salam
salam

Makna Spiritual dan Sosial Salam : Dari Maha Salam, Jalan Cinta dan Sapaan Penghuni Surga

Islam, sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam, mengajarkan nilai-nilai luhur yang mencakup salam, perdamaian, dan keselamatan. Konsep salam ini tidak hanya sekedar sapaan biasa dalam interaksi sosial, tetapi juga mencerminkan makna mendalam tentang keharmonisan dan ketentraman yang merupakan salah satu sifat Allah serta tujuan akhir dari kehidupan seorang Muslim.

Salam: Sifat Allah sebagai Penyelamat

Dalam Islam, salam bukan hanya sekedar ucapan, tetapi juga merupakan salah satu sifat Allah. Allah disebut As-Salam, yang berarti “Yang Maha Memberi Keselamatan” atau “Penyelamat”. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran, Surat Al-Hasyr ayat 23:

“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera (As-Salam), Yang Mengaruniakan Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al-Hasyr: 23)

Ayat ini menggambarkan bahwa Allah adalah sumber dari segala keselamatan dan kedamaian. Menyebut Allah sebagai As-Salam mengingatkan kita bahwa keselamatan sejati hanya bisa datang dari-Nya. Ini juga berarti bahwa setiap Muslim yang mengucapkan salam kepada sesamanya, sebenarnya mendoakan agar Allah memberikan keselamatan kepada orang tersebut.

Hakikat salam adalah penyampaian doa keselamatan dan kedamaian sekaligus pesan penting tentang sumber pemberi selamat sejati adalah Allah. Allah Maha Salam yang dengan kehendaknya manusia menjadi sejahtera, aman, damai dan selamat.

Salam sebagai Jalan Cinta dan Perdamaian

Salam juga secara langsung berhubungan dengan konsep perdamaian. Kata “Islam” sendiri berasal dari akar kata yang sama dengan “salam”, yang berarti perdamaian dan penyerahan diri. Dalam kehidupan sehari-hari, umat Muslim dianjurkan untuk menyebarkan salam sebagai tanda perdamaian. Rasulullah Muhammad SAW bersabda:

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang apabila kalian melakukannya, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa menyebarkan salam adalah salah satu cara untuk menciptakan cinta dan kedamaian di antara umat manusia. Ucapan salam, yang di dalamnya terkandung doa untuk keselamatan dan kedamaian, merupakan salah satu bentuk nyata dari ajaran Islam untuk membangun masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Salam dalam Islam menjadi etika sosial yang sangat penting. Ketika mendatangi majlis mengucapkan salam (HR Abu Dawud dan Tirmidzi), ketika bertemu, hak seseorang muslim mendapatkan salam (HR Muslim), ketika masuk ke rumah bertemu keluarga, ucapkan salam (HR. Tirmidzi).

Islam meletakkan salam sebagai bagian dari etika sosial yang mengandung ibadah. Salam adalah doa sekaligus etika interaksi antar manusia. Dalam sebuah hadits : “Sesungguhnya orang yang paling dekat di sisi Allah adalah orang yang memulai salam.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Jika ditanya kepada siapa harus menyebarkan salam? Kepada siapapun ketika saling bertemu. Itulah etika dalam Islam. Islam adalah rahmat bagi semesta yang tidak hanya menebarkan salam kepada sesama muslim tetapi juga non muslim, bahkan orang yang tidak dikenal sekalipun.

Karena itulah, ketika Nabi ditanya tentang : “Amalan Islam apakah yang paling baik?” Beliau menjawab: “Engkau memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kata kunci yang harus diperhatikan di sini adalah tentang obyek salam baik kepada orang yang dikenali maupun tidak dikenali. Mengenali berarti identitas yang melekat pada seseorang baik nama, suku, etnis, bahasa dan agama. Salam berlaku kepada siapapun untuk menyebarkan komitmen saling mencintai dan menjaga perdamaian.

Surga sebagai Darussalam : Salam Sapaan Penghuni Surga

Selanjutnya salam bukan hanya sebagai etika sosial di dunia, tetapi juga bahasa sapaan para penghuni surga. Dalam al-Quran disebutkan cara interaksi para penghuni surga. Di dalam surga tidak ada perkataan kotor dan sia-sia, kecuali ucapan yang saling meneduhkan “salam”. (Al-Waqiah, 25-26). Salam penghormatan di dalam surga adalah salam (Yunus : 10).

Dalam Al-Quran, surga sering disebut sebagai Darussalam yang berarti “Rumah Keselamatan”. Istilah ini menunjukkan bahwa surga adalah tempat di mana orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan keselamatan dan kedamaian abadi. Dalam Surat Yunus ayat 25, Allah berfirman: “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (QS. Yunus: 25).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengajak manusia menuju Darussalam, yaitu surga yang penuh dengan kedamaian dan keselamatan. Konsep Darussalam menggambarkan tujuan akhir dari kehidupan seorang Muslim, yaitu mencapai kedamaian dan keselamatan yang kekal di akhirat.

Allah dan para malaikat menyambut manusia dengan ucapan selamat (salam) kepada manusia yang dapat meraih Darussalam. Salamun ‘alaikum bima shabartum.’ Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu (Ar-Ra’du : 24, Yasin : 58). Para malaikat pun berkata kepada mereka yang berbondong-bondong masuk dalam surga : ‘Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya.'” (Az-Zumar 73).

Jika Ada Salam, Ada Cinta dan Perdamaian

Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan salam sebagai bentuk perdamaian dan keselamatan memiliki implikasi yang luas. Ketika seorang Muslim mengucapkan “Assalamu’alaikum” kepada saudaranya, dia tidak hanya memberikan salam, tetapi juga menyampaikan doa agar orang tersebut dilimpahi keselamatan dan kedamaian dari Allah. Ini adalah bentuk cinta dan perhatian yang mendalam terhadap sesama.

Selain itu, menyebarkan salam juga merupakan langkah awal untuk menciptakan masyarakat yang harmonis antar sesama. Salam bukan sekedar doa, tetapi juga komitmen membangun lingkungan sosial yang aman dan rukun. Salam adalah jalan cinta. Jika cinta sudah ada dalam setiap hati manusia, damai akan mudah terwujud. Setiap Muslim diharapkan untuk menjadi agen perdamaian di lingkungannya masing-masing dengan menyebarkan salam.

Salam adalah sarana cinta, karenanya jangan menjadikan salam menjadi perdebatan yang justru menimbulkan kontroversi yang menggangu hubungan antar umat beragama. Hakikat salam adalah menebar doa, keselamatan dan komitmen hidup bersama. Apapun agama, bahasa dan cara tradisi mengekspresikan salam, hakikat salam adalah tentang doa kebaikan dan komitmen hidup bersama. Salam adalah bahasa sapaan para penghuni surga dan penghuni bumi yang mendambakan kedamaian seperti di Surga.

 

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Penguatan imam masjid di Poso

Imam Masjid dan Pegawai Syara’ Garda Terdepan Lawan Penyebaran Paham Radikal Terorisme

Poso- Imam Masjid dan Pegawai Syara’ memegang peran penting dalam menjaga Kamtibmas dan melawan paham …

031480200 1719214792 830 556

Ternyata Selain Negara Tajikistan, Empat Negara Muslim Juga Larangan Jilbab

JAKARTA — Negara Tajikistan telah mengumumkan secara resmi terkait pelarangan Hijab bagi Muslimah melalui Rancangan …