kh hasyim asyari
kh hasyim asyari

Pengikut Sawadul A’dham Menurut KH. Hasyim Asy’ari

Rasulullah pernah bersabda, Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’dham).” Banyak ragam tafsir untuk mendefinisikan siapa sebenarnya sawadul a’dham yang dimaksud?

Dalam kitabnya, Risalatu Ahli al Sunnah wa al Jama’ah, Kyai Hasyim Asy’ari menyerukan kepada umat Islam Indonesia untuk selalu berpedoman pada ajaran yang dituangkan oleh ulama salaf. Ulama salaf adalah para Nabi, sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in, terutama empat imam madhab. Imam Malik, Imam Hanafi, Imam Syafi’I dan Imam Hanbali.

Ulama salaf inilah yang oleh pendiri NU tersebut disebut sebagai Sawadul a‘dham, kelompok mayoritas. Menurut ulama yang berasal dari Tebuireng, Jombang ini, saat ini dan untuk seterusnya penting untuk mengikuti dan berpegang teguh terhadap model beragama seperti mereka. Minimal ikut salah satu empat Imam Madhab.

Kenapa demikian? Menurutnya, kebenaran yang hakiki itu ada pada kalangan ulama salaf karena mereka konsisten dan survive memegang nilai-nilai ajaran agama seperti yang telah dibangun oleh Rasulullah. Merekalah yang oleh Rasulullah  diidentifikasi sebagai Sawad al  ‘Adham (golongan mayoritas). Dengan kata lain, inilah kelompok ahlussunnah wal jamaah yang sesungguhnya.

Ungkapan KH. Hasyim Asy’ari di atas didasarkan pada  hadis Rasulullah:

ان الله لا يجتمع أمتى على ضلالة. ويدالله على الجماعة من شذ شذ إلى النار ,( رواه الترمذ ي ) زاد ابن ماجاه: فإذا وقع الاختلاف , فعليك بالسواد الاعظم مع الحق واهله

“Sesungguhnya Allah memberikan jaminan bahwa umatnya tidaklah akan bersekongkol untuk menyepakati kesesatan, keberpihakan Allah adalah pada Jama’ah, barang siapa yang menyimpang dari konsensus mayoritas berarti bahwa ia mengasingkan diri menuju neraka”. (HR. Al – Turmudzi)

Imam Ibnu Majah menambahkan, “Bila terjadi perselisihan maka pegangilah keputusan yang diambil oleh “Al Sawad al A’dham” (kelompok mayoritas) dengan segala komitmen atas kebenaran dan pengikut-pengikutnya”

Di dalam kitab “Al Jami’ al Shagir” disebutkan :

إن الله قد اجار أمـتى أن تجتـمع على ضــلالة

“Sesungguhnya Allah telah menyelamatkan umatku dari segala bentuk persekongkolan atas perbuatan sesat”

Pentingnya Bermadhab dan Menjaga dari Kesesatan

Selanjutnya, KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan, mayoritas ulama-ulama yang konsisten pada kebenaran (Ahli al Haq) adalah mereka yang menjadi pengikut Imam Madzhab yang empat. Penjelasan beliau ini menekankan pentingnya bermadhab kepada empat madhab, al Madhab al Arba’ah.

Mengapa demikian ? Karena ulama sekelas Imam Bukhari,  yang meriwayatkan hadits dari Imam Humaidiy, al Za’faraniy, dan Imam Karabisiy, masih bermadhab kepada Imam Syafi’i, demikian juga Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Nasa’i. Sedangkan ulama ahli hadist yang lain seperti Imam al Syibi adalah pengikut madzhab Maliki dan Imam Mahasibi bermadzhab Syafi’iy. Imam Aal Jariry merupakan Penganut setia Imam Hanafiy. Syaikh Abdul Qadir al Jailani bermadzhab Hanbali, Imam Abu Hasan al Syadzili pengikut madzhab Maliki.

Dengan demikian, bermadhab lebih menjamin untuk memperoleh kebenaran, lebih dapat memahami secara mendalam dan akan lebih memudahkan dalam mengimplementasikan amal ibadah. Model bermadhab seperti inilah model beragama yang dianjurkan oleh  ulama Salaf al shalih.

Oleh karena itulah, KH. Hasyim Asy’ari menganjurkan kepada umat Islam untuk selalu berada dalam irama beragama yang didasarkan pada Sawad al ‘Adham. Membulatkan tekad untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah, berjamaah dan senantiasa berharap agar nantinya kita semua tidak mati meninggalkan dunia yang fana ini kecuali tetap memeluk agama Islam.

Kita sepakat untuk senantiasa berdamai dan melakukan rekonsiliasi dengan mereka atau siapa saja yang berselisih. Merekatkan tali persaudaraan, bersikap dan berperilaku baik terhadap semua tetangga, kerabat dan seluruh teman, dapat memahami dan melaksanakan hak-hak para pemimpin, bersikap santun dan belas kasihan terhadap kaum lemah dan kalangan kecil.

Kita berusaha mencegah mereka dari segala bentuk permusuhan, saling benci-membenci, memutuskan hubungan, hasut-menghasut, sekterianisme dan memebentuk sekte-sekte baru yang mengkotak-kotakkan agama. Kita menghimbau pada mereka semua untuk bersatu, bersahabat, tolong menolong dalam kebaikan, berpegang teguh pada agama Allah yang kokoh, dan menghindari perpecahan (dis integrasi).

Hendaknya kita tetap eksis berpedoman pada al Qur’an dan Sunnah dan apa saja yang menjadi tuntunan para ulama panutan umat yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal. Merekalah ulama yang mujma’ alaih, sah untuk diikuti dan dilarang keluar dari madzhab-madzhab mereka. Hendaknya kita juga berpaling dari segenap bentuk organisasi – organisasi baru yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang dibangun oleh ulama-ulama salaf al shalih.

Rasulullah bersabda :

من شــذّ ســذّ على الــنّار

“Barang siapa yang menyimpang (keluar dari al Jamaah ) berarti ia mengungsikan dirinya ke neraka.”

Untuk itu hendaknya umat Islam di Indonesia selalu berada di bawah payung al Jamaah, yakni ahlussunnah wal jama’ah seperti yang diajarkan oleh ulama salaf al shalih.

Rasulullah saw. bersabda :

و أنا آمركم بخمس أمرنى الله بهــن : السمع ,والطاعة ,والجهاد , والهجرة , والجمــاعة . فإنّ من فارق الجمـاعة قيد سبـر فقد خلع ربقــة اللإ سلام عن عنـقه

“Aku perintahkan pada kalian semua untuk melaksanakan lima hal, di mana Allah telah memerintahkan hal itu padaku, yakni bersedia untuk mendengarkan, taat dan siap untuk berjihad, melakukan hijrah dan bergabung masuk dalam bingkai Al – Jamaah. Sesungguhnya seseorang yang berpisah dari jamaah walaupun hanya sejengkal, berarti sungguh ia telah melepaskan ikatan tali keislamannya dari lehernya”.

Sayyidina Umar bin Khattab berkata :

عليكم بالجماعة وإيكم والفرقة , فان الشيطان مع الواحد وهو مع الاثنـين أبعد ومن أراد بحبوحة الـجِـنّة فليلـزم الجمـاعة

“Berpegang teguhlah kalian semua pada al Jama’ah, hindarkan diri kalian dari segala bentuk perpecahan, karena sesungguhnya syetan ketika menyertai anda seorang diri saja, maka dengan sangat mudah ia menaklukkannya dibanding ketika ia menyertai dua orang yang bersekutu, barang siapa bermaksud dan ingin mendapat kenikmatan hidup di dalam surga maka tetaplah bersama al Jama’ah”.

Wallahu a’lam

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

sidang gugatan Pilpres di MK

Tanggapi Putusan MK, PBNU: Kedepankan Empat Nilai Dasar Ahlussunnah wal Jama’ah

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa Pilpres pasangan nomor urut 01 Anies Baswedan-Cak …

Ketua FKPT Jabar Iip Hidajat

Kearifan Lokal Dorong Moderasi Beragama Dengan Kedepankan Toleransi

Jakarta – Meskipun lebaran Idulfitri telah usai, semangat persaudaraan dan kerukunan yang didapat setelah merayakannya …