mencela
mencela

Sikap Nabi Kepada Orang yang Hobi Mengumpat dan Mencaci

“Dan janganlah sebagian kamu mengumpat (menggunjing) sebagian yang lain” (al Hujurat:12)

“Celaka bagi setiap pengumpat dan pencela” (al Humazah:1)

Dua ayat ini hanya sebagian dari ayat-ayat al Qur’an yang melarang tindakan mengumpat dan mencela. Demikian pula hadis Nabi sebagai bayan (penjelas) ayat-ayat semisal dua ayat ini begitu banyak. Hal ini menandakan bahwa mencaci, mencela dan mengumpat merupakan dosa besar dan sudah menjadi ijma’ para ulama dan diketahui secara merata oleh semua umat Islam (Ma’lum min al Din bi al Dharurah).

Bagaimana sikap Nabi ketika melihat atau mendengar orang melakukan dosa besar ini?

Dari Abu Darda’, dari Nabi, beliau bersabda, “Barang siapa menolak (melarang) dari (menggunjing) pribadi saudaranya, niscaya Allah akan menolak (memalingkan) neraka dari mukanya pada hari kiamat’ (HR. Turmudzi. Menurutnya hadis ini hadis hasan).

Hadis ini menegaskan, bagian dari amar ma’ruf nahi mungkar adalah melarang seseorang melakukan tindakan mengumpat dan mencaci orang lain. Sampai-sampai Nabi menyebut orang yang melakukan usaha untuk mencegah seseorang yang melakukan perbuatan-perbuatan tercela ini dengan balasan surga. Ia akan dilindungi dari panasnya api neraka.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis panjang berisi cerita tentang ‘Utban (pendapat yang masyhur dibaca ‘Itban).

“Nabi berdiri mengerjakan shalat, para sahabat berkata, “Mana Malik bin al Dukhsyum”? Seorang sahabat berkata, “Dia adalah orang munafik yang tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya”.

Nabi bersabda, “Kamu tidak boleh berkata seperti itu, apakah kamu tidak melihatnya telah membaca La Ilaha Illallah (tidak ada Tuhan kecuali Allah)? Dengan ucapan itu ia mengharap wajah (ridho Allah).

Nabi mengajarkan kepada para sahabat untuk memvonis orang lain dengan caci maki dan celaan. Apalagi celaan itu menggunakan kalimat agama seperti kafir, munafik dan fasik terhadap mereka yang sudah terang mengikrarkan tauhid.  Inilah pelajaran penting yang harus diteladani oleh umatnya saat ini.

Di era digital seperti sekarang, umum dipertontonkan sikap mencela dan mencaci, tidak hanya oleh kaum awam saja, tokoh-tokoh agama pun banyak melakukannya. Mereka yang mencela karena merasa paling benar. Dengan perasaan itu ia menjadi sombong dengan menganggap yang berbeda dengan dirinya sebagai bodoh, munafik, fasik, bahkan kafir.

Karena itu, tugas umat Islam yang kesadarannya masih waras harus selalu berupaya untuk memperingatkannya dan mencegahnya. Etika pergaulan dalam Islam sudah begitu jelas digambarkan oleh Rasulullah untuk tidak gampang memvonis saudaranya apalagi dengan istilah yang menyakitkan.

Bagikan Artikel ini:

About Khotibul Umam

Alumni Pondok Pesantren Sidogiri

Check Also

sirah nabi

Pesan Nabi Menyambut Ramadan

Bulan Ramadan, atau di Indonesia familiar dengan sebutan Bulan Puasa, merupakan anugerah yang diberikan Allah …

imam ahmad bin hanbal

Teladan Imam Ahmad bin Hanbal; Menasehati dengan Bijak, Bukan Menginjak

Sumpah, “demi masa”, manusia berada dalam kerugian. Begitulah Allah mengingatkan dalam al Qur’an. Kecuali mereka …