Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf
Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf

NU Tarik Rem Tangan, Ogah Terlibat Politik Praktis

Jakarta  – Nahdlatul Ulama (NU) ogah terlibat politik praktis, terutama jelang tahun politik yaitu Pemilu 2024. Langkah ini dilakukan sesuai Muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984, dimana saat itu NU menegaskan gerakannya untuk tidak terlibat lagi dalam politik praktis atau yang dikenal dengan khittah 1926.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, pada awalnya konstruksi yang dominan dalam organisasi NU adalah konstruksi politik. Namun, saat ini NU tidak mau terlibat lagi dalam politik praktis.

Gus Yahya , panggilan karibnya, mengungkapkan konstruksi politik tersebut sudah dibentuk dan dimapankan sejak 1952 saat NU berfungsi sebagai partai politik. Kemudian, pada Muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984, NU menegaskan gerakannya untuk tidak terlibat lagi dalam politik praktis atau yang dikenal dengan khittah 1926.

“Nah pada 1984 NU mengundurkan diri dari politik praktis, gak mau lagi politik praktis. Makanya sekarang ini, akhir-akhir ini kita mau kembali kepada prinsip hasil Muktamar 1984. Kita nggak mau terlibat di dalam politik praktis,” ujar Gus Yahya saat sambutan dalam acara pembukaan Rakernas LPBH NU di Jakarta Pusat, Senin (26/12/2022).

Gus Yahya mengatakan, konstruksi politik yang dibangun NU tersebut berlangsung cukup lama, yakni 32 tahun. Karena itu, menurut dia, tidak mudah untuk mengubah konstruksi politik tersebut.

“Tidak mudah untuk mentransformasikan kemapanan ini menjadi sesuatu yang lain. Lembaga-lembaganya, struskturnya, mekanisme-mekanismenya dan pola berpikir dari orang-orangnya masih sangat dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan politik praktis sampai sekarang,” kata Gus Yahya dikutip dari laman Republika.co.id.

Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Leteh, Rembang ini menegaskan bahwa hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi NU. Sebagai pimpinan NU, Gus Yahya ingin mengubah pola pikir politik praktis tersebut.

“Makanya ya kita harus melakukan pertama-tama memang kita harus mengatasi dulu tantangan untuk mengendalikan mindset politik praktis yang masih ada sampai sekarang,” jelas Gus Yahya.

Menjelang tahun politik, Gus Yahya mengimbau kepada pengurus NU agar menggunakan rem tangan dalam politik praktis.

“Hari-hari ini kita harus sungguh taklid kepada qaulnya Syekh al Hajj Rhoma Irama. Apa itu? Remtangan…Remtangan (plesetan “rintangan” dalam lagu Rhoma). Jadi kita pakek rem tangan sekarang,” ucapnya diiringi tawa para hadirin.

Gus Yahya menambahkan, banyak orang yang terdorong untuk terlibat dalam politik praktis. Bahkan, menurut dia, belum lama ini ada anggota LPBH NU yang mulai mengarah ke politik praktis.

“Itu ada kemarin anggota LPBH yang sudah memulai membuat statemen saya baca di media berbau-bau politik praktis, ini harus di rem tangan ini, kembali ke Haji Rhoma Irama,” pungkas Gus Yahya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

Haji mabrur

Dewan Ulama Saudi Nyatakan Haji Tanpa Izin Dosa, Kemenag: Hanya Visa Haji yang Dibolehkan

Jakarta – Dewan Ulama Senior Arab Saudi menyatakan ibadah haji tanpa izin tidak diperbolehkan dan …

Relijius copy

Indonesia Menempati Negara Paling Relijius Sejagad

Jakarta – Indonesia adalah negera mayoritas beragama Islam. Sepertiga dari kurang lebih 270 juta penduduk …