Rektor UIN Datokarama Palu jadi khatib salat Idul Fitri

Idul Fitri 1445 H Momentum Rekatkan Persaudaraan Sesama Manusia

Palu – Idul Fitri 1445 Hijriah menjadi momentum merekatkan persaudaraan sesama manusia, tanpa melihat latar belakang apapun. Dengan demikian setiap orang harus bisa memperbaiki sikap untuk menciptkan kerukuan dan perdamaian.

“Dengan kembali kepada fitrah maka sebagai manusia kita harus memperbaiki sikap dan tindakan dalam mempererat persaudaraan antarsesama manusia,” ujar Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah Prof. Dr. H. Lukman S Thahir aat bertindak menjadi khatib Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah di Masjid Raya Palu di Palu, Rabu (10/4/2024).

Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Sulteng ini, menyampaikan khutbah tentang merawat kefitrahan setelah Ramadhan. Ia menyampaikan relasi antarsesama manusia atau relasi kemanusiaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu dirawat dan dijaga.

Guna menjaga relasi itu manusia harus terus menebarkan kasih sayang dan kebaikan kepada siapapun dengan tetap menjaga tiga hal yang dapat merusak persaudaraan sesama anak bangsa dalam bingkai NKRI.

Tiga hal yang harus diwaspadai oleh manusia dalam kehidupan ini, yakni harta, tahta, dan wanita, di mana sesama makhluk sosial bisa bertengkar, berkelahi, dan mendiskreditkan nilai-nilai kemanusiaan karena kesombongan dan dibutakan harta maupun jabatan.

“Maka puasa yang telah dilaksanakan selama sebulan di bulan Ramadhan sesungguhnya menjadi pengendali terhadap lapar dan dahaga dan nafsu syahwat. Kita semua telah berpuasa di bulan Ramadhan, itu berarti kita kembali kepada tradisi kenabian agar supaya kita mendapat anugerah dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa,” ujarnya.

Ia mengingatkan tentang kisah Nabi Adam sebagai salah satu nabi yang disayangi Tuhan. Namun, Nabi Adam harus keluar dari surga turun ke muka Bumi karena berbuat kesalahan.

“Ketika di Bumi, Tuhan memerintahkan kepada Jibril menyampaikan kepada Nabi Adam, agar Nabi Adam harus berpuasa. Dengan berpuasa, maka Nabi Adam akan kembali kepada fitrahnya,” katanya.

Puasa menjadi tradisi kenabian yang dapat membentuk kefitrahan sekaligus membentuk karakter manusia dan sebagai pengendali hawa nafsu, yang makna dan subtansi harus diterapkan oleh manusia dalam kehidupan sosial keagamaan. (Ant)

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Santri

Semangat Jihad Santri Kini Bertransformasi Jadi Perjuangan Intelektual dan Kultural

Semarang — Peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang jatuh pada Selasa (22/10) diperingati secara khidmat …

Gubernur Jatim Khofifah Parawansa hadiri Lirboyo Bersholawat

Hari Santri: Panggilan Suci Teguhkan Peran Santri Sebagai Penjaga Iman, Bangsa, dan Peradaban Dunia

Kediri — Hari Santri bukan sekadar peringatan, melainkan panggilan suci untuk meneguhkan peran santri sebagai …