cinta tanah air
cinta tanah air

Tafsir QS. al-Baqarah Ayat 126: Basis Dalil Nasionalisme dalam Islam

Tidak lama lagi, tepatnya tanggal 17 Agustus 2021, segenap penduduk republik ini akan merayakan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-76. Setiap kali HUT RI tiba, rasa nasionalisme penduduk bumi Indonesia akan menguat. Hal ini tentu saja sangat berdasar karena memang bulan Agustus selalu mengingatkan seluruh penduduk bumi Indonesia akan sejarah perjuangan panjang dan penuh pengorbanan dari penduduk pribumi kala itu yang dinakhkodai oleh para pahlawan, sehingga mampu merebut kemerdekaan dari penjajahan.

Di lain pihak, ada kelompok yang justru mempertentangkan dalil nasionalisme. Alih-alih nasionalismenya meningkat seiring dekatnya HUT RI, kelompok ini malah gencar menggembosi rakyat Indonesia, utamanya yang beragama Islam, dengan narasi bahwa nasionalisme yang dipraktekkan Indonesia tidak sesuai dengan syariat Islam, alias bertentangan dengan Islam.

Sebut saja HTI, mereka berpendapat bahwa konsep nasionalisme tidak ada dalam ajaran Islam. Menurut mereka, konsep kesatuan (nasionalisme) itu bukan berdasarkan persamaan nasib, tetapi persamaan aqidah. Dengan demikian, konsep nasionalisme ala HTI ini memerlukan berdirinya Khilafah Islamiyah. Dari sini pula HTI menuduh bahwa kemunduran umat Islam, salah satu biangnya, adalah konsep nasionalisme yang menyebabkan umat Islam menjadi terpecah-pecah.

Apakah benar bahwa nasionalisme tidak ada landasannya dalam Islam alias bertentangan dengan nilai-nilai Islam? Pertanyaan seperti ini sejatinya sudah tak asing lagi di telinga kita. Meskipun demikian, jawaban atas pertanyaan ini harus terus digelorakan. Terlebih di era digital seperti sekarang ini, konten kontra narasi tidak cukup hanya dilakukan satu dua kali saja, melainkan harus mampu membanjiri lini media sosial. Hal ini juga sebagai langkah dini untuk mencegah orang awam termakan dengan narasi kelompok penentang ide nasionalisme.

Sebagai pendahuluan, perlu dikemukakan bahwasannya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa nasiolisme nasionalisme itu paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri.

 Dalil Nasionalisme

Memang harus diakui bahwasannya al-Qur’an tidak menyebut secara spesifik kata nasionalisme. Namun demikian bukan berarti konsep nasionalisme tidak ada atau bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Secara subtantif, ide nasionalisme banyak disinggung dalam al-Qur’an maupun hadis. Pada uraian ini, penulis hendak menguraikan nasionalisme sebagaimana digali dari spirit QS. al-Baqarah [2]: 126.

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنٗا وَٱرۡزُقۡ أَهۡلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنۡ ءَامَنَ مِنۡهُم بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلٗا ثُمَّ أَضۡطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ 

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali“.

Dalam ayat di atas, Nabi Ibrahim berdoa agar Allah menjadikan negeri yang dihuni Nabi Ibrahim kala itu menjadi negeri yang damai, aman, sejahtera dan makmur. Doa Nabi Ibrahim ini tentu saja sejalan dengan visi-misi ide nasionalisme, yakni cinta tanah air. Dalam doa itu, nabi Ibrahim menggunakan istilah ‘baladân amiân’ dan ‘warzuq ahlahu’, yang sayarat akan makna bahwa Nabi Ibrahim sangat mencintai negeri tempat ia berpijak dan bersujud kepada Allah, yang semua itu dibingkai dalam berbangsa dan bernegara.

Raghib al-Asfahani dalam Mufrodat al-Fadz al-Qur’an menyebutkan bahwa kata ‘balad’, merupakan bentuk mufrod (tunggal) dari kata ‘bilad/buldan’, yang memiliki arti tempat yang dikelilingi perbatasan dan digunakan sebagai tempat berkumpul dan tinggal oleh penduduk. Dalam bahasa Indonesia, kata ini sepadan dengan makna ‘bangsa’.

Ulama tafsir seperti al-Maraghi misalnya, menjelaskan bahwa doa Nabi Ibrahim sebagaimana terdapat dalam QS. al-Baqarah ayat 126 itu adalah sebagai bentuk tanggung jawab sosial sekaligus spiritual. Artinya, permintaan agar Makkah menjadi negeri yang aman itu dimaksudkan agar penduduknya damai dan hatinya tenang sehingga berimplikasi pada kemudahan dan kekhusyukan dalam beribadah dan mewujudkan ketataan kepada Allah.

Sementara menurut Quraish Shihab,ِ ayat di atas bukan sekedar mengajarkan agar berdoa untuk keamanan dan kesejahteraan kota Mekah, tetapi lebih dari itu adalah mengandung isyarat tentang perlunya setiap muslim berdoa untuk keselamatan dan keamanan wilayah tempat tinggalnya, dan agar penduduknya memperoleh rezeki yang melimpah.

Kecintaan tanah air juga pernah dilakukan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana tercermin dalam salah satu riwayat.

   عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا ……. وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ  

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).

Bagikan Artikel ini:

About Ahmad Ali Mashum

Check Also

QS At Taubah Ayat

Bomber Polsek Astana Anyar Kutip QS. At-Taubah Ayat 29, Mari Telisik Tafsirnya!

Pasca peristiwa bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar pada Rabu (7/12/2022), ada sebuah motor …

kehidupan luar bumi

Isyarat Al-Quran tentang Makhluk dan Kehidupan di Luar Bumi

Pada pertengahan 2019 silam, dunia dikejutkan oleh temuan yang menyebutkan bahwa para astronom telah menemukan …