nuzulul quran1
nuzulul quran1

Nuzulul Qur’an: Menyimak Bagaimana Turunnya Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

Di antara kemuliaan bulan Ramadhan adalah karena al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam turun di bulan ini atau dikenal dengan nuzulul Qur’an. Kalam-kalam ilahi yang turun kepada Nabi Muhammad merupakan mukjizat tertinggi di antara sekian mukjizat yang diberikan Allah kepada para Nabi dan Rasul. Al-Qur’an adalah bukti dan penguat kenabian baginda Nabi Muhammad.

Karena itu penting untuk menyimak proses turunnya kitab yang menjadi sumber rujukan utama umat Islam ini. Bila membaca cerita dari ayat-ayat yang berbicara khusus tentang proses turunnya al Qur’an, wahyu kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril  ini turun dengan dua cara.

Pertama, al Qur’an diturunkan sekaligus. Hal ini berdasar pada firman Allah: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”. (QS. al Qadr: 1)

Pada ayat yang lain yang senada dengan ayat ini, Allah berfirman:  “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. (QS. al Dukhan: 3)

Sebagai penguat terhadap argumen bahwa al Qur’an diturunkan sekaligus adalah ayat berikut: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. al Baqarah: 185)

Kedua, al Qur’an diturunkan secara bertahap. Di antara ayat-ayat al Qur’an yang menjelaskan tentang turunnya kitab suci umat Islam ini adalah: “Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”. (QS. al Isra: 106)

Berikutnya adalah firman Allah: “Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS. al Furqan: 32)

Dari penjelasan ayat-ayat di atas, ulama memiliki pandangan berbeda soal berapa kali al Qur’an diturunkan. Pendapat pertama, al Qur’an turun melalui dua tahapan dengan cara yang berbeda. Kali pertama ia diturunkan dari Lauhul Mahfudz, di langit ketujuh ke Baitul Izzah. Baitul Izzah merupakan tempat yang ada di langit dunia.

Pada periode pertama ini al Qur’an diturunkan sekaligus yang terjadi pada bulan Ramadhan. Tepatnya pada malam Lailatul Qadar. Pendapat ini didasarkan pada ayat-ayat alQur’an seperti telah disebut (QS. al Qadr: 1, al Dukhan: 3, dan al Baqarah: 185).

Pada kali kedua, al Qur’an diturunkan dari Baitul Izzah kepada Rasulullah secara berangsur-angsur. Berapa lamanya proses ini, dalam al Itqan fi ulum al Qur’an karya imam Suyuthi, ulama berbeda pendapat. Ada yang bilang selama dua puluh tahun, dua puluh tiga tahun dan dua puluh lima tahun.

Dasarnya adala firman Allah (QS. al Isra: 106, al Furqan: 32 dan beberapa hadis Nabi. Di antaranya adalah sabda beliau dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Allah menurunkan al Qur’an ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar. Ketika Allah berkehendak, Allah mewahyukannya, atau menjadikan satu sebab kemudian menurunkannya”. Sanad hadis ini shahih menurut imam Hakim dalam al mustadrak.

Pendapat kedua. Menurut Imam al Sya’bi dan Muhammad Ishaq, kenyataannya al Qur’an hanya sekali turun. Dimulai pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan kemudian secara bertahap diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam waktu, kondisi dan situasi yang berbeda. Proses ini baru berhenti setelah Nabi meninggal. Berdasar pada firman Allah (QS. al Qadr: 1, al Dukhan: 3, dan al Baqarah: 185).

Pendapat ketiga mengatakan al qur’an turun secara bertahap sebanyak dua kali. Pertama, secara berangsur turun dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah selama dua puluh tiga malam. Satu malam setara dengan satu tahun masa di dunia. Demikian pula pada tahap yang kedua, secara berangsur turun dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad selama dua puluh tiga tahun. Pendapat ini diamini oleh imam Fakhrurrazi, Muqatil bin Hayyan dan Ibnu Juraij.

Pendapat keempat menyatakan bahwa al Qur’an diturunkan melalui tiga proses secara bertahap. Proses pertama diturunkan oleh Allah dari Lauhul Mahfudz sekaligus dan diterima oleh para malaikat di langit dunia. Selanjutnya, pada proses yang kedua para malaikat menurunkannya kepada malaikat Jibril selama dua puluh malam. Dan pada proses yang ketiga malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad secara bertahap selama dua puluh tahun.

Pendapat  ini seperti tertulis dalam al Itqan fi ulum al Qur’an karya imam Suyuthi, didasarkan pada riwayat Ibnu Abbas, ia berkata, “Al Qur’an itu diturunkan sekaligus dari sisi Allah, dari Lauhul Mahfudz kepada para malaikat yang mulia yang ada di langit dunia. Kemudian para Malaikat tersebut menurunkannya secara berangsur kepada Malaikat Jibril selama dua puluh malam. Kemudian Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad secara bertahap selama dua puluh tahun”.

Menurut imam Ibnu Hajar al ‘Asqalani dalam kitabnya Fathu al Bari, pendapat ini tidak masyhur, alias asing. Bahkan menurut Ibnu ‘Arabi dalam karyanya Ahkam al Qur’an, termasuk kebodohan seorang mufassir bila mengatakan ada malaikat khusus yang menurunkan al Qur’an kepada malaikat Jibril secara berangsur selama dua puluh malam. Kemudian diturunkan baru diturunkan kepada Nabi Muhammad selama dua puluh tahun.

Sementara pendapat yang kelima, pendapat jumhur ulama salaf dan khalaf menyatakan bahwa al Qur’an diturunkan sebanyak dua kali. Diturunkan oleh Allah dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah sekaligus selama satu malam. Malam inilah yang disebut malam Lailatul Qadar.

Setelah proses itu diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dimulai dari ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad di gua hira dan ditutup dengan ayat terakhir menjelang beliau wafat.

Menurut imam Suyuthi dalam al Itqan fi ulum al Qur’an, pendapat ini yang paling masyhur dan paling benar. Demikian juga Imam Qurthubi dalam tafsirnya berkata demikian. Penguat berikutnya adalah dengan banyaknya hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas tentang hal ini. Imam Sayuthi menilai hadis dari Ibnu Abbas adalah hadis shahih meskipun statusnya mauquf (riwayat yang hanya sampai pada sahabat).

Inilah potret turunnya al Qur’an yang titik berangkatnya diawali di malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Oleh karena ini pula Ramadhan merupakan bulan yang mulia. Terutama pada malam Lailatul Qadar yang memiliki keutamaan lebih dibanding seribu bulan.

Alangkah rugi apabila di bulan ini kita tidak mampu memanfaatkannya sebaik mungkin. Sepenuh semangat melaksanakan ibadah di bulan suci untuk meraih kebahagiaan. Di dunia dan untuk bekal kehidupan nanti, setelah kita mati.

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

Toa masjid

Toa dan Sejarah Tadarus Al Qur’an di Bulan Ramadan

Ramadan kali ini pun tak luput dari perdebatan soal pengeras suara (TOA). Polemik bermula dari …

manfaat tidur

Hati-hati, Ternyata Ada Tidur yang Membatalkan Puasa

Pemahaman tekstual terhadap dalil agama bisa berakibat fatal. Pemaknaan apa adanya tersebut berkontribusi memberikan informasi …