Allah telah mentaqdirkan bahwa setiap anggota jasmani kita mungkin akan mengalami berbagai macam penyakit, mata mungkin akan rabun atau buta, telinga mungkin akan tuli, lidah mungkin akan kelu, lambung mungkin akan terasa perih, ginjal mungkin akan gagal berfungsi, jantung mungkin akan mengalami gangguan, tekanan dan gula darah serta kolesterol mungkin akan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Demikianlah tidak ada satu anggota tubuh kitapun yang dapat terjamin tidak akan diserang berbagai macam penyakit. Sebagian kita rajin memeriksakan kesehatan agar dapat terhindar sedapat mungkin dari berbagai macam penyakit tersebut. Namun dari itu, pernahkah kita memeriksakan kesehatan hati kita. Apakah tidak mungkin hati kita juga diserang oleh berbagai macam penyakit yang jauh lebih berbahaya dari penyakit-penyakit zahir. Sebab penyakit-penyakit zahir hanya membahayakan pada waktu hidup di dunia saja, tetapi penyakit hati akan membahayakan sampai ke negeri akhirat dan akan menghalangi seorang hamba untuk dapat masuk ke dalam surga.
Penyakit yang dimaksud adalah penyakit-penyakit batin seperti, sombong, bangga diri, riya, sum’ah, cinta pangkat, cinta dunia, dengki, memelihara permusuhan (dendam), selalu gelisah, duka cita dan lain-lain. Apakah hati kita aman dari terjangkit penyakit-penyakit tersebut? Lalu, bagaimanakah caranya memeriksa kesehatan hati atau mendeteksi penyakit-penyakit hati yang mungkin sudah bersarang sekian lama?
Nasehat Al-Ghazali untuk Mengetahui Kekurangan Diri
Al-Imam Hujjatul Islam Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali menerangkan bahwa ada empat cara, jika kita ingin mengetahui kekurangan-kekurangan diri, antara lain:
Pertama, Menghadap Kepada Seorang Syaikh Bijak yang dapat Melihat Aib-Aib Diri Kita
Ketika kita pergi menghadap kepada syekh atau seorang kyai yang dapat melihat aib-aib diri kita yang selanjutnya akan memberikan cara untuk menghilangkannya.Para ahli tashawwuf menyebut syaikh macam ini sebagai syaikh Murabbi Mursyid. Imam Ghazali mengatakan sulit mencari syaikh seperti ini pada zaman sekarang yaitu pada abad VI Hijriyyah. Bagaimanatah lagi pada abad ke XV Hijriyyah ini.
Kedua, Hendaklah Kita Mencari Shahabat Sejati yang Taat Beragama
Apabila ada sesuatu yang tidak ia sukai pada diri kita, ia akan mengoreksi dan membetulkan. Sangat mungkin koreksi yang ia lakukan menyebabkan menetesnya airmata penyesalan dan taubat. Inilah maksud dari pepatah Arab yakni:
صديقك من أبكاك لا من أضحكك
Artinya: “Sahabat sejatimu adalah yang membuat engkau menangis karena memperlihatkan kepadamu kekurangan-kekurangan dirimu, bukan yang membuatmu tertawa dengan selalu memuji dan menyanjungmu tetapi tutup mata akan kekuranganmu”.
Ketiga, Mengambil Faedah Kekurangan Diri dari Lidah Musuh atau Orang yang Tidak Menyukai Kita.
Mengambil faedah untuk mengetahui kekurangan-kekurangan diri dari lidah musuh atau orang yang tidak menyukai kita, karena orang yang membenci sangat akurat dalam melihat kekurangan orang yang dibencinya. Sebagaimana diungkapkan oleh syiir shufi, yaitu:
وعين الرضا عن كل عيب كليلة وعين السخط تبدي مساويا
Artinya: Mata keridhaan itu akan segala aib, tetapi mata kebencian akan dapat mencari kesalahan-kesalahan.
Betapa banyak orang, yang lebih banyak dapat mengambil manfaat dari mulut musuhnya dibanding dari mulut sahabatnya. Karena seorang sahabat seringkali sungkan untuk mengoreksi sahabatnya.
Keempat, Hendaklah Kita Bergaul dengan Orang-orang Sekitar
Ketika kita bergaul dengan sesama manusia maka setiap kali kita melihat sesuatu yang tercela pada mereka, kita mengganggap bahwa cela itu sebenarnya adalah pada diri kita. Sebab المؤمن مرآة المؤمن seorang mukmin itu adalah cermin bagi mukmin yang lain, sehingga ia melihat aib orang lain sebagai aibnya sendiri. Seandainya setiap orang menganggap aib orang lain adalah aibnya sendiri, niscaya mereka tidak memerlukan seorang yang mengajarkan etika.
Cara kedua sampai keempat di atas adalah bagi orang yang tidak menemukan seorang syaikh yang bijak, arif, cerdik dan mengetahui dengan kekurangan-kekurangan diri. Adapun jika sudah menemukan syaikh seperti ini, maka hendaklah kita selalu mengikuti segala petuahnya.
Sebenarnya ada satu lagi cara untuk memperbaiki diri, yaitu dengan memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw, Tertulis dalam kitab كفاية الأتقياء. Bahwa, memperbanyak membaca sholawat dapat menggantikan peranan seorang syaikh murabbi mursyid. Hal ini telah dibuktikan oleh banyak orang. Betapa banyak syaikh yang mendapat keistimewaan berupa futuh dari Allah tanpa pimpinan seorang syaikh murabbi mursyid, tetapi hanya dengan memperbanyak sholawat dalam setiap keadaan. Perhatikan sebuah hadits yang dianggap hasan shahih oleh imam turmuzi berikut ini:
عَنْ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ قَالَ أُبَيٌّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي فَقَالَ مَا شِئْتَ قَالَ قُلْتُ الرُّبُعَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ النِّصْفَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ قُلْتُ فَالثُّلُثَيْنِ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Artinya: Dari Thufail bin Ubay bin Ka’ab dari ayahnya Ubay bin Ka’ab, bahwa Ka’ab berkata, Rasulullah Saw biasa apabila sudah sampai sepertiga malam akhir, beliau bangun dan berkata,”wahai manusia, ingatlah Allah, ingatlah Allah, sungguh akan datang tiupan sangkakala pertama yang mengguncangkan alam, yang diikuti oleh tiupan kedua, akan datang kematian dengan segala konsekuensinya, akan datang kematian dengan segala konsekuensinya, Ubay berkata: aku bertanya, “wahai Rasulullah! Aku ini memperbanyak sholawat kepadamu, berapa lamakah semestinya aku bersholawat kepada-Mu, Rasulullah Saw menjawab, terserah kamu, aku berkata: seperempat malam? Rasulullah Saw menjawab, Terserah kamu, jika engkau tambah itu lebih baik untuk mu. Aku berkata lagi, setengah malam, beliau menjawab terserah kamu, jika engkau tambah itu lebih baik untukmu, aku berkata, kalau begitu dua pertiga malam, beliau menjawab terserah kamu, jika engkau tambah itu lebih baik untukmu, kalau begitu, aku akan jadikan seluruh malam untuk bersholawat kepada-mu, Rasulullah saw, bersabda, dengan begitu, kegelisahanmu akan hilang dan dosa-dosamu akan diampuni oleh Allah Swt.
Dapat dipahami isyarat dari sabda Nabi Saw, kegelisahanmu akan hilang bahwa penyakit-penyakit hati akan hilang, sebab adakah yang menggelisahkan hati selain dari penyakit-penyakit hati. Karena itu perbanyaklah membaca sholawat kepada Nabi Saw, karena anda sudah tahu keistimewaan-keistimewaan sholawat. Disamping itu luangkanlah waktu kita untuk membaca kitab-kitab ilmu hati seperti ihya ulumuddin, kifayatulatqiya, risalatul muawanah, nashaih diniyyah, nashaihul ibad dan lain-lain, karena kitab-kitab seperti ini akan mengobati dan mencerahkan hati. Akhirnya, semoga Allah Swt menjadikan kita semua termasuk orang yang senantiasa memperbaiki diri dan menjaga kesehatan hati, agar kelak di surga kita dapat berjumpa Allah Zat yang laisa kamitslihi syai’.