Nasir Abbas
Nasir Abbas

Nasir Abbas Ungkap Jadi Teroris Karena Belajar Agama Pada Guru yang Salah

Salatiga – Dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikalisme dan intoleransi, Div Humas Polri menggandeng mantan petinggi Jamaah Islamiyah (JI) Ustaz Nasir Abbas dalam upaya kontra radikalisme dengan “Terorisme Musuh Kita Bersama” di Pondok Pesantran (Ponpes) As Surkati, Blotongan Sidorejo Salatiga, Kamis (9/11/2023).

Ustad Nasir Abas bersama Tim dari Div Humas Polri yang dipimpin Kombes Pol. Drs. Nurul Azizah SIK, M.Si. didampingi Kapolres Salatiga AKBP Aryuni Novitasari, M.Psi, M.Si, Psi bersama rombongan hadir di Ponpes As-Surkati disambut oleh pimpinan Pondok dan pengurus serta ratusan santri.

Dihadapan para santri, Nasir Abbas bercerita bahwa dirinya terjerumus dalam aksi terorisme sejak umur 16 tahun setelah sebelumnya belajar agama dengan salah seorang yang merupakan pentolan teroris.

Pada saat itu dengan jiwa mudanya yang masih berkobar dan pengetahuam agamanya yang masih minim dengan dalih menjadi mujahidin yang membela agama dirinya menerima tawaran gratis pergi ke Afganistan membela penjuang muslim di sana. Sejak saat itu dirinya atas nama jihad berperang memegang senjata dan berlatih merakit bom.

“Saya ditawari ke Afghanistan secara gratis, namun, di sana disuruh berperang. Saya tidak dapatkan literasi tentang bahaya teroris, yang ada cuma jihad dengan perang,” beber Nasir Abbas.

Seiring berjalannya waktu, Nasir mulai berseberangan dengan kelompok radikal, sehingga ia memilih taubat dan kembali ke jalan yang benar, sebelum ditangkap pada tahun 2003 silam.

Dia mengaku bertaubat setelah sadar kalau terorisme adalah tindakan yang menyebabkan ketakutan dan kerusakan yang meluas serta bersikap intoleran karena tidak menerima perbedaan.

“Teroris itu bukan jihad. Mereka adalah orang-orang intoleran yang tidak menerima perbedaan, doktrin terorisme di Indonesia lebih cenderung mengeksploitasi targetnya melalui ayat suci Al-Qur’an dan memainkan isu-isu Islam garis keras, ucap Nasir Abbas.

Dasar negara kita Pancasila tidak bertentangan dengan Islam untuk itu kita semua harus lebih peka terhadap isu-isu atau ajakan terkait radikalisme jangan ada lagi yang menjadi korban paham radikalisme.

“Dasar negara kita adalah Pancasila, semuanya telah diatur dalam Pancasila, termasuk tentang kehidupan dan kebebasan dalam beragama dan agama Islam mengajarkan akan arti toleransi dan cinta damai, tidak diperbolehkan melakukan kekerasan kepada sesama manusia meskipun beda keyakinan. Sebagai generasi penerus bangsa, peran pemuda dalam mencegah intoleransi, radikalisme dan terorisme sangat diperlukan. Untuk itu agar para generasi muda harus bijak dalam menggunakan media sosial. Jangan mudah terprovokasi dengan informasi yang menyesatkan, ” papar Nasir Abbas.

Salah seorang santri Arif mengaku senang dengan pengetahuan yang difapat langsung dari salah seorang eks napiter terkait bahaya paham radikalisme yang tidak sesuai demgan Pancasila dan ajaran agama sehingga dapat merusak sendi-sendi demokrasi bangsa Indonesia.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

keluarga sakinah

Tiga Kunci Mewujudkan Keluarga Sakinah

Berdasarkan data Kementerian Agama pada tahun 2022 angka perceraian secara nasional 516.334 kasus. Angka ini …

047959700 1710778747 830 556

Ketum Muhammadiyah Ingatkan Pendidikan Nasional Jangan Jadi Pabrik Robot

YOGYAKARTA – Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) menjadi momentum untuk mengingatkan kembali bahwa sejatinya pendidikan tidak …