Bincang Jurnal

Perkuat Literasi dan Iman Untuk Bendung Penyebaran Radikalisme di Media Baru

Purwokerto — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) menggelar Bincang Jurnal bertajuk “Algoritma Terorisme: Jejak Radikalisasi di Media Baru”, Rabu (29/10), di Ruang 201 FISIP Unsoed, Purwokerto.

Acara ini diikuti sekitar 50 peserta yang terdiri atas mahasiswa, dosen, serta civitas akademika, dalam upaya memperkuat literasi digital dan membentengi masyarakat dari paham radikal yang kerap mengatasnamakan agama Islam.

Dalam sambutan pembuka, Prof. Dr. Slamet Rosyadi, S.Sos., M.Si., mewakili Unsoed, menegaskan pentingnya memahami dinamika penyebaran paham radikalisme di era teknologi yang serba cepat.

“Media baru ibarat pedang bermata dua. Jika tidak disertai literasi yang kuat dan iman yang kokoh, bisa menjadi pintu masuk ideologi kekerasan yang justru bertentangan dengan nilai Islam yang damai,” ujarnya.

Prof. Slamet berharap, kegiatan ini tidak berhenti pada diskusi akademik, tetapi juga menumbuhkan kesadaran spiritual dan moral agar generasi muda menjadikan Islam sebagai sumber kasih sayang, bukan kekerasan.

“Islam itu rahmatan lil ‘alamin, bukan ancaman bagi kemanusiaan,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur Pencegahan BNPT, Prof. Dr. Irfan Idris, M.A., menjelaskan bahwa algoritma media sosial dapat menciptakan ruang gema (echo chamber) yang mempersempit pandangan pengguna hingga mudah terpapar ideologi ekstrem.

“Kampus memiliki peran besar sebagai benteng moral bangsa: pusat riset, pengembang kontra-narasi damai, sekaligus penjaga akal sehat digital,” ujarnya.

Menurut Prof. Irfan, Islam sejati selalu menyeru pada salam dan islah — keselamatan dan perbaikan. “Teknologi di tangan orang beriman akan menjadi alat dakwah dan kemanusiaan, tapi di tangan yang keliru bisa menjerumuskan pada kekerasan. Mari pastikan algoritma tunduk pada nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan,” pesannya.

Dalam sesi diskusi inti, Prof. (HC) Dr. M. Suaib Tahir, Lc., M.A., Staf Ahli BNPT, menyoroti perubahan cara kerja kelompok ekstrem dalam menebar ideologi mereka.

“Kalau dulu penyebaran dilakukan lewat buku atau pertemuan fisik, kini mereka bergerak di dunia maya, bahkan lewat live streaming dan game online. Ini tantangan baru bagi umat beragama,” ungkapnya.

Ia mengingatkan bahwa banyak propaganda radikal justru dibungkus dengan simbol-simbol keislaman untuk menipu generasi muda.

“Kita harus paham, terorisme tidak ada dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak, bukan menyebar kebencian,” ujarnya menegaskan.

Senada, Dr. Nuriyeni Kartika Bintarsari, S.I.P., M.A., Ph.D., Lektor Kepala FISIP Unsoed, menyampaikan bahwa perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini membuat propaganda ekstrem semakin mudah dibuat.

“Dulu ISIS perlu profesional untuk membuat video propaganda, sekarang siapa pun bisa melakukannya dengan bantuan AI. Bahkan beberapa game online disusupi narasi kekerasan dan digunakan untuk perekrutan,” paparnya.

Ia mengusulkan agar BNPT memperluas program Sekolah Damai hingga tingkat SMP dan menggandeng para influencer muslim serta gamer populer untuk menyebarkan pesan perdamaian berbasis nilai-nilai Islam.

“Bayangkan jika dakwah damai dikemas menarik oleh figur-figur anak muda, itu akan menjadi counter narrative yang sangat kuat,” ujarnya.

Diskusi yang berlangsung interaktif ini menghasilkan beberapa rekomendasi penting, di antaranya:

Riset berkelanjutan tentang pola radikalisasi digital dan pemetaan risiko algoritmik.

Penguatan literasi digital religius dan kritis, agar masyarakat mampu memilah konten keagamaan yang autentik dan tidak terjebak pada tafsir ekstrem.

Kolaborasi lintas lembaga antara BNPT, kampus, dan komunitas keagamaan dalam membangun narasi Islam yang moderat, inklusif, dan menyejukkan.

Kegiatan ini menegaskan bahwa perjuangan melawan radikalisme bukan hanya tugas aparat, tetapi jihad intelektual dan spiritual seluruh umat beragama.

“Islam sejati tidak mengajarkan kebencian, tapi cinta, ilmu, dan perdamaian. Melawan terorisme adalah bagian dari menjaga kemuliaan Islam itu sendiri,” tutup Prof. Irfan dengan penuh makna.

Bagikan Artikel ini:

About redaksi

Check Also

nasaruddin umar 1762003369729 169

Menteri Agama Prof. Dr. KH. Nazaruddin Umar Minta Siswa Kembangkan Inovasi, Bukan Hanya Ilmu Agama

Jakarta – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar meminta kepada seluruh siswa madrasah untuk terus berinovasi …

041447100 1698642494 830 556

Israel Terus Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata, Erdogan: Semua Tahu Rekam Jejak Israel Ingkar Janji

JAKARTA — Perjanjian gencatan senjata antara Israel-Palestina masih dalam sorotan, disebabkan Israel yang masih saja …