hajar aswad
hajar aswad

Sejarah dan Penelitian Sains tentang Hajar Aswad

Batu Hajar Aswad merupakan batu yang memiliki nilai sejarah bukan hanya bagi agama Islam namun juga bagi peradaban manusia dari jaman dahulu hingga saat ini. Oleh umat muslim, Hajar Aswad diyakini merupakan batu yang berasal dari Surga.

Dalam sejarahnya, Hajar Aswad ditemukan pertama kali oleh Nabi Ismail AS yang kemudian dibawanya kepada ayahnya Nabi Ibrahim, yang saat itu diutus oleh Allah untuk membangun kembali Ka’bah sebagai rumah bagi muslim dunia.

Jadi bagi muslim yang pernah melaksanakan ibadah haji ataupun umrah, pastinya sudah tidak asing sengan batu Hajar Aswad yang telah dibingkai dari perak murni dan ditempatkan di bagian tenggara Ka’bah.

Konon, batu Hajar Aswad memiliki warna yang terang namun semakin lama, Hajar Aswad berubah warna menjadi kehitaman yang merupakan cerminan dari dosa umat manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Batu hitam turun dari surga dan itu lebih putih dari susu, tetapi dosa anak-anak Adam mengubahnya menjadi hitam.” (HR Tirmidzi).

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi pernah merilis foto dengan resolusi tinggi (49.000 megapixel) Hajar Aswad. Gambar tersebut sangat jelas dan siapapun dapat melihat setiap detail batu Hajar Aswad. Para jamaah haji biasanya berebut untuk menyentuh dan mencium Hajar Aswad, sebagaimana yang disunnahkan Rasulullah. Namun untuk mencium Hajar Aswad bukanlah hal yang mudah, jamaah harus mampu menembus kerumunan, namun bagi mereka yang tidak mampu mencium Hajar Aswad, mereka memilih untuk melambaikan tangan sebagai tanda penghormatan.

Hajar Aswad dahulu diperkirakan memiliki diameter sekitar 30 cm. Batu tersebut kemudian terpecah menjadi 15 bagian dan direkatkan dengan matriks semen sebagaimana kondisinya saat ini.

Karena dilihat dari keistimewaannya, Hajar Aswad mampu mengundang rasa penasaran publik, khususnya para peneliti di bidang geologi. Hingga saat ini, beberapa ahli telah coba mengungkapkan karakteristik fisik dan kemungkinan proses-proses geologi yang terlibat dalam pembentukannya.

Menurut Prior-Hey, seorang ahli geologi berpendapat bahwa Hajar Aswad adalah meteorit aerolit, meteorit yang lebih mirip batu biasa dan tidak didominasi besi dan nikel seperti halnya meteorit yang umum kita ketahui.

Namun, pemahaman bahwa Hajar Aswad merupakan meteorit nampaknya sulit dipastikan. Karena Hajar Aswad memiliki sifat dasar terapung di air. Hal ini diketahui pada tahun 950 saat Gubernur Makkah Abdullah ibn Akim menguji batu-batu yang diduga Hajar Aswad yang dicuri sekte Ismailiyah Qaramithah 22 tahun sebelumnya.

Pendapat yang berlainan muncul dari Elsebeth Thomsen seorang geolog dan Palentolog Swedia, yang menjabarkan kemungkinan Hajar Aswad bukanlah meteorit, melainkan batuan hasil tumbukan benda langit dengan kecepatan sangat tinggi dan energi sangat besar yang disebut impactite.

hipotesis Thomsen menawarkan sesuatu yang lebih menarik. Thomsen secara tegas menunjuk Hajar Aswad sebagai sejenis impactite. Struktur Wabar umumnya merupakan blok-blok gelas berwarna putih yang komposisinya didominasi silika. Beberapa bagian memiliki selubung berwarna kehitaman.

Penjelasan dari tampakan impactite agaknya cocok dengan deskripsi dalam hadist yang menggambarkan warna Hajar Aswad yang lebih putih daripada susu. Impactite yang juga berongga menyebabkan gas terjebak di dalam batuan dan memungkinkannya mengapung di air, persis seperti percobaan sifat dasar Hajar Aswad.

Dalam analisa lebih lanjut, akhirnya dapat disimpulkan Struktur Wabar terbentuk pada tahun 1704 atau 3 abad silam. Dan akhirnya, hipotesis Thomsen pun rontok dengan sendirinya setelah diketahui bahwa Struktur Wabar baru berusia 3 abad, jauh lebih muda ketimbang masa pembangunan Ka’bah yang sudah terjadi 40 abad silam.

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa Hajar Aswad bukanlah meteorit dan bukan pula impactite. Hingga saat ini misteri tentang asal-usul Hajar Aswad masih jadi topik bagi banyak ahli. Yang jelas, hajar aswad adalah salah satu batu mulia yang dianggap bagian yang suci oleh umat Islam. Rasulullah pun menyiuminya sebagai bentuk penghormatan.

Wallahu a’lam.

Bagikan Artikel ini:

About Imam Santoso

Check Also

hakikat zakat fitrah

Hakikat Zakat Fitrah : Laku Spiritual dan Solusi Sosial

Selain berpuasa sebagai bentuk ibadah, Ramadan juga menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan kedermawanan …

buka puasa

Kebaikan-kebaikan Menyegerakan Berbuka Puasa

Berbuka puasa merupakan salah satu amalan penting bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa. Rasulullah …