Mayjen TNI Sudaryanto

Iman Kokoh dan Cinta Tanah Air Jadi Perisai Melawan Radikalisme Agama

Pontianak – Menjaga persatuan bangsa bukan hanya amanah sejarah, tetapi juga bagian dari perintah iman. Dengan iman yang kokoh dan rasa cinta tanah air yang tinggi bisa menjadi perisai tangguh dalam melawan propaganda radikalisme, terutama yang mengatasnamakan agama.

Itulah pesan yang disampaikan Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT RI, Mayjen TNI Sudaryanto, saat berbicara di hadapan peserta Suara Damai Nusantara (SUDARA) di Pontianak, Rabu (24/9/2025). Menurutnya, propaganda radikalisme agama adalah ujian yang mengancam sendi kebangsaan sekaligus menodai nilai-nilai luhur agama itu sendiri.

“Agama mana pun tidak pernah mengajarkan kebencian dan perpecahan. Justru agama hadir untuk menebarkan kasih sayang, persaudaraan, dan perdamaian. Karena itu, radikalisme atas nama agama adalah bentuk penyimpangan,” tegasnya.

Ia mengingatkan bahwa bangsa Indonesia sudah meletakkan fondasi persatuan sejak Sumpah Pemuda 1928. Ikrar “satu nusa, satu bangsa, satu bahasa” adalah wujud syukur dan pengabdian para pemuda kepada Tuhan dan tanah air.

Namun, di era digital, ancaman datang dalam bentuk baru: propaganda kebencian dan hoaks yang masif di media sosial.

“Dulu orang berkata ‘mulutmu harimaumu’. Kini tantangannya berbeda: ‘jarimu harimaumu’. Artinya, satu unggahan bisa mempersatukan, tapi juga bisa memecah belah,” ujarnya.

Mayjen Sudaryanto menegaskan, melawan propaganda radikal harus dilakukan dengan dua kekuatan besar: iman dan kebangsaan. Iman menjadi benteng rohani agar tidak mudah terjerumus pada tafsir sempit dan ajaran sesat. Sementara semangat kebangsaan menjaga kita tetap teguh dalam persaudaraan lintas agama, suku, dan budaya.

“Pemuda Indonesia adalah pewaris bangsa sekaligus khalifah di muka bumi. Karena itu, mari gunakan media sosial secara bijak, tebarkan kebaikan, dan wariskan persatuan. Inilah bentuk ibadah dan bakti kita kepada Allah dan bangsa,” serunya.

Ia menutup pesannya dengan ajakan untuk menjadikan agama sebagai cahaya dan kebangsaan sebagai rumah bersama.

 “Jika keduanya kita jaga, tidak ada propaganda radikal yang mampu menggoyahkan Indonesia,” pungkasnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

bullying

Bullying yang Merenggut Nyawa: Saat Pendidikan Kita Kehilangan Jiwa Islamnya

Kasus perundungan yang berujung kematian—termasuk yang baru-baru ini terjadi di Tangerang—sekali lagi mengguncang kesadaran kita …

TOT Moderasi Beragam UIN Maliki Malang

Merawat Iman di Era Digital: UIN Maliki Malang Siapkan Dosen Muda sebagai Penebar Islam Rahmatan lil ‘Alamin

Batu — Di tengah kesejukan alam Kota Batu, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang membuka Training …