Sekolah Damai Bali

Sekolah Damai di Bali: Menyemai Nilai Agama untuk Mencegah Intoleransi dan Radikalisme

Bali — Dalam upaya memperkuat ketahanan dunia pendidikan dari ancaman ideologi transnasional seperti intoleransi, kekerasan, dan radikalisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggandeng Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali menyelenggarakan kegiatan Sekolah Damai dengan tema “Menumbuhkan Ketahanan Satuan Pendidikan dalam Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying di Bali.”

Kegiatan yang digelar di Aula Disdikpora Bali pada Kamis (6/11/2025) itu diikuti ratusan guru sekolah menengah atas dari seluruh kabupaten dan kota di Bali. Suasana kegiatan berlangsung hangat dan reflektif, menekankan pentingnya nilai-nilai agama sebagai pondasi perdamaian dan kemanusiaan.

Direktur Pencegahan BNPT, Prof. Irfan Idris, M.A., menegaskan bahwa agama harus menjadi sumber kedamaian, bukan perpecahan. Menurutnya, semua ajaran agama di dunia sejatinya mengajarkan kasih sayang, persaudaraan, dan kemanusiaan universal — nilai-nilai yang sejalan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa.

“Pancasila tidak bertentangan dengan agama, justru menjadi payung yang menjaga nilai-nilai ketuhanan agar tetap berjalan seimbang dengan kemanusiaan. Guru-guru harus menanamkan bahwa beragama berarti menghadirkan rahmat, bukan amarah,” ujar Prof. Irfan.

Ia menegaskan, peserta didik yang memahami agama secara benar akan tumbuh menjadi pribadi yang toleran dan penuh kasih. Karena itu, ia mengajak para guru menjadi teladan akhlak di sekolah dan masyarakat.

“Siswa yang lemah pemahaman agamanya mudah dimasuki ideologi radikal. Maka guru harus menjadi penjaga nilai, pembimbing akal dan hati,” tambahnya.

Prof. Irfan juga mengingatkan bahwa radikalisme masa kini telah menyusup melalui ruang digital, seperti media sosial dan permainan daring. Ia menekankan pentingnya pendidikan karakter dan literasi digital berbasis nilai-nilai agama dan kebangsaan agar generasi muda tidak kehilangan arah moral.

“Pendidikan agama harus ditampilkan secara kontekstual dan penuh kasih. Jangan keras dan menakutkan, tapi mendidik dan menenangkan,” ujarnya lagi.

Sementara itu, perwakilan Kepala Disdikpora Provinsi Bali, A.A. Istri Vera Laksmi Dewi, S.E., M.M., menuturkan bahwa Bali sebagai miniatur harmoni Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk terus menjaga nilai toleransi dan kebersamaan antarumat beragama.

“Bali dikenal sebagai tanah damai, tempat di mana perbedaan tidak menimbulkan sekat, tetapi menjadi warna yang memperindah kehidupan. Nilai-nilai ini harus terus kita tanamkan di sekolah,” katanya.

Ia menegaskan, guru harus menjadi sosok teladan dalam menumbuhkan rasa hormat dan empati di antara peserta didik. Menurutnya, pendidikan bukan hanya soal ilmu, tetapi juga tentang membentuk karakter dan spiritualitas.

“Sekolah harus menjadi rumah bagi semua anak, tanpa melihat latar belakang agama, budaya, atau suku. Di sinilah nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan bertemu untuk melahirkan generasi yang beriman dan beradab,” pungkasnya.

Melalui program Sekolah Damai, BNPT dan Disdikpora Bali berharap pendidikan tidak hanya melahirkan siswa yang cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan moral — generasi yang membawa ajaran agama sebagai rahmat bagi semesta alam, bukan alat untuk membenarkan kekerasan dan kebencian.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

kondisi sman 72 kelapa gading usai ledakan aparat masih berjaga pagi ini 1762739114121 169

Sisir Lokasi Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Polisi Temukan 7 Peledak

Jakarta – Pasca ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading Jakarta, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 …

036566600 1723716298 830 556

Penceramah Muda Kaitkan Rokok dengan Tauhid, Ini Kata Ketua MUI

JAKARTA — Media sosial membuat seseorang begitu sangat mudah untuk menjadi terkenal baik dalam posisi …