RAMALLAH – Konflik berkepanjangan antara Palestina-Israel tidak kunjung menemui titik terang, justru sengkarut problem semakin menganga menjadi lebih besar dan tak berkesudahan.
Turut campur negara lain, terutama sekutu utama Israel yaitu Amerika Serikat (AS) turut memperparah kondisi konflik. Rencana perdamaian yang digagas oleh beberapa Presiden Amerika Serikat mulai dari Barack Obama Hingga rencana Presiden Donald Trump tak pernah berpihak pada keadilan bagi kedua belah pihak.
Donald Trump Presiden Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan rencana perdamaian Timur Tengah untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Perdamaian yang digagas oleh Trump langsung mendapatkan reaksi dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan warga Palestina yang menentang rencana tersebut.
Penentangang rencana perdamian tersebut bukan tanpa alasan, Trump sebelumnya telah lebih dahulu mengakui Yerusalem sebagai Ibu kota Israel tanpa mengindahkan keinginan pihak Palestina. Selain itu, Trump juga tetap mengakui pendudukan sebagian wilayah Tepi Barat dan Lembah Yordan.
Tidak hanya Presiden Mahmoud Abbas beserta rakyat yang marah dan kecewa, bahkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Hamas juga turut menyerukan aksi protes besar-besara.
“Pengumuman itu membuat kami sangat marah dan kecewa,” ujar seorang sopir taksi, Maan Mustafa, di Tepi Barat.
Mustafa sadar betul bahwa, rencana perdamian yang digagas oleh Trump tidak akan menghasilkan keadilan bagi Palestina, karena pihak Amerika telah mendukung Israel.
“Kenyataannya adalah secara de facto kami telah hidup di bawah pendudukan Israel selama beberapa dekade. Jadi, pengumuman itu bukan menjadi hal baru, tidak ada yang berubah,” ujar Mustafa kepada Aljazirah.
Dikutip dari laman republika.co.id, seorang mahasiswa dari Yerusalem Timur, Seif Abdo. Merasa pesimis atas rencana Trump karena tidak akan mempunyai keuntungan perbaikan kehidupan bagi warga Palestina.
“Tidak ada yang berubah, ini sudah menjadi realitas sehari-hari. Trump telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, memindahkan kedutaan AS di sana, dan menerapkan hukum Israel di Lembah Yordan dan Dataran Tinggi Golan,” ujar Abdo.
Dalam rencananya Trump mengusulakn agar Palestina menggunakan Abu Dis sebagai ibu kota negaranya. Abu Dis adalah sebuah kota yang berada di Yerusalem Timur. Terkait hal itu, Trump menetapkan lini waktu selama empat tahun bagi Israel dan Palestina untuk menyetujui pengaturan keamanan.
Sebagian besar warga Palestina menilai lini waktu yang diberikan oleh Trump selama empat tahun tidak akan memiliki efek langsung. Seorang pebisnis di Ramallah, Sami Fawzi, meniliai rencana perdamaian itu tidak serius karena baru diberlakukan setelah empat tahun.
“Kami tidak menganggap serius kesepakatan ini karena tidak segera diberlakukan. Kami masih punya empat tahun. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi,” ujar Fawzi.
Aksi protes menentang rencana perdamaian Timur Tengah secara sporadis meletus di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Puluhan orang berkumpul di Kota Tubas, di Lembah Yordan, Tepi Barat sambil mengibarkan bendera Palestina. Pasukan Israel dikerahkan ke wilayah itu sejak Selasa. Mereka menembakkan gas air mata untuk membubarkan para demonstran.
Pasukan Israel juga menutup jalan menuju Lembah Yordan dan menghentikan bus yang membawa demonstran dari seberang Tepi Barat. Sementara, di Bayt Lahm, sekelompok kecil orang Palestina berkumpul di jalan-jalan pada sore hari untuk mengecam rencana itu. Beberapa dari mereka membakar bendera AS dan foto-foto Trump. Protes kecil lainnya diadakan oleh siswa sekolah di Kota Tulkarm, Palestina. Setidaknya 41 orang terluka dalam bentrokan berskala kecil, setelah pasukan Israel menembakkan peluru karet dan gas air mata di Lembah Yordania, kamp pengungsi Al-Orub dan Tulkarm.
Islam Kaffah Media Pembelajaran Islam Secara Kaffah