zainab
zainab

Zainab binti Ali bin Abi Thalib : Keberanian dan Kesaksian Tragedi

Zainab binti Ali bin Abi Thalib merupakan cucu Rasulullah. Dia anak ketiga dari istri pertama Ali bin Abi Thalib, Fatimah binti Muhammad. Kedua saudaranya adalah Hassan dan Husain bin Ali. Zainab dikenal sebagai wanita yang memiliki pikiran yang jernih, memiliki banyak ide, fasih dan juga menguasai ilmu Bahasa serta pandai retorika dengan argumen al-Quran.

Dengan keistimewaannya tersebut, Zainab juga meriwayatkan beberapa hadist yang berasal darinya. Di antara beberapa perkataan Zainab yang dikenal adalah, “Barangsiapa yang menginginkan makhluk menjadi syafaat (mediator) baginya menuju keridhaan Allah, maka hendaklah dia sering-sering memuji Allah (dengan ucapan alhamdulillah). Tidakkah kau mendengar perkataan mereka ‘sami’a Allahu liman hamidah’ (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya) kemudian Allah meringankan qudrah-Nya yang akan menimpamu dan merasa malu untuk menurunkan cobaan lebih besar karena kedekatan-Nya padamu.”

Dahulu ketika zainab masih berusia 5 tahun, Zainab bermimpi buruk. Ketika ia sadar, ia bangun dan berlari menemui Rasulullah sembari menceritakan apa yang telah ia impikan. Seketika Rasulullah merasa sedih atas mimpi zainab, Beliau berkata, “Pohon dalam mimpimu adalah aku yang akan segera meninggalkan dunia ini. Cabang-cabang pohon itu adalah ayahmu Ali dan ibumu Fatimah. Dan ranting yang kau pegang adalah saudaramu Hassan dan Husain. Mereka semua akan meninggalkanmu di dunia ini, dan kamu akan menderita kehilangan dan merelakan mereka.”

Benar saja, tak jauh dari mimpinya tersebut, Rasulullah wafat karena beliau mengalami sakit kepala dan demam tinggi selama beberapa bulan setelah kepulangannya dari Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji pertama dan terakhirnya. Suhu badan Rasulullah meninggi dan terjadi selama 13 hari.

Tak berselang lama, ketika Zainab berusia 7 tahun, sang ibu Fatimah menyusul kepergian Rasulullah. Karena ia seorang diri, dari situlah zainab mulai merasakan kedekatan yang mendalam dengan kedua orang saudaranya Hassan dan Husain.

Zainab menjadi salah satu saksi kelam terjadinya tragedi karbala, di mana saudaranya Husain meninggal dengan mengenaskan. Di bawah pemerintahan Yazid bin Muawiyah yang memiliki kebencian terhadap keturunan Rasulullah, mulai mengerahkan pasukan yang ia miliki untuk melawan pasukan yang dipimpin Husain guna mengamankan posisi pemerintahan.

Karena tak ingin posisinya terenggut oleh keturunan Rasulullah, Yazid bertekad membunuh keturunan laki-laki Nabi Muhammad. Mengetahui rencana Yazid, Husain terpaksa keluar dari Mekkah dan kemudian ia pergi ke Kufah. Kala itu Zainab menemani Husain dalam perjalanannya dengan beberapa keluarga yang lainnya.

Ketika rombongan Husain dan Zainab sampai di Karbala, mereka dikepung oleh pasukan Yazid dan terjadilah Perang Karbala yang menewaskan Husain dan 72 orang lainnya. Dalam pertempuran tersebut Zainab melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Husain dibunuh secara brutal. Tubuh Husain diinjak-injak oleh kuda musuh, kepalanya dipenggal. Peristiwa kematian saudaranya sempat membuat Zainab merasa depresi dalam kesedihan yang mendalam.

Zainab beserta perempuan dan anak-anak digiring ke Dasmakus sebagai tawanan perang. Ketika sampai di Dasmakus, Zainab dibawa kehadapan kepala daerah Kuffah yakni Abdullah bin Ziyab. Di situlah Zainab memperingati Abdullah tentang pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Dikutipnya bacaan dalam surat al-Imran ayat 178, “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.”

Allah memiliki maksud dalam memperpanjang umur manusia yang zalim dan membiarkan mereka berbuat dosa sesuka hatinya. Bukan berarti bahwa Allah telah meloloskan mereka, justru dengan seperti itu Allah akan memberikan azab yang besar kepada mereka. Kala itu Zainab terus melontarkan argumen-argumen yang membuat Yazid yang semakin terpojokkan, sehingga ia dan belasan tawanan dibebaskan oleh Yazid.

Zainab meninggal dunia pada tahun 65 Hijriyah, dan dikuburkan di kota Mesir. Untuk mengingat akan perjuangan dan kepandaiannya, pihak pemerintah Mesir mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Sayyidah Zainab, dan kini makamnya banyak dikunjungi peziarah.

Dari cerita di atas dapat kita petik pelajaran bahwa seberat apapun kedukaan ataupun masalah yang kita jalani, jika kita percaya musibah yang terjadi merupakan jalan yang terbaik yang diberikan Allah kepada kita, maka dengan keyakinan dan keikhlasan tersebut akan membuat kita menjadi seorang yang tabah dan kuat dalam menjalani kehidupan yang kita sadari tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan.

 

Bagikan Artikel ini:

About Ernawati

Check Also

hari guru nasional

Guru, Ustadz dan Kiayi : Sebuah Perenungan di Hari Guru Nasional

Setiap tanggal 25 November, kita merayakan Hari Guru Nasional untuk menghormati peran dan kontribusi para …

hebron

Menelusuri Palestina : Jejak Para Nabi dan Pesan Kebersamaan

Palestina, merupakan tanah suci yang merangkum sejarah agama-agama besar, mengisahkan jejak para nabi yang menginspirasi. …