah dua utusan Allah kepada umat manusia. Mengimani keduanya sebagai pembawa massage ketuhanan adalah mutlak harus dilaksanakan. Jika tidak, kesesatan yang nyata baginya.

Penjelasan Rasulullah tentang keimanan dalam hadits yang cukup panjang, menjelaskan bahwa iman itu adalah salah satunya beriman kepada utusan utusan Allah dan Kitab kitab Allah. Isa dan Injil, salah satunya. HR> al-Bukhari NO. 50

Islam –Kriten dalam Mata Rantai Keimanan yang Pincang

Selain diwajibkan beriman kepada Nabi Isa, umat Islam juga diwajibkan beriman kepada Kitab Injil, kitab umat Kristiani. Disinilah sesungguhnya terjadi kepincangan keimanan. Umat Islam iman kepada Nabi Mereka, Nabi Isa. Namun mereka tidak iman kepada Nabi Umat Islam, Nabi Muhammad. Umat Islam iman kepada Kitab mereka, Injil. Namun mereka tidak mengimani Alqur’an, kitab Umat Islam.

Maka, sejatinya, antara Islam dan Kristen adalah dua agama kembar yang memilih jalan berbeda di tengah persimpangan. Momentum beruntun di tahun 2019, diawali dengan Maulid Nabi Muhammad, dilanjutkan dengan Maulid Nabi Isa (hari Natal), sesungguhnya bisa dijadikan wahana untuk mengembalikan keduanya ke pangkuan keimanan yang sesungguhnya.

Tak terlalu mencengangkan bila setiap perayaan Natal dan Tahun Baru Masehi, Umat Islam selalu turun jalan berpartisipasi dalam perayaannya. Dan nyaris tidak pernah dijumpai partisipasi umat Kristiani dalam momentum Maulid Nabi dan tahun baru Hijriyyah. Bukankah ini kepincangan keimanan yang tidak boleh dibiarkan berlarut larut, karena kemungkinan mendamaikan Muhammad dan Yesus terbuka lebar, demi tegaknya keimanan universal yang rahmatan lil alamin.

Bagikan Artikel ini:

About Abdul Walid

Alumni Ma’had Aly Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo

Check Also

hewan yang haram

Fikih Hewan (1): Ciri Hewan yang Haram Dimakan

Soal halal-haram begitu sentral dan krusial dalam pandangan kaum muslimin. Halal-haram merupakan batas antara yang …

tradisi manaqib

Tradisi Membaca Manaqib, Adakah Anjurannya ?

Salah satu amaliyah Nahdhiyyah yang gencar dibid’ahkan, bahkan disyirikkan adalah manaqiban. Tak sekedar memiliki aspek …