ramadan
ramadan

Apa Maksud Pahala Puasa Milik Allah, Ini Penjelasannya

Berbeda dengan rukun Islam yang lain, puasa memiliki keistimewaan sendiri. Keistimewaan khusus pahala puasa itu ditegaskan oleh Allah dalam sebuah hadits kudsi “Setiap amal kebaikan manusia adalah untuk dirinya kecuali ibadah puasa. Sesungguhnya, puasa milik-Ku dan Aku yang akan membalasnya”.

Lalu, apa arti “milik-Ku dan Aku yang akan membalasnya”?

Ibnu Hajar al ‘Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan arti ungkapan Allah di atas. Menurutnya, puasa merupakan satu-satunya ibadah yang aman dari sifat riya’. Seseorang berpuasa atau tidak tidak bisa dilihat dari perbuatan seseorang. Puasa adalah komitmen antara hamba dan Allah. Ia merupakan rahasia seseorang dengan Tuhan-Nya. Kerahasiaan ini yang menjadi kunci keistimewaan puasa sehingga Allah sendiri yang akan membalasnya.

Selain itu, semua ibadah selain puasa telah dijelaskan kelipatan pahalanya, yakni dari 10-700 kali lipat. Sementara puasa Ramadhan Allah sendiri yang melipatgandakan pahalanya tanpa batas ukuran.

Redaksi “Puasa untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya” merupakan penisbatan Allah terhadap puas yang bermakna begitu agungnya ibadah puasa. Seperti Baitullah, merupakan penisbatan Allah kepada tempat sehingga tempat itu menjadi paling mulia dari seluruh tempat di muka bumi. Hal ini karena hanya Allah yang mengetahui hakikat puasa seorang hamba.

Perbedaan puasa dengan ibadah yang lain, pada hari kiamat amal-amal ibadah seseorang akan dijadikan tebusan terhadap perbuatan dosa yang dilakukan ketika di dunia kecuali pahala puasa. Ganjaran puasa akan tetap diberikan langsung kepada seseorang tanpa melihat perbuatan dosa yang dilakukan.

Terakhir, puasa tidak tampak pada malaikat pencatat amal karena menjadi rahasia hamba dan Tuhan-Nya. Sehingga malaikat pencatat tidak bisa mencatatnya, hanya Allah yang akan membalasnya.

Inilah makna puasa milik Allah dan Dia langsung yang akan membalasnya. Alhasil, penjelasan ini semestinya menjadi pendorong bagi seseorang untuk lebih giat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan hanya berharap pahala dari Allah. Sebaliknya, betapa merugi seseorang yang menganggap enteng ibadah di bulan suci.

 

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

ulama nusantara

Di Tengah Banjir Klaim Bid’ah dan Pengkafiran, Pesan Abdullah bin Alawi Al Haddad : Jangan Hanya Diam, Tampakkan Ilmumu

Beberapa hari lalu KH. Syukron Makmun menyuarakan “tantangan terbuka” kepada kelompok Wahabi. Ihwal tantangan tersebut …

sayyidina dalam shalat

Shalat Tanpa Wudhu dan Tayammum

Dalam suatu kondisi tertentu seseorang tidak menemukan air untuk berwudhu, atau debu untuk tayammum ketika …