ponpes al zaytun di mana ini lokasi dan sejarahnya 169

Ibnu Rusyd dan Dosa-dosa Pesantren Al Zaytun

Pondok Pesantren Al Zaytun atau Ma’had Al Zaytun menjadi polemik publik. Memang bukan kali ini saja, tahun-tahun sebelumnya pesantren ini beberapa kali menjadi sorotan dengan berbagai indikasi penyimpangan. Kalo ini, seperti dikatakan mantan Pengurus Territorial NII di Indramayu, Ken Setiawan, Ponpes Al Zaytun terindikasi sebagai tempat pergerakan NII. Disamping itu, ada miliaran dana masuk ke Al Zaytun secara tidak wajar.

Fenomena Pesantren Al Zaytun ini mengingatkan kita pada sosok filsuf sekaligus ulama muslim Ibnu Rusyd. Nama lengkapnya Abu al Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd. Ia lahir di Andalusia (Spanyol) tepatnya di kota Kordoba pada tahun 526 H/1198 M. Salah satu karyanya dalam bidang fikih adalah Bidayatul Mujtahid.

Lalu apa hubungan Ibnu Rusyd dengan Pesantren Al Zaytun seperti pada tema di atas?. Tidak ada hubungan secara langsung antara Ibnu Rusyd dan Pesantren Al Zaytun, namun fenomena Al Zaytun telah terbaca oleh Ibnu Rusyd.

Ibnu Rusyd pernah berkata, “Idza aradta an tatahakkama fil jahili, fa’alaika an tughallifa kulla bathilin bi ghilafin diniyyin”.

“Jika ingin menguasai orang bodoh, cukup membungkus setiap kebatilan dengan kemasan agama”.

Perkataan Ibnu Rusyd di atas bukan saran melainkan peringatan. Sebagai alarm peringatan terhadap umat Islam, bahwa akan ada fenomena seseorang atau sekelompok orang yang menipu umat Islam dengan dalih agama. Isu agama selalu hadir atau dihadirkan untuk menopang suatu tujuan. Target penipuan itu tentunya adalah orang bodoh atau orang awam yang lemah pengetahuan agamanya.

Saat ini, bentuk penipuan atas nama agama itu beragam. Mulai dari politisasi agama, mendirikan pesantren, tuduhan bid’ah, negara Islam dan seterusnya. Semuanya merupakan gerakan berkedok tamasya agama. Alih-alih menjadikan agama untuk membangun ketaatan umat terhadap ajaran agama dan kebaikan untuk publik, pergerakan itu justru digunakan sebagai alat untuk tujuan tertentu, yaitu tujuan politik dan menumpuk kekayaan.

Ibnu Rusyd sudah membaca, akan banyak upaya untuk mempengaruhi umat dengan simbol-simbol agama sebagai medianya. Mulai dari busana seperti jubah yang mencerminkan simbol kesalehan, aksesoris di tubuh seperti jenggot, pendirian rumah-rumah al Qur’an, pesantren, lembaga pendidikan dan seterusnya.

Mengapa agama dan pernak-perniknya yang dijadikan alat? Karena semangat emosional yang lahir dari sebuah keyakinan beragama merupakan unsur terkuat dalam memperoleh dan memperkokoh dukungan. Simbol pesantren, misalnya, memiliki unsur kuat untuk memperoleh simpati. Kemudian kelompok penipu orang bodoh mendirikan pesantren palsu atau pesantren kamuflase demi tujuan duniawi mereka.

Panorama pesantren sebagai lembaga pendidikan tempat mencetak ulama dan intelektual muslim menjadi unsur penting menarik simpati umat, terutama mereka yang awam. Sebab, memang mayoritas santri berasal dari masyarakat golongan menengah ke bawah. Mayoritas berasal dari keluarga minim ilmu agama. Disinilah pintu masuk penipu berkedok agama dengan mendirikan pesantren. Unsur ini yang dimanfaatkan sehingga banyak orang yang terbawa satu arus emosi, kemudian berbondong-bondong masuk ke pesantren tersebut. Padahal, tujuan aslinya pesantren tersebut untuk tujuan yang lain, bukan murni untuk pengkaderan ulama dan intelektual muslim.

Membungkus setiap kebatilan dengan kemasan agama menjadi pola yang sangat efektif untuk menipu umat tingkat akar rumput, lebih-lebih masyarakat yang dangkal ilmu agamanya. Pesantren Al Zaytun membuktikan dengan sangat nyata perkataan Ibnu Rusyd di atas. Bukti nyata lain adalah gerakan kelompok radikal yang melabeli upaya mereka itu dengan simbol-simbol agama.

Peringatan Ibnu Rusyd di atas juga memiliki relevansi dengan konteks keindonesiaan dan kebhinekaan. Bahaya lain dari gerakan menipu umat memanfaatkan simbol-simbol agama yang tak bisa dianggap enteng adalah kemungkinan terkoyaknya keutuhan republik. Sinyal-sinyal adanya gerakan NII dan pengumpulan dana paksa dari umat dengan menghalalkan segala cara menjadi indikasi kuat adanya upaya merongrong kewibawaan NKRI.

Terkoyaknya keutuhan republik oleh gerakan semacam itu bukan mustahil, bahkan kalau tidak dicegah dengan tegas bisa dipastikan menjadi penyebab kehancuran bagi NKRI. Lihatlah, ketika kedok penipuan atas nama agama itu coba dibongkar oleh kelompok muslim yang waras, mereka pasti akan menyuarakan propaganda yang tidak mendukung mereka sebagai manifestasi dari Islamophobia. Selalu dinarasikan, penentang mereka adalah penentang agama Islam.

Umat Islam kalangan awam kebingungan? Jelas, karena tujuan para penipu adalah memang untuk menciptakan kebingungan dan kegelisahan dalam tubuh umat Islam. Setelah itu, mereka dengan kepura-puraan tingkat dewa masuk dan mengatakan mereka yang paling benar. Banyak umat Islam yang terpedaya, memasukkan anaknya ke pesantren gadungan tersebut atau bergabung dengan kelompok radikal.

Karenanya, Ibnu Rusyd dengan sepenggal kalimat di atas telah memberikan peringatan cukup mendalam kepada umat Islam. Jangan sampai tertipu oleh gerakan jahat yang menggunakan simbol-simbol agama. Karena, hanya orang-orang bodoh saja yang mudah tertipu mengikuti kebatilan yang dibungkus dengan kemasan agama.

 

 

Bagikan Artikel ini:

About Faizatul Ummah

Alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo dan Bendahara Umum divisi Politik, Hukum dan Advokasi di PC Fatayat NU KKR

Check Also

millah ibrahim

Nabi Ibrahim dan Negara Damai yang Didambakan

Tugas manusia sebagai wakil Allah (khalifah) di bumi adalah memakmurkan bumi. Kemakmuran hanya bisa dicapai …

amalan sebelum tidur

Tidur Berkualitas yang Tak Mengurangi Umur

Manusia butuh tidur untuk beristirahat setelah beraktifitas untuk menormalkan tubuh dan fungsi organ-organnya. Riset University …