Jakarta – Indonesia kembali mempertegas posisinya sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi, perdamaian, dan diplomasi kemanusiaan melalui pembangunan Islamic Center di Osijek, Kroasia. Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi soft diplomacy Indonesia serta realisasi dari visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam mendorong harmoni antarumat beragama dalam RPJMN 2025–2029.
Melalui Kementerian Luar Negeri RI, Pemerintah Indonesia menyalurkan bantuan sebesar EUR 1 juta kepada Komunitas Islam Kroasia (Mešihat Islamske Zajednice u Hrvatskoj). Penyerahan bantuan dilakukan oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, Anis Matta, dan disaksikan oleh Prima Hadi Putra, Kepala Lembaga Pengembangan dan Investasi Wakaf Dompet Dhuafa.
“Ini bukan sekadar bantuan dana, tetapi simbol komitmen Indonesia dalam menjalin persahabatan global berbasis nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif,” ujar Prima Hadi dalam pernyataan resminya, Senin (9/7).
Islamic Center yang akan dibangun di atas lahan seluas 3.000 meter persegi dengan bangunan utama 900 meter persegi ini tidak hanya difungsikan sebagai masjid. Ia juga akan menjadi pusat kebudayaan, pendidikan, dan dialog antaragama, yang mencerminkan semangat Islam rahmatan lil alamin dan wajah Islam Indonesia yang damai serta toleran.
Meskipun jumlah Muslim di Kroasia hanya sekitar 1,3 persen dari total populasi, mereka hidup berdampingan secara damai di bawah perlindungan konstitusi. Keberadaan Masjid Zagreb, salah satu masjid terbesar di Eropa, menjadi simbol integrasi Muslim dalam kehidupan sosial Kroasia. Pembangunan Islamic Center di Osijek akan menambah ruang ekspresi religius sekaligus memperkuat narasi keberagaman yang konstruktif di kawasan Eropa Timur.
Proyek ini juga menjadi contoh nyata dari sinergi antara pemerintah dan masyarakat sipil, khususnya melalui peran Dompet Dhuafa sebagai penggerak filantropi Islam Indonesia. Meski telah dimulai sejak akhir 2023, proses pembangunan sempat mengalami kendala pendanaan, sehingga dukungan masyarakat Indonesia—baik dalam bentuk wakaf maupun donasi—sangat dibutuhkan untuk kelanjutan proyek ini.
“Soft diplomacy bukan hanya tugas pemerintah. Ini adalah misi kolektif kita sebagai bangsa. Setiap rupiah yang diwakafkan merupakan kontribusi terhadap perdamaian global dan citra positif Indonesia,” tambah Prima Hadi.
Pembangunan Islamic Center di Osijek menjadi kelanjutan dari diplomasi serupa yang pernah diwujudkan Indonesia lewat Masjid Istiqlal Sarajevo di Bosnia pada 1995. Nama “Istiqlal” kembali diangkat sebagai simbol persaudaraan, kebebasan beragama, dan solidaritas antarbangsa.
Proyek ini tidak hanya memperkuat hubungan bilateral Indonesia–Kroasia, tetapi juga menegaskan posisi Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim yang proaktif dalam menyebarkan nilai-nilai toleransi, inklusivitas, dan kemanusiaan ke panggung global.
Dengan berdirinya Islamic Center Osijek, Indonesia memberi pesan kuat kepada dunia bahwa Islam dan modernitas bisa berjalan beriringan, serta menjadi alternatif narasi global melawan ekstremisme dan polarisasi antaragama.