Prof. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie MH MA
Prof. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie MH MA

Idul Adha Momentum Umat Tingkatkan Solidaritas dan Jaga Harmoni serta Toleransi

Jakarta –  Umat Islam diimbau untuk menjadikan momentum Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah untuk meningkatkan solidaritas dan menjaga harmoni serta menjunjung toleransi. Ini penting khususnya dalam menyambut pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.

Pesan itu disampaikan Guru besar UIN Jakarta Prof. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie MH MA saat menjadi khotib Salat Idul Adha 1444 H di Masjid Agung At-Tin, Jakarta, Kamis (29/6/2023). Ia menyampaikan bahwa  Idul Adha berdimensi nilai luhur dalam pembentukan karakter individu dan masyarakat yang mengedepankan solidaritas dan sikap empatik terhadap lainnya. Sikap tersebut penting diejawantahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Untuk itu, dalam momentum hari raya Idul Adha ini, kita diminta kesediaannya untuk berkorban, menepis ego dan kesenangan diri, menjaga harmoni, serta mengusung toleransi sesama anak bangsa, demi mewujudkan suasana damai dan kondusif di negeri tercinta ini. Dengan begitu, pesta demokrasi akan berjalan lancar dan sukses,” ujar Tholabi.

Ia menyebutkan sikap solidaritas dan empati itu telah teruji dilalui bangsa Indonesia khususnya saat menghadapi pandemi Covid-19 beberapa waktu yang lalu. Itu berkat sikap empatik dan kebersamaan sesama warga, Indonesia berhasil melewati pandemi.

“Pandemi telah kita lewati dengan selamat karena kita bersedia untuk mengorbankan ego kita, memangkas kepentingan pribadi kita, dan menangguhkan kesenangan jasmani kita, demi keselamatan dan kemaslahatan bersama,” kata Tholabi.

Wakil Rektor UIN Jakarta itu juga mengingatkan pelaksanaan Idul Adha memberi pesan reflektif dalam peristiwa yang terjadi antara Ibrahim dan Ismail. Dia menyebutkan setiap Ibrahim memiliki Ismail.

“Ismail-Ismail yang kita miliki itu mungkin dalam bentuk harta kekayaan kita, mungkin juga dalam bentuk jabatan mentereng kita, dan semua yang kita sayangi dan pertahankan di dunia ini,” ungkapnya.

Tholabi menegaskan bahwa Ibrahim sejatinya tidak diperintahkan Allah untuk membunuh Ismail, tapi yang diperintahkan kepada Ibrahim adalah membunuh rasa kepemilikan terhadap Ismail, karena hakikatnya semuanya adalah milik Allah. “Semoga kita dapat memetik hikmah besar ini untuk kebaikan-kebaikan bangsa, negara, dan seluruh warganya,” tandas Tholabi.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Pancasila Jaya

Intoleransi Akar Masalah Radikalisme dan Terorisme, BPIP: Bumikan Pancasila

Makassar – Pancasila adalah ideologi bangsa yang telah terbukti mampu mempersatukan Indonesia dari berbagai keberagaman …

persatuan

Khutbah Jumat : Bulan Syawal Momentum Memperkokoh Ukhuwah dan Persatuan Bangsa

Khutbah I   اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى …