foto samuel paty dalam poster salah satu demonstran di prancis yang berkumpul untuk menyerukan dukungan pada kebebasan berbica 169
foto samuel paty dalam poster salah satu demonstran di prancis yang berkumpul untuk menyerukan dukungan pada kebebasan berbica 169

Hoax Yang Berujung Pemenggalan Guru di Prancis

Paris – Seorang guru sejarah bernama Samuel Paty (47) tahun harus meregang nyawa dengan cara yang sangat keji, kepalanya dipenggal oleh seorang yang teradikalisasi. Pemenggalan yang seharusnya tidak pernah terjadi, namun karena berita hoax, berita yang tidak valid dan tidak terverifikasi akhirnya nyawa seorang guru sejarah melayang.

Sebelum kebenaran terkuak, banyak yang menghujat guru sejarah tersebut karena disangka menghina Rasulullah dengan memperlihatkan karikatur yang menyebabkan nyawanya melayang. namun sebuah fakta baru terkuak, pemengggalan itu secara tidak langsung dipicu akibat seorang siswi berusia 13 tahun berbohong dan sengaja mengarang cerita agar sang ayah tidak marah kepadanya karena diskorsing dari sekolah.

Seperti dilansir media Inggris, The Guardian dan dikutip dari laman news.detikcom. Selasa (9/3/2021), di hadapan hakim anti-teroris, siswi berinisial Z itu mengaku telah mengarang cerita — setelah mendengar cerita teman-temannya — dengan menyatakan guru sejarahnya, Samuel Paty (47), telah menginstruksikan siswa-siswa Muslim untuk meninggalkan ruang kelas agar dia bisa menunjukkan ‘foto Nabi telanjang’ kepada siswa lainnya.

Hanya sekitar 10 hari kemudian, Paty tewas dipenggal oleh seorang teroris bernama Abdullakh Anzorov, yang akhirnya tewas di tangan polisi. Insiden itu menghancurkan keluarga Paty dan membuat publik Prancis trauma.

Sebuah media terkemuka Prancis, Le Parisien, pada Minggu (7/3) waktu setempat mengungkapkan secara detail kebohongan siswa itu. Ia mengaku tidak berada di dalam kelas saat Paty menunjukkan karikatur kontroversial Nabi Muhammad dari surat kabar satire Prancis, Charlie Hebdo, kepada siswanya.

Kebohongan itu dilakukan pada 6 Oktober 2020, Paty yang seorang guru sejarah dan geografi ini membahas soal tema ‘dilema’ dalam salah satu kelasnya. Dia melontarkan pertanyaan yang berbunyi “Menjadi atau tidak menjadi Charlie?” yang merujuk pada tagar #JeSuisCharlie yang banyak digunakan untuk mendukung surat kabar satire Charlie Hebdo usai kantornya diserang teroris pada Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.

Paty disebut telah meminta siswa-siswa Muslim di dalam kelasnya yang dianggap akan terkejut untuk menutup mata mereka atau berdiri sebentar di koridor saat dia menunjukkan karikatur itu kepada siswa lainnya.

Dua hari kemudian, sang siswi berinisial Z itu memberitahu ayahnya bahwa Paty meminta siswa Muslim untuk meninggalkan ruang kelas sebelum dia menunjukkan karikatur Nabi Muhammad. Siswi itu menyebut dirinya telah menyatakan tidak setuju dengan Paty dan Paty malah menskorsing dirinya selama dua hari.

Mendengar penjelasan putrinya, ayah siswi itu, Brahim Chnina (48) yang kelahiran Maroko, merekam sebuah video dan membagikannya di Facebook di mana dia mengecam Paty dan menyerukan agar sang guru dipecat dari tempatnya mengajar di sekolah menengah Conflans-Sainte-Honorine. Satu video lainnya yang diposting ke media sosial oleh Chnina berisi kemarahan Chnina yang menuduh Paty melakukan ‘diskriminasi’.

Diketahui sang siswi berbohong untuk menyenangkan sang ayah.

“Dia tidak berani mengakui kepada ayahnya soal alasan sebenarnya dia dikeluarkan (dari kelas) sesaat sebelum tragedi, yang pada faktanya terkait dengan perilakunya yang buruk,” demikian sebut Le Parisien dalam laporannya.

Sementara itu, kemarahan Chnina merembet ke pengaduan ke sekolah dan laporan polisi. Chnina menuduh Paty bersalah karena ‘menyebarkan gambar porno’, dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah. Isu ini beserta dua video China itu menyebar luas, khususnya di media sosial, hingga diketahui oleh Anzorov (18), seorang imigran Chechnya yang teradikalisasi.

Pada 16 Oktober, Anzorov mendatangi Conflans-Sainte-Honorine, membayar dua remaja dari sekolah itu untuk mengidentifikasi Paty saat dia hendak pulang ke rumahnya. Anzorov memenggal Paty pada malam hari di jalanan dekat sekolah.

Kebohongan itu telah memicu tewasnya Paty, yang merupakan ayah dari seorang bocah berusia 5 tahun.

Siswi ini dilaporkan tetap berpegang pada ceritanya sampai polisi memberitahu dirinya bahwa teman sekelasnya mengonfirmasi bahwa dia tidak hadir dalam kelas Paty dan bahwa Paty tidak meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas seperti yang dia klaim sebelumnya. Para penyidik dilaporkan menyebut siswi itu menderita ‘inferiority complex’ dan sangat menghormati ayahnya.

“Jika saya tidak mengatakan itu kepada ayah saya, semua ini tidak akan terjadi dan tidak akan menyebar dengan begitu cepat,” ucap siswi itu kepada hakim anti-teroris setempat, seperti dilansir media Prancis lainnya, RFI.

Dalam argumennya, pengacara siswi itu, Mbeko Tabula, bersikeras bahwa beban berat tragedi ini tidak boleh hanya diarahkan pada kliennya yang berusia 13 tahun.

“Perilaku ayahnya yang berlebihan, membuat dan memposting video yang memberatkan sang profesor yang menyebabkan peristiwa spiral ini,” cetusnya. “Klien saya berbohong, tapi meskipun itu benar, reaksi ayahnya masih tidak proporsional,” imbuhnya.

Terkait kasus ini, sang siswi didakwa melontarkan fitnah dan ayahnya didakwa terlibat dalam pembunuhan teroris. Kepada polisi setempat, Chnina dilaporkan menyebut dirinya ‘idiot, bodoh’.

“Saya tidak pernah mengira pesan saya akan dilihat oleh teroris. Saya tidak ingin menyakiti siapapun dengan pesan itu. Sulit membayangkan bagaimana kita sampai di sini, bahwa kita kehilangan seorang profesor sejarah dan semua orang menyalahkan saya,” ucapnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

ketum pemuda muhammadiyah dzul fikar ahmad tawalla 169

Usai Putusan MK, Pemuda Muhammadiyah Serukan Persatuan Dan Hidup Rukun-Damai

Jakarta – Mahkamah Konstitusi (MK) telah memutuskan sengketa Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) 2024 pada Senin, …

Alissa Wahid ok

Semangat Emansipasi Kartini Bisa Pengaruhi Penafsiran Agama Modern Terhadap Posisi Perempuan

Jakarta – Kesetaraan gender dan penolakan terhadap diskriminasi perempuan merupakan nilai-nilai yang terus diperjuangkan dalam …