Kepala BNPT Komjen purn Eddy Hartono di Kampung Kebangsaan UIN Walisongo

Ancaman Terorisme Nyata, Mahasiswa Diajak Jaga Indonesia

Semarang — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol (Purn) Eddy Hartono, S.I.M., M.H., mengingatkan pentingnya kewaspadaan generasi muda terhadap ancaman radikalisme di ruang digital. Pesan itu ia sampaikan saat membuka kegiatan Penguatan Kampus Kebangsaan “Jaga Kampus Kita” di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kamis (23/10/2025).

“Ancaman terorisme di dunia siber itu nyata. Karena itu, saya mengajak seluruh mahasiswa UIN Walisongo untuk bersama-sama menjaga Indonesia dari bahaya radikalisme dan terorisme,” tegas Eddy Hartono.

Ia menambahkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki regulasi paling komprehensif dalam penanggulangan terorisme. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008, terorisme didefinisikan sebagai tindakan kekerasan atau ancaman yang menimbulkan teror, ketakutan, serta kerusakan terhadap fasilitas publik maupun strategis dengan motif ideologis atau politis.

“Definisi ini menjadi dasar kuat bagi kita untuk melawan terorisme secara hukum dan sosial,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Eddy juga menekankan peran mahasiswa dalam mewujudkan Tridharma Perguruan Tinggi—pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat—sebagai bagian dari upaya membangun ketahanan sosial. “Melalui program seperti Desa Siaga, mahasiswa bisa terlibat langsung dalam memperkuat daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme,” ujarnya.

Rektor UIN Walisongo, Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag., turut menyerukan pentingnya menjaga kampus dari pengaruh ideologi ekstrem. “Siap menjaga UIN dari radikalisme?” serunya kepada ratusan mahasiswa yang hadir.

Menurutnya, akar dari terorisme kerap muncul dari kesalahan cara pandang terhadap perbedaan. “Kalau pandangannya moderat, sikap dan perilakunya juga akan moderat. Tapi kalau sudah salah cara pandang, di situlah benih ekstremisme tumbuh,” jelasnya.

Ia menegaskan, perbedaan pendapat merupakan hal wajar dalam kehidupan beragama maupun berbangsa. “Yang berbahaya adalah ketika seseorang menolak keberagaman dan menafikan kemanusiaan,” imbuh Nizar.

Dalam sesi berikutnya, Mitra Deradikalisasi BNPT, Firman Arifianto, S.Pd., M.H., berbagi kisah pribadinya yang pernah terjerumus dalam jaringan radikalisme. “Saya dulu sempat berbaiat dengan kelompok Jamaah Islamiyah. Berawal dari narasi konflik di luar negeri yang menggugah emosi, sampai akhirnya saya berangkat ke Suriah dan ditangkap,” ungkapnya.

Firman menegaskan bahwa pengalaman pahitnya menjadi pelajaran berharga. “Saya tidak ingin mahasiswa UIN Walisongo mengalami hal yang sama. Cukup saya saja,” katanya penuh penyesalan.

Acara ini juga dihadiri oleh Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Sudaryanto, S.E., M.Han., Direktur Pencegahan BNPT Prof. Dr. Irfan Idris, M.A., serta Ketua FKPT Jawa Tengah Dr. Hamidulloh Ibda, M.Pd., bersama 600 mahasiswa dan dosen UIN Walisongo.

Melalui kegiatan ini, BNPT berharap kampus menjadi benteng utama dalam melahirkan generasi muda yang kritis, toleran, dan cinta damai — sesuai semangat Kampus Kebangsaan yang menjunjung nilai moderasi dan persatuan.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

020540500 1761117389 830 556

Ini Kado Presiden Prabowo untuk Santri di Momentum HSN 2025

Jakarta – Momentum Hari Santri Nasional 2025 mendapatkan kado istimewa dari Presiden Prabowo Subianto berupa …

Santri

Semangat Jihad Santri Kini Bertransformasi Jadi Perjuangan Intelektual dan Kultural

Semarang — Peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang jatuh pada Selasa (22/10) diperingati secara khidmat …