buah takwa
ramadan

Bentuk Bahagia Menyambut Ramadan

Dalam kitab Durrotun Nashihin, ada yang yang berbunyi: “Siapa yang bergembira dengan masuknya bulan Ramadan, Allah mengharamkan api neraka menyentuh jasadnya”.

Hadis ini sangat populer sekalipun ada sebagian yang menilai sebagai hadits dhaif, bahkan maudhu’ alias palsu. Namun demikian, kandungan hadits ini didukung oleh beberapa hadits tentang anjuran bergembira kala Ramadan tiba.

Rasulullah bersabda: “Wahai umat manusia, telah ada di hadapan kalian bulan agung yang penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah jadikan berpuasa di dalamnya sebagai kewajiban dan menghidupkan malam-malamnya sebagai kesunnahan. Bulan yang merupakan bulan kesabaran, dan pahala kesabaran adalah surga. Bulan santunan, jika orang memberikan makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa di bulan itu, maka menjadi ampunan Allah terhadap dosa-dosanya dan terbebas dirinya dari neraka serta mendapat pahala yang menyamai pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.

Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki sesuatu untuk diberikan sebagai makanan berbuka bagi orang yang berpuasa?” Beliau menjawab: “Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa sekalipun sekalipun hanya sebuah kurma, seteguk air, atau sedikit susu yang dicampur air. Dan, siapa yang memberikan minuman kepada orang yang berpuasa, maka Allah memberikan minum kepadanya dari telagaku satu tegukan yang setelahnya ia tidak akan merasakan haus sehingga ia masuk surga. Bulan Ramadan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka”. (HR. Al Baihaqi, Ibnu Khuzaimah, dan lain-lain).

Pesan panjang Rasulullah ini memberikan informasi tentang keagungan bulan Ramadan, bulan mulia dan suci yang memberikan banyak sekali bonus pahala dan discon besar mengurangi bahkan menghapus dosa. Melihat pesan ini dengan sendirinya umat Islam akan berbahagia kedatangan bulan Ramadan.

Dengan demikian, sekalipun derajat hadits pertama di atas dhaif, atau bahkan maudhu’ tetap memiliki relevansi kuat dengan hadits kedua. Bahagia berarti menanti dan bersiap melakukan segala apa yang diperintahkan, baik berupa kewajiban maupun kesunnahan pada bulan Ramadan beserta malam-malamnya.

Dengan sendirinya orang yang demikian akan terbebas dari neraka sebagaimana janji Allah yang disampaikan sendiri dan melalui lisan Rasul-Nya. Artinya, kebahagiaan menjelang Ramadan pasti dirasakan oleh semua umat Islam andaipun tidak ada hadits yang dianggap dhaif atau maudhu’ tersebut.

Apa bentuk bahagia menjelang Ramadan tiba?

Bentuk bahagia menyambut bulan suci bisa dilakukan dalam dua bentuk, yaitu aktifitas yang tampak dan berliterasi. Yang tampak, sebagaimana tradisi di beberapa daerah di Indonesia adalah pemasangan lampu hias di jalan, gang dan rumah. Hal ini menandakan antusiasme masyarakat muslim menumpahkan kegembiraan akan datangnya bulan suci.

Ucapan “Marhaban Ya Ramadan” paling tidak menjadi pintu masuk merasakan kebahagiaan datangnya bulan Ramadan. Kemeriahan dan suasana gembira menjadi indikator yang tampak bahwa seseorang memiliki rasa senang dan bahagia akan datangnya bulan suci.

Berikutnya adalah berliterasi dengan tadarus; mengaji, memperdalam makna-makna dalam kitab al Qur’an, hadits dan fikih terutama yang berkaitan dengan pembahasan puasa. Hal ini akan menambah kekuatan cinta dan kegembiraan menyambut Ramadan dan saat menjalankan ibadah di bulan suci.

Memperkuat literasi di bulan Ramadan tidak saja menambah pengetahuan dan kegembiraan datangnya bulan suci. Lebih dari itu, mengokohkan pemahaman tentang spirit Ramadan. Diantaranya: kepekaan sosial, pengekangan hawa nafsu, kabajikan kemanusiaan serta persaudaraan sesama muslim dan antar manusia tanpa melihat perbedaan yang melingkupinya.

Bagikan Artikel ini:

About Nurfati Maulida

Check Also

darah haid

Darah Haid Tuntas Tapi Belum Mandi Besar, Bolehkah Berpuasa?

Perempuan haid dilarang berpuasa. Tapi, larangan ini tidak bermakna diskriminasi Islam terhadap perempuan. Puasa ramadhan …

jualan di jalan

Berjualan di Area Jalan Raya, Bolehkah?

Pasar tradisional merupakan tempat transaksi yang bersentuhan langsung dengan kalangan rakyat bawah. Pasar tradisional sangat …