Risalah Cirebon

Risalah Cirebon: Pesantren Bangkit sebagai Poros Peradaban Baru

Cirebon – Gelombang kebangkitan pesantren kian terasa. Tidak lagi hanya menjaga tradisi, pesantren kini tampil sebagai poros peradaban dengan tata kelola modern sekaligus berperan strategis dalam pembangunan bangsa.

Semangat itu ditegaskan dalam Risalah Cirebon, hasil Halaqah Nasional IV Pimpinan Pesantren dan Rakernas Persaudaraan dan Kemitraan Pondok Pesantren (PK-TREN) Indonesia yang berlangsung pada 25–27 Agustus 2025 di Pondok Pesantren Bina Insan Mulia 2, Cirebon, Jawa Barat.

Mengusung tema “PK-TREN Indonesia sebagai Algoritma Peradaban Baru dalam Ekosistem Pesantren Indonesia”, acara ini dihadiri sekitar 1.000 peserta dari berbagai wilayah Nusantara. Kehadiran ribuan delegasi tersebut menunjukkan soliditas jaringan pesantren dalam merumuskan arah kebangsaan ke depan.

Risalah Cirebon memuat lima komitmen utama: Penguatan fondasi ketuhanan (mitsāq rabbānī) dan kebangsaan (mitsāq waṭhanī) sebagai pijakan peradaban. Semangat BBM (Bersatu, Bangkit, Mandiri) yang menegaskan peran pesantren tidak hanya di bidang pendidikan agama, tetapi juga dalam kemandirian sosial-ekonomi. Pembentukan Lajnah al-Mutaba‘ah wa al-Taqyīm sebagai komisi monitoring dan evaluasi untuk tata kelola pesantren yang transparan dan akuntabel.

Kemudian sinergi pesantren dengan pemerintah agar pembangunan berjalan seiring dengan kebutuhan masyarakat. Penguatan jejaring ilmiah dan ukhuwah keilmuan antar pesantren untuk melahirkan ulama dan cendekiawan muslim yang siap menghadapi tantangan zaman.

Ketua Komisi Rekomendasi Rakernas, Dr. KH. Idrianto Faishol, menegaskan bahwa risalah ini menjadi panduan nyata.

“Risalah Cirebon dibuat sebagai pedoman PK-TREN untuk mengawal pesantren ke depan,” ujarnya.

Senada, Ketua Umum PK-TREN Indonesia, KH. Ilyas Marwal, menyebut risalah ini sebagai amanah besar.

“Risalah Cirebon bukan hanya milik PK-TREN, tetapi milik seluruh pesantren Indonesia. Ia menjadi arah perjuangan agar pesantren semakin kuat, mandiri, dan berdaya saing dalam membangun bangsa,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Halaqah dan Rakernas, KH. Husnul Amal Masud, menekankan bahwa PK-TREN hadir untuk menyapa seluruh pesantren dengan keragaman warna dan kekhasannya masing-masing, tanpa sekat afiliasi ormas maupun golongan.

Ia menambahkan, tema besar Rakernas kali ini lahir dari kesadaran kolektif bahwa pesantren harus segera bertransformasi, bersinergi, dan mandiri agar mampu menjawab tantangan zaman. Pesan yang juga pernah disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan PK-TREN, KH. Ma’ruf Amin, bahwa pesantren harus menjadi munhidh—pembangkit arah baru peradaban Indonesia dan dunia.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

bullying

Bullying yang Merenggut Nyawa: Saat Pendidikan Kita Kehilangan Jiwa Islamnya

Kasus perundungan yang berujung kematian—termasuk yang baru-baru ini terjadi di Tangerang—sekali lagi mengguncang kesadaran kita …

TOT Moderasi Beragam UIN Maliki Malang

Merawat Iman di Era Digital: UIN Maliki Malang Siapkan Dosen Muda sebagai Penebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin

Batu — Di tengah kesejukan alam Kota Batu, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang membuka Training …