Ketum MUI DKI Jakarta Risman Muchtar

Penguatan Kode Etik Dakwah Islam Wasathiyah Kunci Keharmonisan Umat

Jakarta – Dalam konteks yang semakin kompleks dan dinamis, para dai saat ini menghadapi tantangan moral dan sosial yang memerlukan penguatan kode etik Islam wasathiyah guna membimbing umat menuju terwujudnya masyarakat yang berkualitas (khaira ummah).

“Visi yang diusung dalam dakwah adalah “Baldatun thayibatun wa Robbun ghofur” terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan yang baik, serta memperoleh ridha dan ampunan Allah SWT,” ujar Ketua Umum MUI Provinsi DKI Jakarta, Buya Risman Muchtar dalam Standardisasi Kompetensi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkatan ke-31 di Jakarta, Senin (10/6/2024).

“Visi ini mencerminkan semangat untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas (khaira ummah), demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum Muslimin (Izzul Islam wal Muslimin) di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia,” imbuhnya

Dalam penyampaiannya, dia menegaskan bahwa misi dakwah ini bertujuan untuk menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif, dengan menjadikan Alquran dan sunnah sebagai pedoman utama, yang dikenal sebagai (qudwah hasanah).

“Fokusnya adalah pada terbentuknya umat yang memiliki komitmen teguh terhadap ajaran syariat dan akhlak Islam. Selain itu, misi ini juga bertujuan untuk membekali umat dengan ketangguhan dalam menghadapi tantangan yang berkaitan dengan akidah, pemikiran, dan keyakinan,” tutur dia.

Namun, tak sekadar gagasan, dalam pembahasannya, Buya Risman menegaskan pentingnya memperkuat kode etik dakwah Islam wasathiyah melalui lima prinsip utama. Yaitu layyinan. Di mana dakwah disampaikan dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Prinsip kedua adalah tasamuhiiyan yang mengajarkan untuk bersikap toleran dan menghargai perbedaan. Prinsip ketiga, tathawwuriyyan, mendorong untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam menyampaikan dakwah.

Selanjutnya, tawaddudiyan mengajarkan untuk bersikap rendah hati dan tidak sombong dalam berdakwah. Dan terakhir, prinsip tarahumiyah mengajak untuk membina hubungan yang baik dan memperhatikan sesama. Menjadi landasan yang menggemakan panggilan kasih sayang, saling menghargai, kreativitas, rendah hati, dan perhatian sosial.

Lebih dari sekadar pandangan, dalam konteks dakwah ini, tujuan yang ingin diraih adalah terbentuknya umat yang kokoh pada tauhid, syariat, dan akhlak Islam.

“Sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan semangat ukhuwah, menyatukan dalam ibadah, berjamaah dalam kegiatan keagamaan, dan menjalankan dakwah dengan santun dan istiqomah,” ungkapnya.

Buya Risman juga menegaskan peran strategis ulama sebagai himayatul ummah (pelindung umat) dan shodiqul hukumah (penasehat pemerintah). Hal ini menunjukkan bahwa ulama memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing umat serta memberikan nasihat kepada pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

098560900 1719282984 830 556

Berikut Ini Daftar Kebijakan Anti-Islam Tajikistan

DUSHANBE – Presiden Tajikistan Emomali Rahmon telah menjalankan sikap anti-Islam sejak menjalankan pemerintahan tahun 1997 …

Ronaldo dapat hadiah Alquran

Kagumi Alquran, Ronaldo Diam-diam Hafal Huruf Hijaiyah dan Surah Al-Fatihah

Jakarta – Cristiano Ronaldo merupakan salah satu pesepakbola nonmuslim yang mengakui kedekatannya dengan Islam. Bahkan, …