Sukidi Mulyadi PhD
Sukidi Mulyadi PhD

Pembaruan Islam Sangat Penting Jawab Problem Anti-Kebhinnekaan

Jakarta – Pembaruan Islam sangat penting untuk menjawab berbagai problem anti-Kebhinnekaan yang masih marak terjadi di Tanah Air. Hal itu diungkapkan cendekiawan muslim jebolan Kajian Islam dari Universitas Harvard Amerika Serikat, Sukidi Mulyadi PhD.

“Pembaruan Islam ini untuk menyasar masalah antikeberagaman dan intoleransi di Indonesia,” kata Sukidi melalui keterangan tertulis dikutip dari Antara, Jumat (27/8/2021).

Sukidi melihat intoleransi dan persekusi telah menodai spirit kebangsaan. Hal itu ditandai dengan kerap terjadinya ujaran kebencian lantaran berbeda pilihan politik, latar belakang ras dan suku, dan mazhab pemikiran.

Ia menilai pembaruan Islam berbeda dengan situasi zaman sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Prof Nurcholish Madjid atau Cak Nur dan para pembaharu Islam di masa lampau. Pada saat itu, lebih fokus pada kemandekan dan kejumudan berpikir umat sehingga membuat umat kehilangan “psychological striking force” dalam perjuangan mereka.

Kebhinnekaan merupakan fondasi penting yang dimiliki bangsa Indonesia dan menjadi akar kuat di negeri ini. Akan tetapi, masalahnya, banyak masyarakat menerima kebinekaan sebagai sesuatu yang terberi begitu saja tanpa meneladani dengan sepenuh hati.

“Sebagian kita masih mempersoalkan mayoritas dan minoritas. Padahal, dalam negeri yang bhinneka, apalagi dengan landasan Pancasila sebagaimana dirumuskan para pendiri bangsa, seharusnya tensi antara mayoritas dan minoritas tak boleh mendapat tempat lagi,” kata dia.

Menurut dia, kebhinnekaan tidak bisa hanya diterima sebagai fakta sosial, sebab itu saja tidak cukup. Jauh dari itu, kebinekaan menuntut keterlibatan aktif warga negara dalam masalah-masalah keumatan dan keindonesiaan.

Sebagai contoh di masa pandemi seperti sekarang ini, setiap warga harus menunjukkan keterlibatan aktif menyetop penyebaran virus. Sebab, jika tidak terlibat sama sekali sama artinya dengan mengkhianati kebhinekaan, mengingkari para pendiri bangsa.

Lebih jauh, ia mengatakan kebhinnekaan harus memenuhi tiga hal penting, yakni keterlibatan, pengakuan terhadap yang lain, dan hidup bersama dengan sikap saling menghargai. Terakhir, Sukidi menegaskan pembaruan Islam harus dilakukan untuk menegakkan kebhinnekaan di Indonesia. Sebab, inilah warisan paling penting yang harus dirawat dengan baik.

“Kebebasan berkeyakinan memiliki dua syarat utama, yakni tidak melanggar hak orang lain, dan tidak melanggar tatanan publik,” tegasnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ketum pemuda muhammadiyah dzul fikar ahmad tawalla 169

Usai Putusan MK, Pemuda Muhammadiyah Serukan Persatuan Dan Hidup Rukun-Damai

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) telah memutuskan sengketa Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) 2024 pada Senin, …

Alissa Wahid ok

Semangat Emansipasi Kartini Bisa Pengaruhi Penafsiran Agama Modern Terhadap Posisi Perempuan

Jakarta – Kesetaraan gender dan penolakan terhadap diskriminasi perempuan merupakan nilai-nilai yang terus diperjuangkan dalam …