Umat Islam Yang Baik Tidak Perlu Jadi Seperti Orang Arab

Jakarta Umat Islam di Indonesia yang baik tidak perlu menjadi seperti orang Arab atau mengikuti budaya Arab Tapi harus menjadi umat Islam yang mengikuti budaya Indonesia Pernyataan itu diungkapkan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA saat menjadi narasumber peluncuran buku Kepala BNPT Komjen Pol Drs Suhardi Alius MH Catatan Suhardi Alius Memimpin Dengan Hati Pengalaman sebagai Kepala BNPT di Auditorium Lemhanas Jakarta Kamis 14 2 2019 Tidak mesti mirip Arab Kita bisa menjadi orang Indonesia orang Jawa tetapi juga the best muslim tutur Nasaruddin Nasaruddin mengaku risau karena belakangan ini terjadi deindonesiasasi dalam pemahaman keagamaan di Indonesia Deindonesiasasi yang dimaksud yakni memahami agama tanpa menyesuaikan budaya yang ada di Indonesia Baca juga Mahfud MD Keragaman Harusnya Jadi Bingkai PersaudaraanMenurut Nasaruddin hal itu tidak seperti di zaman dulu Dia mengatakan bahwa para pendahulu menyebarkan agama setelah melalui proses penyesuaian dengan budaya Indonesia terlebih dahulu Dengan kata lain tidak menyebarkan atau mengajarkan agama secara mutlak seperti asalnya Baik itu Islam Katolik Kristen dan seterusnya Dengan demikian semua agama bersahabat satu sama lain imbuh Nasaruddin Beda dengan sekarang Nasaruddin menilai saat ini terjadi krisis penyebaran pemahaman agama atau yang dia sebut deindonesiasasi pemahaman keagamaan Padahal Nabi Muhammad sendiri pernah mengatakan bahwa ia diutus untuk menyempurnakan bukan memulai dari nol Sekarang terjadi krisis Bahkan dengan istilah saya itu deindonesianisasi pemahaman keagamaan kata Nasaruddin Ia mengajak seluruh umat Muslim untuk belajar kembali Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan bukan untuk membuldozer yang sudah ada ujar dia Nasaruddin mengaku tidak terlalu cemas dengan perkembangan terorisme di Indonesia di kemudian hari Ia mengaku lebih risau dengan perkembangan radikalisme Menurutnya terorisme lebih merupakan spontanitas seseorang melakukan tindakan teror lantaran ada perasaan ketidaksenangan yang terakumulasi lalu memuncak Kemudian mendidih hingga meletup dan melakukan tindakan teror Berbeda halnya dengan radikalisme yang dinilai lebih berbahaya karena benar benar ingin meninggalkan budaya khas Indonesia dalam memahami agama Akibatnya tidak ada rasa kebersamaan dengan agama agama lain Kelompok radikalisme itu ingin mulai dari nol pungkas Nasaruddin

Bagikan Artikel ini:

About Islam Kaffah

Check Also

duduk di kuburan

Saat Ziarah, Bolehkah Duduk di Kuburan?

Meskipun arus puritanisasi  mengklaim ziarah kubur adalah ritual bid’ah, tapi tidak banyak muslim nusantara yang …

shalat ghaib korban bencana

Shalat Ghaib untuk Korban Bencana

Pada tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi peningkatan aktifitas vulkanik di gunung semeru. Hal itu …