Gubernur Jatim Khofifah Parawansa hadiri Lirboyo Bersholawat

Hari Santri: Panggilan Suci Teguhkan Peran Santri Sebagai Penjaga Iman, Bangsa, dan Peradaban Dunia

Kediri — Hari Santri bukan sekadar peringatan, melainkan panggilan suci untuk meneguhkan peran santri sebagai penjaga iman, bangsa, dan peradaban dunia.

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri kegiatan “Lirboyo Bersholawat” dalam rangka Peringatan Hari Santri 2025 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri, Senin (20/10/2025).

“Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah ajakan untuk kembali meneguhkan tanggung jawab kita sebagai santri dalam menjaga Indonesia dan mengabdi kepada Allah melalui pengabdian kepada sesama,” ujar Khofifah.

Tahun ini, peringatan Hari Santri mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Menurut Khofifah, tema tersebut menggambarkan perjalanan panjang kaum santri yang tidak hanya menegakkan ajaran Islam, tetapi juga berperan dalam menjaga kemerdekaan dan menebar cahaya kebaikan di tengah masyarakat dunia.

“Santri selalu hadir dalam setiap fase penting bangsa ini — dari medan perjuangan kemerdekaan hingga gelanggang pembangunan hari ini,” tambahnya.

Gubernur Khofifah menilai, pesantren memiliki peran strategis dalam membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berilmu, dan berdaya saing. Ia menegaskan, dari pesantren seperti Lirboyo, lahirlah generasi yang memadukan ilmu agama dan pengetahuan modern, serta menanamkan nilai hubbul wathan minal iman — cinta tanah air sebagai bagian dari iman.

“Lirboyo bukan hanya pusat pendidikan agama, tetapi juga benteng moral dan kebangsaan. Dari tempat ini lahir ulama dan tokoh bangsa yang mencintai tanah air dengan keikhlasan dan ketulusan,” tutur Khofifah.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyinggung berbagai inovasi lingkungan di Pondok Pesantren Lirboyo, seperti pengelolaan limbah dan pemilahan sampah yang diubah menjadi sumber ekonomi pesantren. Inovasi tersebut, kata Khofifah, mencerminkan semangat Islam yang menebar kemaslahatan bagi alam dan sesama.

“Dari Lirboyo, kita belajar bahwa menjaga bumi juga bagian dari ibadah. Inilah wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” ucapnya.

Khofifah kemudian mengaitkan semangat Hari Santri dengan falsafah “JATIM BISA” — Berdaya, Inklusif, Sinergis, dan Adaptif. Ia mengajak para santri untuk terus berjuang menembus batas-batas zaman tanpa kehilangan ruh keikhlasan dan keulamaan.

“Santri harus berdaya dengan ilmu, inklusif dalam bergaul, sinergis dalam bekerja sama, dan adaptif dalam menghadapi perubahan dunia. Tapi semua itu harus berakar pada nilai-nilai pesantren: tawadhu, ikhlas, dan cinta ilmu,” ujarnya.

Gubernur perempuan pertama Jawa Timur itu optimistis, dengan semangat Jatim BISA, pesantren akan tumbuh menjadi pusat peradaban baru yang melahirkan pemimpin-pemimpin berintegritas dan berakhlak mulia.

Acara Lirboyo Bersholawat turut dihadiri Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua PWNU Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz, Pengasuh Ponpes Lirboyo KH Abdullah Kaffabih Mahrus, Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati, Sekdaprov Jatim Adhy Karyono, jajaran Forkopimda, serta ribuan jamaah Syekher Mania dan para santri dari berbagai daerah.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

082479700 1601026076 830 556

Kiprah Pendiri Pesantren Lirboyo di Medan Perang Kemerdekaan

Jakarta – KH. Abdul Karim atau yang biasa disapa Mbah Manab muassis Pondok Pesantren Lirboyo …

KH Maman Imanulhaq 1

Hari Santri 2025; Santri Garda Terdepan Jaga Kedaulatan Bangsa dan Rawat Nilai-Nilai Keislaman yang Damai

Jakarta – Perjuangan santri tidak boleh dibatasi hanya pada ruang ibadah dan ritual keagamaan. Santri …